Idulfilastri, Rita Markus
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PERAN KEPEMIMPINAN TRAN SFORMASIONAL TERHADAP KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN MILENIAL DENGAN VARIABEL KOMUNIKASI SEBAGAI MEDIATOR Wailulu, Kintan Nurcahya; Dewi, Fransisca I.R; Idulfilastri, Rita Markus
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.5881

Abstract

Keterikatan kerja merupakan isu yang penting dalam suatu organisasi karena hal tersebut berdampak pada produktivitas individu maupun organisasi saat ini. Keterikatan kerja (work engagement) merupakan hubungan relasi individu ataupun kelompok terhadap suatu pekerjaan. Fenomena dalam dunia kerja saat ini masuknya generasi kerja milenial yang cenderung memiliki keterikatan kerja rendah yakni mudah merasakan adanya tekanan dalam pekerjaan hal tersebut berdampak pada penyelesaian tugas. Dalam penelitian ini, keterikatan kerja ditinjau dari segi gaya kepemimpinan transformasional (transformational leadership) dengan komunikasi sebagai mediator. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling sebanyak 371 partisipan karyawan milenial telah mengikuti survey yang dilakukan. Berdasarkan hasil analisa Structural Equation Model (SEM) dan ditemukan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki peran yang signifikan terhadap keterikatan kerja dan komunikasi terbukti berperan sebagai mediator.  Work engagement is important issue in organization due to it has an impact on the productivity of individuals or organization performance. Work engagement is relationship of individuals or groups to a job. The phenomenon right now is entry of millennial work generation which tends to have a low work engagement, and easy to feel the pressure in the work and it has an impact on task completion. In this study, work engagement is viewed in terms of transformational leadership style with communication as a mediator. This study used a purposive sampling method with 371 millennial employees who already participated. Based on the analysis of the Structural Equation Model (SEM) found that transformational leadership has a significant role in work engagement and communication is proven to act as a mediator.
PERBEDAAN FAKTOR RISIKO RESILIENSI PADA TINGKAT SISWA SMP, SMA DAN MAHASISWA POLITEKNIK (STUDI KASUS PADA SEKOLAH DI JAKARTA, JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR) Marat, Samsunuwiyati; Idulfilastri, Rita Markus; Dewi, Fransisca Iriani R.; Bahiyah, Siti
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.7499.2019

