Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

CRIMINAL LIABILITY AGAINST PERPETRATORS OF FRAUDULENT CRIMINAL ACT BY HYNOSIS Rusdi, Puspitasari; Muhadar, Muhadar; Haeranah, Haeranah
Tadulako Law Review Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Tadulako University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Crimes by hypnosis are very common among the people. Hypnosis is a type of crime. This crime is also difficult to uncover because it has minimal evidence. This hypnotic crime needs to be included in the law as a criminal offense, because this crime is directly felt by the public. the method used is normative law by using several approaches namely the statute approach, the case approach, the comparative approach and the conceptual approach. A person who commits a criminal offense and has an error, then the person will be convicted. A criminal offense that can be accounted for is included in the element of intent or negligence / negligence. The act can be accounted for if the maker requires the condition, that the person who committed the criminal act had an error. then the defendant must use the theory of purpose of punishment which is appropriate for the perpetrators of criminal fraud by hypnosis. Crimes with hypnotic acts can be subject to fraud offenses. This is because the hypnotic act is intended to take advantage of the victim, using actions that move others to do something. Fraud crime is regulated in Article 378 of the Criminal Code, in an act of hypnosis the aim is to move others to give up something, to benefit themselves. Moving it is done by deception or a series of lies, which makes the victim do something. So the element of purpose and element of the way in this case meets to be categorized as fraud offense, so that hypnosis can be snared with the article fraud
Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Peredaran Kosmetik Ilegal Di Kota Makassar Muhlis, Lisa Nursyahbani; Muhadar, Muhadar; Mirzana, Hijrah Adhyanti
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 22 No. 1 (2022): ECOSYSTEM Vol. 22 No 1, Januari - April Tahun 2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v22i1.1389

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penegakan hukum pidana terhadap pelaku peredaran kosmetik illegal di Kota Makassar.Penelitian ini adalah Penelitian Normatif – Empiris yang dilakukan di Balai Besar pengawas Obat dan Makanan Makassar dan Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan kemudian di analisis secara deskriptif kualitatif.Penelitian ini menjawab bahwa Pertama – tama, peranan BPOM dalam penegakan hukum pidana atas peredaran kosmetik illegal yaitu sebagai regulator, melakukan pengawasan sebelum beredar dan setelah beredar, melakukan pembinaan dan melakukan penindakan. Kedua, penegakan hukum terhadap pelaku peredaran kosmetik illegal berdasarkan Pasal 197 dan 196 Undang-undang Kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. This study aims to determine the enforcement of criminal law against perpetrators of illegal distribution of cosmetics in Makassar City. This research is a Normative - Empirical Research conducted at the Makassar Food and Drug Supervisory Center and the data sources in this study are primary data and secondary data. Data collection techniques through interviews and data collection. The data collected is then analyzed in a qualitative descriptive manner. This research answers that first of all, the role of BPOM in enforcing criminal law on the circulation of illegal cosmetics is as a regulator, conducting supervision before and after circulation, providing guidance and taking action. Second, law enforcement against perpetrators of illegal distribution of cosmetics based on Articles 197 and 196 of the Health Law and the factors that influence it.
The Concept of Corporate Criminal Liability in the Fisheries Sector After the Job Creation Law Application Hudi, Nurul; Muhadar, Muhadar; Yudianto, Otto
Jurnal Dinamika Hukum Vol 23, No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Law, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jdh.2023.23.3.3557

Abstract

Various kinds of criminal acts in the field of fisheries have emerged, consisting of individuals and or corporations. The existence of a corporation is an obstacle in determining criminal responsibility. The purpose of this research is to analyze the concept of corporate criminal liability in the fisheries sector. The research method used is normative juridical with statutory and conceptual approaches. The results of the study found differences in the concept of corporate criminal responsibility after the Application of the Job Creation Law where previously criminal acts of fishing could be carried out by corporations, and criminal responsibility was carried out by administrators. After the enactment of the Job Creation Law, the concept of corporate criminal responsibility for fisheries follows the development of the third stage of corporate criminal responsibility, in which the corporation commits a crime against the responsible corporation.
Pembuktian Tindak Pidana Psikis dalam Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga Setiawan, Dhevid; Muhadar, Muhadar; Heryani, Wiwie
Pagaruyuang Law Journal Volume 2 Nomor 1, Juli 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31869/plj.v2i1.886

