Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pemberdayaan Remaja Putri dalam Upaya Pencegahan Stunting di Pondok Pesantren Wilayah Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak Sutomo, Omo; Rusyanti, Siti; Armal, Hadits Lissentiya
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 8, No 2 (2025): Volume 8 No 2 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v8i2.18810

Abstract

ABSTRAK Stunting merupakan salah satu bentuk gizi kurang yang ditandai dengan indikator tinggi badan menurut umur; gangguan pertumbuhan yang menggambarkan tidak tercapainya potensi pertumbuhan sebagai akibat status kesehatan dan atau gizi yang tidak optimal, yang menggambarkan riwayat kekurangan gizi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama.Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting karena memiliki dampak yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia pada satu generasi. WHO (2017) menyatakan bahwa kurang lebih terdapat 155 juta balita di dunia mengalami stunting. Di Indonesia, presentase balita dengan stunting dan savere stunting mengalami peningkatan sejak tahun 2007 s.d. 2013. Saat ini (2022) prevalansi stunting di Indonesia sebesar 21,6%. Di Banten sebesar 20%, dan di Kabupaten Lebak ada sebanyak 4.618 balita menderita stunting. Saat ini ada 4,08 juta santri termasuk didalamnya remaja putri/santriwati yang mengikuti pendidikan keagamaan (Islam) pondok pesantren Indonesia yang merupakan asset sumber daya manusia yang memerlukan perhatian setara dengan pendidikan formal lainnya. Di pondok pesantren La Tahzan dan AL Fafa tidak kurang 200 santri dari masing masing pondok pesantren yang memerlukan perhatian. Kenyataan menunjukkan bahwa para santri masih terbatas pemahamnnya tentang stunting dan cara pencegahannya. Tujuan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah untuk memberdayakan santri dalam upaya pecegahan stunting. Kegiatan pokok yang dilakukan meliputi edukasi tentang stunting dan perilaku hidup bersih dan sehat, pemberian tablet tambah darah serta pemasangan standing westapel. Hasil kegiatan menujukkan adanya peningkatan pengetahuan para remaja putri tentang stunting dan upaya pencegahannya dari skor 59,25 menjadi menjadi 8,5. Para santriwati mempraktikan perilaku baik upaya pencegahan seperti meminum tablet tambah darah 1 tablet setiap mingggu dan mencuci tangan dengan benar setiap selesai melakukan aktifitas di pondok pesantren. Perlu tindak lanjut dari kegiatan ini serta monitoring dan evaluasi secara berkala dari Puskesmas serta mengembangkannya di pondok pesantren yang lain. Kata Kunci: Pencegahan Stunting, Remaja Putri ABSTRACT Stunting is a form of malnutrition characterized by height indicators for age; growth disorders that describe the failure to achieve growth potential as a result of suboptimal health and/or nutritional status, which describes a history of malnutrition that has occurred over a long period of time. Stunting is a very important public health problem because it has a major impact on the quality of human resources in one generation. WHO (2017) stated that there are approximately 155 million toddlers in the world experiencing stunting. In Indonesia, the percentage of toddlers with stunting and savere stunting has increased since 2007 to 2013. Currently (2022) the prevalence of stunting in Indonesia is 21.6%. In Banten it is 20%, and in Lebak Regency there are 4,618 toddlers suffering from stunting. Currently there are 4.08 million students including female/female students who are taking religious education (Islam) at Indonesian Islamic boarding schools which are human resource assets that require equal attention to other formal education. At the La Tahzan and AL Fafa Islamic boarding schools, there are no less than 200 students from each Islamic boarding school who need attention. The reality shows that the students still have limited understanding of stunting and how to prevent it. The purpose of this Community Service is to empower students in efforts to prevent stunting. The main activities carried out include education about stunting and clean and healthy living behavior, providing iron tablets and installing standing water pipes. The results of the activity showed an increase in the knowledge of young women about stunting and efforts to prevent it from a score of 59.25 to 8.5. The female students practice good behavior in prevention efforts such as taking iron tablets 1 tablet every week and washing their hands properly after each activity at the Islamic boarding school. Follow-up is needed for this activity as well as regular monitoring and evaluation from the Health Center and developing it in other Islamic boarding schools Keywords: Stunting Prevention, Adolescent Girls
PENGETAHUAN KADER DALAM PEMANTAUAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI DESA TAMBAKBAYA Nuraineu, Yaneu; Rokayah, Yayah; Sutomo, Omo
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol. 11 No. 2 (2024): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36743/medikes.v11i2.648