Abstract

Penelitian mengenai resiliensi remaja secara indegenous belum banyak dilakukan. Penelitian mengenai faktor-faktor risiko di dalam resiliensi remaja Cina Benteng telah ditemukan adanya 7 (tujuh) faktor risiko yang dihadapi remaja yaitu (1) bencana alam (banjir), (2) pergaulan seks bebas, (3) penyalahgunaan narkoba, (4) bullying, (5) kemacetan lalu lintas, (6) pemalakan, (7) informasi negatif dari media sosial. Ke tujuh faktor risiko ini digunakan untuk menguji faktor risiko pada remaja dengan cakupan remaja yang lebih luas dan mempertahankan keragaman indigenous. Tujuan penelitian adalah menguji apakah ada perbedaan sikap pada remaja SMP, SMA dan Perguruan Tinggi sehingga remaja mampu bertahan atau keluar dari kesulitan hidupnya berdasarkan 7 faktor risiko resileiensi. Jumlah partisipan sebanyak 567 orang terdiri dari siswa SMP sebanyak 179 orang, siswa SMA sebanyak 221 orang dan mahasiswa duduk di semester 1 sebanyak 167 orang, sedangkan wilayah pengambilan data di Jakarta, Jawa Tengah-kota Purwokerto dan Jawa Timur-kota Bojonegoro. Pengolahan data menggunakan SPSS versi 22 dengan teknik statistik One-way ANOVA. Hasil pengujian adanya perbedaan (sig.< 0,05) pada faktor risiko bencana alam/banjir, perilaku seks bebas, narkoba, kemacetan lalu lintas dan informasi negatif dari media sosial. Artinya, siswa SMP, siswa SMA dan mahasiswa bersikap berbeda-beda terhadap faktor-faktor risiko tersebut. Sedangkan faktor risiko bullying tidak terbukti adanya perbedaan (sig.>0,05), dengan demikian ditanggapi dengan sikap sama antara siswa SMP, SMA dan Politeknik. Jika ditinjau dari tingkat pendidikan terbukti siswa SMA dan SMP bersikap sama (sig.>0,05) pada faktor risiko bencana alam dan kemacetan lalu lintas. Sedangkan, mahasiswa dan siswa mempunyai kesamaan sikap pada faktor risiko informasi negatif di media sosial. Terkait dengan budaya lokal terbukti bahwa remaja SMA di Jakarta, Purwokerto dan Bojonegoro berbeda sikap menyingkapi risiko yang dihadapinya terutama mengenai narkoba. Namun kesamaan sikap ketika dihadapi oleh situasi pemalakan dan mendapatkan informasi negatif dari sosial media. Remaja Jakarta mempunyai banyak sikap berbeda dengan remaja di Purwokerto dan Bojonegoro. There is little research on indigenous adolescents’ resilience. Research on risk factors in resilience of Benteng China adolescents has found 7 (seven) risk factors faced by adolescents, namely (1) natural disasters (floods), (2) promiscuity, (3) drug abuse, (4) bullying, (5) traffic congestion, (6) mugging, (7) negative information from social media. These seven risk factors are used to test risk factors broader range of adolescents while maintaining maintain indigenous diversity. The purpose of this study is to test whether there are differences in attitudes in adolescents of junior high, high school and tertiary institutions that allow adolescents to survive or solve their life issues based on the 7 risk factors for resilience. The number of participants were 567 people consisted of 179 junior high school students, 221 high school students and 167 students in semester 1 of tertiary education, while the data collection areas were in Jakarta, Central Java in Purwokerto and East Java in Bojonegoro. Data was processed using SPSS version 22 with One-way ANOVA statistical technique. The test results show differences (sig. <0.05) on risk factors for natural disasters / floods, free sex, drugs, traffic jams and negative information from social media. This means that middle school students, high school students and college students behave differently towards these risk factors. Meanwhile the risk factors for bullying have not shown significant differences (sig.> 0.05), causing similar responses among middle, high school and polytechnic students. When viewed from the level of education it is proven that high school and junior high school students behave in the same way (sig.> 0.05) on natural disaster risk factors and traffic congestion. Meanwhile, college students and students have the same attitude towards negative information on social media. Associated with local culture, it is evident that high school students in Jakarta, Purwokerto and Bojonegoro have different attitudes toward the risks they face, especially regarding drug abuse but similar attitudes when faced with mugging and exposure to negative information from social media. Adolescents in Jakarta show many different attitudes compared to adolescents in Purwokerto and Bojonegoro.
APAKAH PEMBERDAYAAN PSIKOLOGIS DAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI MENDUKUNG KESIAPAN UNTUK BERUBAH ? Patricia, Nesa Lydia; Zamralita, Zamralita; Idulfilastri, Rita Markus
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i1.7706.2020

Abstract

Facing the demands of economic change in global competition which creates an increasingly fierce competition climate, an organization must make changes as an adjustment in order to exist and develop. Increasing readiness for change in all employees is one of the most effective interventions an organization can undertake so that the change process can achieve the expected goals. This aim of this study is to identify the role of psychological empowerment and perceived of organizational on the readiness for change. The readiness for change is an employee's belief that they are capable for implementing the proposed change (change efficacy), the proposed changes are appropriate for the organization (appropriateness), the leader is committed to the proposed change (management support), and proposed changes will benefit the members of the organization personal benefit). The study was conducted on 53 employees of Airline X used populated samples and analyzed using linear regression by SPSS. The results showed that psychological empowerment had positive and significant influence on readiness for change Perceived of organizational support had positive and significant influence on readiness for change Both psychological empowerment and perceived of organizational support have positive and significant influence on readiness for change. The findings may serve as a reference for the improvement of the change strategy. Sebagai penyesuaian diri dalam menghadapi tuntutan perubahan ekonomi dalam persaingan global, suatu organisasi harus melakukan perubahan agar dapat eksis dan berkembang. Salah satu intervensi paling efektif yang dapat dilakukan oleh organisasi agar proses perubahan dapat mencapai tujuan yang diharapkan adalah dengan meningkatkan kesiapan terhadap perubahan pada seluruh karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran pemberdayaan psikologis dan persepsi dukungan organisasi terhadap kesiapan untuk berubah. Kesiapan untuk berubah merupakan kepercayaan karyawan bahwa mereka mampu melaksanakan perubahan yang diusulkan (change efficacy), perubahan yang diusulkan tepat untuk dilakukan organisasi (appropriateness), pemimpin berkomitmen dalam perubahan (management support), dan perubahan akan memberikan keuntungan bagi anggota organisasi (personal benefit). Penelitian dilakukan terhadap 53 orang karyawan maskapai penerbangan X menggunakan sampel jenuh. Analisis dilakukan menggunakan regresi linear dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan pemberdayaan psikologis memengaruhi kesiapan untuk berubah. Persepsi dukungan organisasi memengaruhi kesiapan untuk berubah. Pemberdayaan psikologis dan Persepsi dukungan organisasi secara simultan memengaruhi kesiapan untuk berubah. Temuan penelitian ini diharapkan menjadi referensi penyempurnaan strategi perubahan dengan intervensi peningkatan kesejahteraan karyawan dan mempertahankan keberlanjutan pemberdayaan psikologis karyawan dengan memfasilitasi mereka untuk berkinerja optimal melalui program-program pengembangan yang terarah.
DINAMIKA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI DAN KINERJA DALAM SITUASI PROXIMAL WITDRAWAL STATE Kristanti, Rena; Rostiana, Rostiana; Idulfilastri, Rita Markus
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.9484.2020