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuktian tindak pidana kekerasan psikis dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga dan faktor yang menghambat proses pembuktian tindak pidana kekerasan psikis dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga. Berdasarkan analisis terhadap data dan fakta penulis berkesimpulan bahwa proses pembuktian kekerasan psikis pada kasus kekerasan dalam rumah tangga wajib menggunakan Visum Et Repertum yang mempunyai daya bukti yang sah/alat bukti yang sah dalam perkara pidana sesuai dengan teori pembuktian psikis. Jenis Visum et Repertum yang digunakan adalah Visum et Repertum Psikiatrik. Hal ini terbukti dari beberapa putusan yang diteliti, bahwa hakim senantiasa memutus dengan berdasar pada Visum Et Repertum yang diajukan ke persidangan. Faktor penghambat pembuktian kekerasan psikis pada kasus kekerasan dalam rumah tangga dilakukan dengan menggunakan teori sistem hukum yang dikemukakan Lawrence Friedmen, dan hasilnya adalah masih terdapat perbedaan pemahaman dikalangan aparat penegak hukum tentang penerapan hukum kekerasan dalam rumah tangga (substansi Hukum), sehingga terjadi pula perbedaan persepsi tentang pembuktiannya. Selain itu, terdapat rentang waktu yang cukup lama antara kejadian dan pemeriksaan Visum Et Repertum, sehingga hasil visum menjadi kurang mendukung terhadap proses hukum (struktur hukum).
Penerapan Hukum Tindak Pidana Pencabulan Sesama Jenis Terhadap Anak Dibawah Umur (Studi Kasus Putusan Nomor : 1020/Pid.B/2017/PN.Mks) Ibrahim, Dewi Ratnawulansari; Muhadar, Muhadar; Asis, Abd.
Jurnal Diskursus Islam Vol 11 No 2 (2023): August
Publisher : Program Pascasarjana, UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v11i2.34159

Abstract

This research was written to find out and analyze the application of the criminal law of same-sex obscenity to minors as stipulated in the Indonesian Criminal Code and the Law on Child Protection as well as arrangements for same-sex obscenity crimes against minors in Indonesian criminal law and what are the legal considerations by the panel of judges in imposing criminal sanctions in Decision Number 1020/Pid.B/2017/PN.Mks The type of research used is a type of normative research supported by empirical data. This research was conducted at the Makassar District Court. The legal data used were primary legal data, namely data obtained directly from interviews and secondary legal data, namely data through literature studies such as literature, books, journals, and legislation. The legal data is then analyzed qualitatively and presented descriptively. The results of the research that have been used show the conclusion that, (1) The application of the law to cases of similar obscenity crimes, namely against perpetrators, must be maximized again by providing sanctions commensurate with the wrongdoing committed by the perpetrator or in other words, the perpetrators are held accountable for their actions, so that the judge's decision can deter the perpetrators from suppressing the crime. (2) The judge's considerations in imposing a criminal decision in imposing an article against a defendant are not quite right. The public prosecutor should have used Article 82 paragraph (4) of Law No. 17 of 2016. This is in accordance with the testimony of the witness who said that the child victim was not just one person but two children. to make the accused truly deterred and to provide education indirectly to the public so they don't commit similar acts. Abstrak: Penelitian ini ditulis untuk mengetahui dan menganalisis penerapan hukum pidana pencabulan sesama jenis terhadap anak dibawah umur sebagaimana di atur di Kitab Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang perlindungan anak serta pengaturan tindak pidana pencabulan sesama jenis terhadap anak dibawah umur dalam hukum pidana Indonesia dan bagaimanakah pertimbangan hukum oleh hakim majelis dalam menjatuhkan sanksi pidana dalam Putusan Nomor 1020/Pid.B/2017/PN.Mks Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian normatif yang didukung dengan data empiris. Penelitian ini dilaksanakan di Pengadilan Negeri Makassar data hukum yang digunakan adalah data hukum primer yaitu data yang diperoleh langsung dari wawancara dan data hukum sekunder yaitu data melalui studi kepustakaan seperti literatur, buku, jurnal, dan perundang-undangan. Data hukum tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara dekskirptif. Hasil penelitian yang telah digunakan diperoleh kesimpulan bahwa, (1) Penerapan hukum terhadap kasus kejahatan pencabulan sejenis yakni terhadap pelaku harus dimaksimalkan kembali dengan memberikan sanksi hukuman yang setimpal dengan perbuatan kesalahan yang dilakukan oleh sipelaku atau dengan kata lain para pelaku diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya, sehingga dengan putusan hakim dapat membuat para pelaku menjadi jera untuk menekan timbulnya kejahatan itu. (2) Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana dalam menjatuhkan pasal terhadap terdakwa kurang tepat. Seharusnya Penuntut umum memakai pasal 82 ayat (4) Undang-Undang No.17 tahun 2016. Hal ini sesuai dengan keterangan saksi yang mengatakan bahwa korban anak bukan hanya satu orang melainkan dua orang anak. untuk membuat terdakwa benar-benar jera serta untuk memberikan pendidikan secara tidak langsung kepada masyarakat agar tidak melakukan perbuatan serupa.
Asset Recovery from Mining Corruption: Rationality, Urgency, and Challenges for Environmental Restoration La Ode Ghondohi; H.M. Said KArim; Muhadar, Muhadar; Ali Rahman; Maratovna , Yessentemirova Aigul
Journal of Law, Environmental and Justice Vol. 3 No. 2 (2025): Journal of Law, Environmental and Justice
Publisher : Ius et Ambientis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62264/jlej.v3i2.172