Abstract

Kader adalah salah satu bagian dari Masyarakat yang dapat memberdayakan masyarakat untuk menurunkan Angka Kematian Ibu, dengan mengetahui secara dini tanda bahaya kehamilan, agar tidak terjadi komplikasi baik kepada ibu maupun bayi yang dapat menyebabkan kematian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan kader dalam mematau tanda bahaya kehamilan. Metode penelitian ini adalah metode pendekatan cross-sectional, dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, dengan subjek penelitian yaitu keseluruhan kader Desa Tambakbaya, berjumlah 45 responden. Analisis yang digunakan adalah chi-square. Hasil penelitian diperoleh hampir seluruh (84,4% dan 93,3%) kader memiliki pengetahuan baik dan memiliki kemampuan baik dalam memantau tanda bahaya kehamilan. Secara bivariat diperoleh nilai p = 0.059 (p> α), tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan kader tentang tanda bahaya kehamilan dengan kemampuannya dalam memantau tanda bahaya kehamilan . Diharapkan Dinas Kesehatan bersama Puskesmas secara berjenjang sampai ke desa, membentuk tim pemantau KIA, membuat petunjuk pelaksanaan dan teknis pemantauan, memberikan pelatihan, mengoptimalkan program/kegiatan, melakukan pembinaan teknis dan monev yang terjadwal dan berkelanjutan, kemudian hasilnya dilakukan umpan balik, serta melibatkan kader dalam evaluasi kegiatan.
Cegah Stunting melalui Deteksi Dini Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Remaja di Desa Pasirkupa Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak Rusyanti, Siti; Sutomo, Omo; Iswanti, Tutik
Malahayati Nursing Journal Vol 7, No 3 (2025): Volume 7 Nomor 3 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v7i3.18437

Abstract

ABSTRACT Chronic Energy Deficiency (CED) is a lack of energy or nutritional intake that lasts for a long time. CED often occurs in pregnant women. If during this period nutritional consumption is not balanced, it will result in malnutrition. The phenomenon in society shows that even though someone knows the theory of balanced nutrition, it does not necessarily mean that they have applied the theory in their daily lives because young women are afraid of having an obese body (fat) and looking ugly to look at.The purpose of this Community Service activity is to increase the knowledge and skills of the Pasirkupa Village community, Kalanganyar District, Lebak Regency in terms of early detection of KEK cases, especially adolescents as an effort to prevent stunting and to be able to carry out early detection of KEK cases, especially adolescents as an effort to prevent stunting. The method used in community service activities is a workshop on KEK and Early Detection of KEK Incidents in young women. The results of this activity are that young women understand the importance of early detection of KEK for adolescents, they routinely come to the Posyandu to check their health as an effort to detect KEK early in adolescents and also as an effort to internalize to the community that adolescent groups must prepare their health so that they can undergo the reproductive process optimally in the future which ultimately public health will always be well maintained. The need for continuous motivation from health workers, especially village supervisors, so that adolescents are always enthusiastic about visiting the Posyandu regularly. Wider socialization is needed to the entire community, including parents of adolescents. Keywords: Early Detection of Chronic Energy Deficiency (CED), Adolescent Girls.  ABSTRAK Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan kekurangan energi atau asupan nutrisi yang berlangsung lama. Bila masa ini konsumsi gizi tidak seimbang maka mengakibatkan kekurangan gizi. Fenomena di masyarakat menunjukkan bahwa meskipun seseorang mengetahui teori mengenai gizi seimbang belum tentu sudah menerapkan teori tersebut dalam kehidupannya sehari-hari dikarenakan remaja putri takut memiliki badan yang obesitas (Gemuk) dan terlihat jelek untuk di pandang. Tujuan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat  Desa Pasirkupa Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak dalam hal deteksi dini kasus KEK khususnya remaja sebagai upaya pencegahan stunting serta dapat melakukan deteksi dini kasus KEK khususnya remaja sebagai upaya pencegahan stunting. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat yaitu lokakarya tentang KEK dan Deteksi Dini Kejadian KEK pada remaja putri. Hasil kegiatan ini yaitu remaja putri memahami tentang pentingnya deteksi dini KEK bagi remaja, mereka secara rutin datang ke Posyandu untuk memeriksakan kesehatannya sebagai salah satu upaya deteksi dini KEK pada remaja dan juga sebagai salah satu upaya internalisasi kepada masyarakat bahwa kelompok remaja harus disiapkan kesehatannya agar dapat menjalani proses reproduksi dengan optimal di masa mendatang yang pada akhirnya kesehatan masyarakat akan selalu terjaga dengan baik. Perlunya motivasi terus menerus dari petugas kesehatan khususnya pembina desa agar remaja selalu semangat untuk mengunjungi Posyandu secara rutin. Perlu sosialisasi yang lebih luas kepada seluruh masyarakat, termasuk para orang tua remaja. Kata Kunci: Deteksi Dini Kurang Energi Kronis (KEK), Remaja Putri.
Latrine Quality Associated with Diarrhoea Incidence in Mekarsari Health Centre Area, Lebak Regency Sutomo, Omo; Rokayah, Yayah; Wasludin, Wasludin
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 17 No. 4 (2024): February
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v17i4.3590