Abstract

Work performance is a major issue that is widely discussed relating to increase the productivity of a company. In this study, work performance will be reviewed in terms of Perceived Organizational Support (POS) and Perceived Organizational Competence (POC) by considering the Proximal Withdrawal State (PWS) situation felt by employees. PWS is the initial mental state or cognition experienced by a person before leaving an organization (Hom et al., 2012 in Robinson, 2014). PWS consists of two dimensions, namely desired employment status (employees’ preference to keep working or leaving) and perceived volitional control (control of decisions to work or resign). The combination of the two dimensions produces four types of employees, namely Enthusiastic Stayer, Reluctant Leaver, Enthusiastic Leaver, and Reluctant Stayer. The study was a non-experimental study and held using quantitative research method. By employing proportionate stratified random sampling, a total of 326 employees from PT. X participated in a survey. Linear regression analysis was used in data processing and results. Results show that perceived organizational support and  perceived organizational competence simultaneously affect the employee work performance in Enthusiastic Stayer and Reluctant Leaver situations. Results also show that POS and POC do not affetc work performance in Enthusiastic Leaver and Reluctant Stayer. Kinerja (work performance) karyawan adalah isu yang terjadi dalam perusahaan-perusahaan di dunia. Kinerja merupakan isu utama yang banyak dibahas berkaitan dengan peningkatan produktivitas suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, kinerja ditinjau dari segi persepsi karyawan terhadap dukungan organisasi (perceived organizational support - POS) dan persepsi karyawan terhadap kemampuan organisasi (perceived organizational competence - POC). Selain itu, penelitian juga dilakukan dengan mempertimbangkan situasi proximal withdrawal state yang saat ini dialami oleh karyawan. Proximal Withdrawal States (PWS) adalah kondisi kognitif awal seseorang berkaitan dengan partisipasi dalam organisasi yang mendahului terjadinya turnover. PWS terdiri atas dua dimensi yang saling terkait yaitu desired employment status (preferensi karyawan untuk tetap bekerja pada perusahaan atau meninggalkannya) dan perceived volitional control (kendali karyawan terhadap keputusan untuk tetap bekerja atau mengundurkan diri). Kombinasi dua dimensi tersebut menghasilkan empat tipe karyawan yaitu Enthusiastic Stayers, Reluctant Leavers, Enthusiastic Leavers, dan Reluctant Stayers. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang dilakukan secara kuantitatif. Dengan mengunakan proportionate stratified random sampling, sebanyak 326 orang karyawan dari PT. X telah mengikuti survey yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan analisa regresi linear dan ditemukan bahwa persepsi terhadap dukungan organisasi (POC) dan kemampuan organisasi (POS) secara bersamaan mempengaruhi kinerja karyawan pada situasi Enthusiastic Stayer dan Reluctant Leaver. Ditemukan pula bahwa POS dan POC tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan Enthuiastic Leaver dan Reluctant Stayer.
PENGUJIAN VALIDITAS KONSTRUK ALAT UKUR INTERPERSONAL EMOTION REGULATION QUESTIONNAIRE PADA REMAJA DENGAN MENGGUNAKAN CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS Sutanto, Cynthia; Mar'at, Samsunuwiyati; Idulfilastri, Rita Markus
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i1.9450.2021