Abstract

The state is entitled to demand asset recovery against mining corruption and/or illegal mining for alleged abuse of power, but the Corruption Crime Law only focuses on the confiscation of assets as an economic exchange value, so standardization of allocations for ecological recovery is needed as an effort to restructure post-mining land. This research aims to clarify the concept of ecological based asset recovery related to corruption cases in the mining sector, specifically within the context of Indonesia's Asset Confiscation Law. This type of research is normative, employing a statutory approach to rationalize facts and establish a legal basis for recovering assets derived from criminal acts of corruption in vital natural resources. This research shows, first, the results of the rationality research in the form of arguments that manipulative actions in the mining sector with indications of gaining profits are corruption, corruption in the mining sector is an act that is detrimental to state finances, and the mining sector is an exploitative activity that requires allocation of ecological recovery. Second, the Draft Law on Asset Confiscation is recommended to regulate the systematic confiscation of mining corruption proceeds, aiming not only to support economic recovery but also to facilitate ecological recovery. This regulation encompasses asset management, the allocation of ecological loss costs, the allocation of economic losses, and the allocation of ecological recovery costs.
Analisis Kriminologis Atas Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Di Makassar Tahun 2017-2019) Alwi Hidayat, Muh; Muhadar, Muhadar; Muchtar, Syamsuddin
Jurnal Al-Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam Vol 7 No 1 (2020): June
Publisher : Jurusan Hukum Acara Peradilan dan Kekeluargaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/al-qadau.v7i1.14893

Abstract

Tujuan penelitian adalah mengetahui mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan pembunuhan yang dilakukan anak serta upaya-upaya penanggulangan kejahatan tersebut. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian empiris dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan studi kepustakaan melalui pencatatan data secara langsung berkaitan dengan masalah penelitian, yaitu peraturan perundang-undangan, buku, jurnal, dan lainnya.Berdasarkan analisis terhadap data dan fakta tersebut, maka disimpulkan bahwa: (1) Faktor-faktor penyebab terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh anak terdiri atas dua faktor yaitu  faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu emosi yang belum stabil, kesalahpahaman, dendam, kejiwaan anak, lemahnya iman, butuhnya pengakuan. Faktor eksternal, yaitu lingkungan masyarakat, minuman beralkohol, perang kelompok, ekonomi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat. (2) Upaya penanggulangan oleh aparat penegak hukum dalam menanggulangi kasus tersebut yakni: (a) Upaya Pre-Emtif yaitu upaya-upaya awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara pre-entif adalah menanamkan nilai- nilai/ norma-norma yang baik; (b) Upaya preventif yaitu tindak lanjut dari upaya Pre-Emtif yang masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Dalam upaya preventif yang ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk dilakukannya kejahatan; (c) Upaya Represif, berupa penegakan hukum (law enforcement) dengan menjatuhkan hukuman kepada pelaku kejahatan. Kata kunci: Kriminologi, Pembunuhan, Anak.
Kendala yang Dihadapi oleh Institusi Penerima Wajib Lapor dalam Pelaksanaan Kewenangan Rehabilitasi terhadap Pecandu Narkotika Syahputra, Juli Raya; Muhadar, Muhadar; Haeranah, Haeranah
Jurnal Al-Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam Vol 8 No 1 (2021): June
Publisher : Jurusan Hukum Acara Peradilan dan Kekeluargaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/al-qadau.v8i1.18486