Abstract

The World Health Organization defines sanitation as the provision of facilities and services for the disposal of human excreta, such as urine and feces, including family latrines. In 2019, the percentage of families in Banten province using latrines was 70.5%, lower than the national average of 72.3% for those using permanent sanitary latrines. Sanitation is related to environmental health, which influences public health. Poor sanitation conditions have negative impacts on various aspects of life, ranging from the degradation of community environmental quality to the contamination of drinking water sources, the increase in diarrheal diseases, and the emergence of other illnesses. Diarrheal diseases are potential endemic diseases with outbreaks often resulting in fatalities in Indonesia. The prevalence of diarrhea in 2018, diagnosed by healthcare professionals, was 6.8%, and based on self-reported symptoms, it was 8%. This study aims to determine the relationship between the quality of family latrines and the occurrence of diarrhea in the Mekarsari Community Health Center area, Lebak Regency, using a cross-sectional study design. The study population consists of all families with family latrines (goose-neck latrines) in the Mekarsari Community Health Center area, with a sample size of 88 families. Statistical chi-square tests were conducted at an alpha level of 0.05. The results indicate that nearly all respondents (93.2%) were male, predominantly in the productive age group (96.6%). The majority of respondents had low levels of education (67%), and almost all were non-civil servants (97.7%). Monthly income for most respondents (73.9%) was below the Lebak Regency Minimum Wage (< Rp 2,944,665). A proportion (17%) of families still had low-quality latrines, and some family members suffered from diarrhea (13.6%). There is a significant association between latrine quality and the occurrence of diarrhea (p=0.005). Families with low-quality latrines are over seven times more likely to suffer from diarrhea compared to those with high-quality latrines (OR=7.44). Empowerment through health education and support is necessary to enable families to understand, accept, and adopt behaviors to improve, construct, and maintain family latrines, thus ensuring diarrhea-free households.
The Relationship of Latrine Quality with The Incidence of Worms in The Mekarsari Health Center Area, Lebak District Sutomo, Omo; Rokayah, Yayah; Wasludin, Wasludin
JURNAL INFO KESEHATAN Vol 22 No 1 (2024): JURNAL INFO KESEHATAN
Publisher : Research and Community Service Unit, Poltekkes Kemenkes Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31965/infokes.Vol22.Iss1.1635

Abstract

Family latrines, crucial for sanitation, impact community health. In 2019, Banten had 70.5% latrine use, below the national 72.3%. Poor sanitation causes diseases like helminthiasis, affecting many, especially children. This study aims to determine the relationship between the quality of family latrines and the incidence of helminthiasis in the Mekarsari Health Center area of Lebak Regency. The study used a cross-sectional design. The population included all families with goose-neck latrines in the Mekarsari Health Center area, with a sample size of 88 families. Data analysis was conducted in stages using the chi-square test at an alpha level of 0.05. The results showed that nearly all respondents (93.2%) were male, 96.6% were of productive age, most had low education levels (67%), and nearly all were non-civil servants (97.7%). The majority (73.9%) had a monthly income below the Lebak Regency minimum wage (< Rp 2,944,665). There were still 17% of families with low-quality latrines, and 9.1% of family members suffered from or were infected with helminthiasis (Ancylostoma duodenale). The relationship test results showed a significant relationship between latrine quality and helminthiasis incidence, with a p-value of 0.000 (p<α). The OR value was 63,000, meaning that families with low-quality latrines were 63 times more likely to suffer from or be infected with helminthiasis compared to families with high-quality latrines. The conclusion is that there is a relationship between the quality of latrines and the incidence of helminthiasis in the Mekarsari Health Centre Area, Lebak Regency. Serious efforts are needed to empower families through health education and assistance to encourage them to improve, construct, and maintain quality latrines to prevent helminthiasis infections.
Pemberdayaan Remaja dalam mengatasi Dismenore Primer dengan Cara Non Farmakologi di SMPN 2 Sajira Kabupaten Lebak Provinsi Banten Rusyanti, Siti; Sutomo, Omo
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 8 (2024): Volume 7 No 8 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i8.13340