Abstract

Experience has different impacts for each individual. Individuals have several choices in the emotions one feels by regulating emotions. Emotion and emotional regulation take shape in a social context. This makes researchers interested in seeing messages, emotions in a social context. This formation is by looking at the results of the test results of the construct validity of the Indonesian version of the Interpersonal Emotion Regulation Questionnaire (IERQ) measuring instrument which has the same construct as the IERQ measuring instrument from Hofmann, Carpenter and Curtis (2016). It is hoped that this can contribute to measuring emotions that come from the social context in Indonesian. This research was conducted in May 2020 on 202 participants with adolescents aged 12-21 years. The factor analysis method used in this study is Confirmatory Factor Analysis (CFA) using the Lisrel program. The results of data analysis show that the construct validity of the IERQ measuring instrument which has been entered into Indonesian shows a positive and significant loading factor. This shows the Indonesian version of the IERQ construct with the same construct as the IERQ measuring instrument from Hofmann, Carpenter and Curtis. The results showed that the Indonesian version of the IERQ measuring instrument can be used by researchers to measure emotional regulation in adolescents in Indonesia. The next research can look in more detail and in-depth about the causes of people to do emotional regulation, and can try out the Indonesian version of the IERQ measurement tool on different participants. Pengalaman emosional merupakan suatu pengalaman yang pasti akan dialami oleh semua individu. Pengalaman emosional memberikan dampak yang berbeda-beda untuk setiap individunya. Individu memiliki beberapa pilihan dalam memodifikasi emosi yang dirasakan salah satunya dengan meregulasi emosi. Emosi dan regulasi emosi terbentuk dalam konteks sosial. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengetahui pembentukan regulasi emosi dalam konteks sosial. Pembentukan tersebut dengan melihat hasil uji validitas konstruk alat ukur Interpersonal Emotion Regulation Questionnaire (IERQ) versi Indonesia memiliki konstruk yang sama dengan alat ukur IERQ dari Hofmann, Carpenter dan Curtis (2016). Hal tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangan alat ukur regulasi emosi yang berasal dari konteks sosial dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2020 terhadap 202 partisipan dengan karakteristik remaja berusia 12-21 tahun. Metode analisis faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan menggunakan program Lisrel. Hasil analisis data menunjukkan validitas konstruk pada alat ukur IERQ yang sudah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menunjukan loading factor positif dan signifikan. Hal ini menunjukkan konstruk IERQ versi Bahasa Indonesia memiliki konstruk yang sama dengan alat ukur IERQ dari Hofmann, Carpenter dan Curtis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa alat ukur IERQ versi Bahasa Indonesia dapat dipergunakan oleh para peneliti untuk mengukur regulasi emosi pada remaja di Indonesia. Penelitian berikutnya dapat mengamati lebih mendetail dan mendalam mengenai penyebab orang-orang melakukan regulasi emosi, serta dapat mengujicobakan alat ukur IERQ versi Indonesia pada partisipan yang berbeda.
KAJIAN META ANALISIS ALAT UKUR INTERNET GAMING DISORDER Fiscarina, Claudia; Soetikno, Naomi; Idulfilastri, Rita Markus
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.9503.2020

Abstract

Online game addiction is one of the addictive behaviors described by APA (2013) as a mental and behavioral disorder called Internet Gaming Disorder (IGD) with 9 criteria. This study aims to identify the appropriate criteria for internet gaming disorder to be used in the preparation of measuring instruments using a meta-analysis study. A total of 33 out of 470 articles involving 11 measuring instruments for internet gaming disorder were studied using random-effect models. A total of 29599 samples were involved in this study. The results showed that the criteria for internet gaming disorder owned by the PVP Scale had a weighted score percentage of 10.3% with the criteria of preoccupation, tolerance, loss of control, withdrawal, escape, deception, and disregard family / school disruption, from the correlation coefficient test it showed that preoccupation (p 0.040 <0.05) and tolerance (p 0.043 <0.05) had a positive correlation with internet gaming disorder. This study did not show publication bias. Kecanduan game online merupakan salah satu dari perilaku kecanduan berdasarkan APA (2013) dijelaskan sebagai gangguan mental dan perilaku dengan sebutan Internet Gaming Disorder (IGD) dengan 9 kriteria. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kriteria internet gaming disorder yang tepat untuk dipergunakan dalam penyusunan alat ukur dengan studi meta-analisis. Sebanyak 33 artikel dari 470 artikel yang melibatkan 11 alat ukur internet gaming disorder dipelajari menggunakan random-effect models. Sebanyak 29599 sampel dilibatkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria internet gaming disorder yang dimiliki oleh PVP Scale memiliki presentase weighted score sebesar 10.3% dengan kriteria preoccupation, tolerance, loss of control, withdrawal, escape, deception, and disregard family / school disruption. Dari uji koefisien korelasi pada ketujuh kriteria internet gaming disorder menunjukkan bahwa preoccupation (p 0.040 < 0.05) dan tolerance (p 0.043 < 0.05) memiliki korelasi positif terhadap internet gaming disorder.  Studi ini tidak menunjukkan bias publikasi.
GAMBARAN KUALITAS KEHIDUPAN REMAJA (STUDI PADA REMAJA DI DAERAH GEMPA BUMI) Dewi, Fransisca Iriani Roesmala; Idulfilastri, Rita Markus; Angela, Lisa; Sari, Meylisa Permata
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i1.11030.2021