Abstract

Pelaksanaan program wajib lapor di institusi penerima wajib lapor (IPWL) sendiri dilakukan sebagai upaya memberantas penyalahgunaan narkotika posisi yang strategis berada ditengah masyarakat menjadikan IPWL sebagai penjangkau dalam upaya mengentaskan masyarakat dari bahaya narkotika  Hambatan/kendala menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah halangan; rintangan, dalam hal ini halangan yang menghambat pelaksanaan rehabilitasi bagi pengguna narkotika. Hambatan pada umumnya dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu hambatan internal dan hambatan eksternal. Hambatan internal mengacu pada kendala apa saja yang berasal dari lingkungan institusi tersebut seperti BNNK Serdang Bedagai, sedangkan hambatan eksternal mengacu pada kendala yang berasal dari luar institusi tersebut atau faktor sosial dimasyarakat biasanya terkait dengan kesadaran pecandu narkotika atau korban penyalahguna narkotika untuk melaporkan dirinya ke BNNK Serdang Bedagai atau Intitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). Hambatan internal dalam melaksanakan rehabilitasi, adalah kurangya sumber daya manusia dari Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) di karenakan yang berhak menambah sumber daya manusia adalah institusi tersebut walaupun sudah diberikan berbagai pelatihan oleh BNNK Serdang Bedagai sedangkan Hambatan eksternal dalam pelaksanaan rehabilitasi adalah masih ada sebagian dari masyarakat kita masih berpedoman pada acuan yang lama yaitu pengguna narkotika di masukan kedalam Lembaga Permasyarakat tidak direhabilitasi, yang juga masih belum mengetahui adanya gerakan rehabilitasi bagi 100.000 pengguna narkotika yang jika melaporkan tidak akan dikenakan proses hukum dan juga tidak terlepas juga faktor korban itu sendiri untuk segera pulih dari dalam dirinya dan juga ingin segera terbebas dari segala macam obat-obatan yang dikonsumsinya.
IMPLEMENTASI PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA PERUNDUNGAN (BULLYING) OLEH ANAK DI KOTA WATAMPONE Fathurrahman Salewangeng, Muh. Hasby; Muhadar, Muhadar; Azisa, Nur
UNES Law Review Vol. 5 No. 4 (2023)
Publisher : Universitas Ekasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/unesrev.v5i4.764

Abstract

From 2011 to 2015 at least 1,850 cases of bullying occurred at school and outside school. This research reviews two problems, How is the enforcement implementation of law enforcement of criminal disputes (bullying) by children in Watampone towns and any factors that hinder the implementation of law enforcement (bullying) by children in the city of Watampone. The kind of research used is empirical legal studies or research law sociological or research field law. Reviewed from the number of cases bullying by high-counted children despite efforts such as bullying-related counseling at school. This can be concluded that the case of bullying by the child was not found at the watampone state court compared to the number of cases existing. The factors that hamper law enforcement ( bullying ) perundungan crimes by children in a city watampone not run according to the rules and the law, the law enforcement, the facilities and infrastructure, the people and the culture. Reviewed by the enforcement factor of bullying by children in the city of Watampone, the surrounding environment should pay more attention to the behavior of children so that they do not trigger the occurrence of bullying by children.