Abstract

ABSTRAK Nyeri haid (Dismenore ) merupakan salah satu morbiditas ginekologi yang dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan haid ini seringkali dialami oleh wanita di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sebanyak 64,25% wanita di Indonesia mengalami dismenorrhae; 54,89% mengalami dismenore primer dan 9,36% mengalami dismenore sekunder. Dismenore berdampak terhadap penurunan kualitas hidup wanita. Salah satu penanganan dismenore adalah dengan pemberian terapi non farmakologis dengan mengkonsumsi bahan herbal dan latihan fisik. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMPN 2 Sajira yang mengalami dismenore primer dengan keluhan ringan bahkan berat sehingga mengganggu aktivitas belajar bahkan tidak dapat hadir ke sekolah. Upaya yang dilakukan adalah mengatasi nyeri haid tersebut dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri. Penggunaan obat-obatan dalam jangka panjang berdampak terhadap kesehatan terutama fungsi hati. Tujuan agar remaja mampu mengatasi secara mandiri keluhan Dismenore Primer secara non farmakologis dengan mengkonsumsi bahan herbal dan latihan fisik. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat yaitu memberikan edukasi secara teori dan praktik dengan metode Ceramah Tanya Jawab (CTJ), brain stroming dan praktik kepada siswi yang menjadi binaan dalam kegiatan pengabdian masyarakat melalui KIE tentang Disminore Primer dan cara penanganannya dengan non farmakologis serta melakukan praktik langsung metode pengurangan dismenore primer. Hasil monitoring dan evaluasi didapatkan para siswi mengaplikasikan cara penanganan dismenore dengan cara non farmakologi secara mandiri sehingga dismenore dapat diatasi dengan lebih mudah. Remaja mampu mengatasi secara mandiri keluhan Dismenore Primer secara non farmakologis dengan mengkonsumsi bahan herbal dan latihan fisik. Kata kunci: Remaja,Dismenore Primer,Non Farmakologi  ABSTRACT Menstrual pain (dysmenorrhea) is one of the gynecological morbidities experienced by most women. Menstrual disorders are often experienced by women all over the world, including in Indonesia. As many as 64.25% of women in Indonesia experience dysmenorrhea; 54.89% had primary dysmenorrhea and 9.36% had secondary dysmenorrhea. Dysmenorrhea has an impact on reducing the quality of life for women. One of the treatments for dysmenorrhea is non-pharmacological therapy by consuming herbal ingredients and physical exercise. The results of a preliminary study conducted at SMPN 2 Sajira who experienced primary dysmenorrhea with mild or even severe complaints that disrupted learning activities and could not even attend school. Efforts are being made to overcome menstrual pain by taking painkillers. Long-term use of drugs has an impact on health, especially liver function. Purpose to the aim of the activity is for youth to be able to independently deal with complaints of Primary Dysmenorrhea in a non-pharmacological manner by consuming herbal ingredients and physical exercise. The method used in community service activities is to provide education in theory and practice with the Question and Answer Lecture (CTJ) method, brain stroming and practice to students who are assisted in community service activities through KIE on Primary Dysmenorrhea and how to handle it with non-pharmacological and practice direct primary dysmenorrhea reduction method. The results of monitoring and evaluation showed that the students applied non-pharmacological methods of handling dysmenorrhea independently so that dysmenorrhea could be treated more easily. Adolescents are able to independently overcome Primary Dysmenorrhea complaints non-pharmacologically by consuming herbal ingredients and physical exercise. Keywords : Adolescents, Primary Dysmenorrhea, Non-Pharmacology