Abstract

Indonesia's territory which is located at the confluence of three major tectonic plates in the world, causes Indonesia to experience frequent natural disasters such as earthquakes. Three areas in Indonesia that experienced major earthquakes in the last 10 years are Aceh, Mataram / Lombok, and Palu. The earthquake not only caused material damage but also psychological trauma. Post-disaster trauma is vulnerable to children and adolescents. Problems experienced from a disaster have an impact on various aspects of life so that they can affect the quality of life of the victim. Quality of life is very important especially for adolescents, because adolescents who have higher quality of life tend to have low physical and psychological problems. Therefore, this study aims to describe the quality of life of adolescents in earthquake areas. Participants in this study were 437 senior high school students aged 12-19 years. All participants came from Aceh (NAD), Mataram (NTB), and Palu (Central Sulawesi). Data collection was carried out through a survey with WHOQOL-BREF questionnaire which consisted of 4 aspects, namely physical, psychological, social, and environmental. Data analysis used descriptive statistical techniques which is processed using the IBM 22.0 version of the SPSS (Statistical Product and Service Solutions) computer program and the LISREL 8.80 program. Data collection was carried out before the COVID-19 Pandemic occurred. The results showed that the quality of life of adolescents in terms of physical, psychological, social, and environmental aspects in Aceh, Mataram and Palu was classified as moderate. The results of this study can be used as a first step in designing interventions related to the quality of life of adolescents in earthquake areas. Posisi wilayah Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama di dunia menyebabkan Indonesia sering mengalami bencana alam seperti gempa bumi. Daerah di Indonesia yang mengalami gempa besar dalam 10 tahun terakhir yaitu Aceh, Mataram/Lombok, dan Palu. Gempa tersebut tidak hanya memberikan dampak berupa kerusakan materiil tetapi juga trauma psikologis. Trauma pasca bencana ini rentan dialami oleh anak-anak dan remaja. Masalah yang dialami dari satu peristiwa bencana berdampak pada berbagai aspek kehidupan sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup korban. Kualitas hidup sangat penting khususnya bagi remaja karena remaja yang memiliki kualitas kehidupan yang tinggi cenderung rendah mengalami permasalahan fisik dan psikologis. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup remaja di daerah gempa. Partisipan dalam penelitian ini adalah 437 siswa SMA sederajat berusia 12-19 tahun. Partisipan berasal dari Aceh (NAD), Mataram (NTB), dan Palu (Sulawesi Tengah). Pengumpulan data menggunakan metode survei melalui kuesioner WHOQOL-BREF yang terdiri dari 4 aspek yaitu fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Analisis data menggunakan teknik statistik deskriptif dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi IBM 22.0. Pengambilan data dilaksanakan sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup remaja ditinjau dari aspek fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan di Aceh, Mataram, dan Palu tergolong sedang. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal dalam merancang intervensi terkait kualitas kehidupan remaja di daerah gempa.
MOOD DISORDER QUESTIONNAIRE-INA: PENGUJIAN KONSTRUK BERDASARKAN VALIDITAS BUTIR DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS Gunawan, Hosea; Satiadarma, Monty P.; Idulfilastri, Rita Markus
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.9397.2021

Abstract

Mood Disorder Questionnaire-INA (MDQ-INA) is one of the most popular screening tool that has been used around the world and it has been adapted into Bahasa Indonesia. This screening tool can be very useful because it helped professional by identifying mania or hypomania symptoms on bipolar patient. The purpose of this study is to find the proof of construct validity in MDQ-Ina by using Confirmatory Factor Analysis (CFA) approach. There are 13 items that has been tested and there are 209 subjects in this study. This study is using LISREL 9.30 student version to analyze CFA based on fitness of the model, item validity with P-value > .05; positive loading factor; and t-value > 1.96. The result of this study is MDQ-INA is having 13 valid items with positif loading factor. Conclusion of this study is MDQ-INA is screening tool that has a good construct validity and can be used in screening patient with bipolar and can also be use in further study or research about bipolar or screening tool. Mood Disorder Questionnaire-INA (MDQ-INA) merupakan salah satu alat ukur skrining gangguan bipolar yang paling sering digunakan di seluruh dunia dan telah di adaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Alat ukur skrining ini dinilai sangat berguna karena membantu memastikan kemunculan gejala mania maupun hipomania pada pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji konstruk MDQ-INA berdasarkan validitas butir menggunakan factor analysis, Confirmatory Factor Analysis (CFA). Jumlah butir tes sebanyak 13 butir, pengambilan data dilakukan kepada 209 subyek. Pengolahan data CFA menggunakan program LISREL 9.30 student, hasil pengujian berdasarkan model-fit dan validitas butir dengan P-Value > .05; factor loading positif; t-value > 1.96. Hasil pengujian menunjukkan bahwa MDQ-INA memiliki 13 butir valid dengan loading factor positif. Oleh karena itu, MDQ-INA merupakan alat ukur skrining bipolar dengan validitas konstruk yang baik. MDQ-INA dapat digunakan lebih lanjut untuk melakukan skrining pada pasien maupun untuk penelitian lebih lanjut mengenai alat ukur skrining ini.
PENGUJIAN STRUKTUR FAKTOR PADA KONSTRUK BECK SCALE FOR SUICIDE IDEATION DENGAN INDIVIDU DEWASA AWAL Kesuma, Verisca Marciana; Atmodiwirjo, Ediasri Toto; Idulfilastri, Rita Markus
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.11310.2021

Abstract

WHO called suicide become a global phenomenon. There are at least 800,000 people who commit suicide each year or at least one death every 40 seconds. In fact, 79% of suicide occur in low and middle income countries from ages 15-29. Suicides have also increased in Indonesia at least in January to September 2019 by 302 cases. According to Beck et al. individuals who want to commit suicide are preceded by the suicide ideation so its appropriate to assess suicide in predicting suicide risk later in life. According to Beck et. al. it’s appropriate to assess suicide ideation to predicting suicide risk in the future. Scale For Suicide Ideation (BSS) is one of the measuring tools to assess someone’s suicide ideation by Beck et al. Some researchers in Indonesia use or refer to indicators in BSS. There are 4 studies that use BSS. 2 of them, use three indicators, 1 of them use five indicators, and other only use BSS without mentioning the indicator. Based on this, researchers want to test the factor structure of the construct in BSS. Participants in this study were 158. The results obtained from testing the factor structure are that there are 3 indicators with the model classified as fit. The first indicator has 10 significant items, the second indicator has 6 significant items, while the third indicator has 3 significant items. WHO menyebutkan bunuh diri menjadi suatu fenomena yang global. Terdapat setidaknya lebih dari 800 ribu orang yang melakukan bunuh diri tiap tahunnya atau setidaknya 1 kematian setiap 40 detik. Faktanya 79% bunuh diri terjadi pada negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah dari usia 15-29 tahun. Kasus bunuh diri juga bertambah di Indonesia setidaknya pada Januari sampai September 2019 sebanyak 302 kasus. Menurut Beck et al. individu yang ingin bunuh diri didahului oleh ide untuk bunuh diri sehingga tepat untuk menilai bunuh diri dalam memprediksi risiko bunuh diri di kemudian hari.  Scale for Suicide Ideation (BSS) merupakan salah satu alat ukur untuk menilai ide bunuh diri seseorang yang disusun oleh Beck et al. Beberapa peneliti di Indonesia menggunakan atau mengacu pada indikator dalam BSS. Terdapat 4 penelitian yang menggunakan BSS, 2 diantaranya menggunakan tiga indikator, 1 peneliti menggunakan lima indikator dan yang lainnya hanya menggunakan alat ukur BSS tanpa menyebutkan indikator yang digunakan. Berdasarkan hal ini, peneliti ingin menguji struktur faktor pada konstruk BSS. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 158 partisipan. Hasil yang didapatkan dari pengujian struktur faktor adalah terdapat 3 indikator dengan model yang tergolong fit. Indikator pertama memiliki 10 butir yang signifikan, indikator ke 2 memiliki 6 butir yang signifikan, sedangkan indikator ke 3 memiliki 3 butir yang signifikan.