Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

MOOD DISORDER QUESTIONNAIRE-INA: STUDI ADAPTASI ALAT UKUR SKRINING BIPOLAR Gunawan, Hosea; Satiadarma, Monty P.; Idulfilastri, Rita M.
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i1.7442.2020

Abstract

There are around 46 million people who had bipolar disorder in the world. The number of people diagnosed with bipolar disorder are also increaseasing. Misdiagnosis due to depression episode in bipolar disorder is also a common problem. This misdiagnosis could have a negative effect to the bipolar patient. One of the common way in detecting mania/hypomania in bipolar is using a screening tool. Mood Disorder Questionnaire (MDQ) is the most widely known and used for bipolar screening. However, bipolar screening tool is not commonly used because there was no available screening tool that has been develop or adapt correctly to be used in Indonesia. That is why the purpose of this study is to adapt the Mood Disorder Questionnaire in Indonesia. After MDQ is going through adaptation process, it is been try out to 20 participants with bipolar diagnosis and 20 participants without diagnosis. Try out data than been processed with SPSS 20.0. The result of reliability analysis shows a good result (13 items; α = .82). MDQ-INA also show a good sensitivity = .95 and a good specificity = .90. Based on the results, MDQ-INA is good enough to be used as bipolar screening tool and can also be used in future research about bipolar or validation study. Terdapat sekitar 46 juta orang di seluruh dunia memiliki gangguan bipolar. Di Indonesia sendiri peningkatan jumlah individu dengan diagnosis bipolar cukup banyak. Episode depresi yang mendominasi pada penderita bipolar seringkali menyebabkan kesalahan diagnosis yang diberikan dan hal ini berdampak buruk bagi individu tersebut. Oleh karena itu, salah satu cara untuk membantu mendeteksi symptom mania atau hypomania pada individu dengan bipolar adalah dengan menggunakan alat ukur skrining. Mood Disorder Questionnaire merupakan alat ukur skrining bipolar yang paling sering digunakan di seluruh dunia. Namun, di Indonesia belum ada alat ukur skrining yang dikembangkan maupun di adaptasi dengan baik sehingga penggunaan alat ukur skrining masih belum diberikan kepada pasien dengan kecenderungan bipolar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengadaptasi MDQ ke dalam bahasa Indonesia dan mendapatkan gambaran sensitivity dan specificity dari alat ukur skrining bipolar MDQ yang telah di adaptasi. Uji coba alat ukur diberikan pada 20 partisipan dengan diagnosis bipolar dan 20 partisipan tanpa diagnosis bipolar. Data yang diterima kemudian diolah menggunakan SPSS 20.0. Hasil pengolahan data menunjukkan skor reliabilitas yang baik (13 item; α = .82). MDQ-INA juga menunjukan skor yang baik pada sensitivity = .95 dan specificity = .90. Berdasarkan hasil yang didapatkan MDQ-INA merupakan alat ukur yang layak untuk digunakan untuk skrining bipolar maupun digunakan pada penelitian mengenai bipolar maupun penelitian mengenai validasi alat ukur.
EFEKTIVITAS ART THERAPY METODE GANIM DALAM MENURUNKAN TINGKAT DISREGULASI EMOSI PADA SISWA SMA YANG MENJADI KORBAN BULLYING Giovani, Sella; Satiadarma, Monty P.; Subroto, Untung
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i1.9854.2021

Abstract

Adolescent emotions that are mainly still unstable cause bullying experiences can further impact their ability to be able to regulate their emotions in an effective way (emotional dysregulation). This can have an impact on various aspects of adolescent life, one of which is in building social relationships that can help them to establish their identity as one of the developmental tasks of high school students in adolescence. This study aims to examine the effectiveness of ganim art therapy method in helping to lower the level of emotional dysregulation in high school students who are victims of bullying. Art therapy with Ganim method can be one of the methods used as a cathartic medium to help express their deepest emotions and help overcome them. The use of art method aims to help high school students who are victims of bullying to regulate their emotions in a more positive way. This study used quasi-experimental research design by testing pretest and posttest measuring instrument difficulties emotion regulation scale (DERS) to measure the level of emotional dysregulation of both participants who were high school students aged 16-17 years. The results of this study showed a decrease in the level of emotional dysregulation in participants AY by 41 score and DM 28 score. Therefore, it can be concluded that Ganim art therapy intervention method can effectively help to decrease the level of emotional dysregulation of high school students who are victims of bullying. Emosi remaja yang utamanya masih kurang stabil menyebabkan pengalaman bullying dapat semakin berdampak pada kemampuan mereka untuk dapat meregulasi emosinya dengan cara yang efektif (disregulasi emosi). Hal ini dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan remaja, salah satunya adalah dalam membangun relasi sosial yang dapat membantu mereka untuk menetapkan identitas diri sebagai salah satu tugas perkembangan siswa SMA di masa remaja. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efektivitas art therapy metode Ganim dalam membantu menurunkan tingkat disregulasi emosi pada siswa SMA yang menjadi korban bullying. Art therapy dengan metode Ganim dapat menjadi salah satu metode yang digunakan sebagai media katarsis untuk membantu mengekspresikan emosi terdalam yang mereka miliki dan membantu mengatasi hal tersebut. Penggunaan metode art bertujuan untuk membantu siswa SMA yang menjadi korban bullying untuk meregulasi emosi yang dimiliki dengan cara yang lebih positif. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi-eksperimental dengan menguji pretest dan posttest alat ukur difficulties emotion regulation scale (DERS) guna mengukur tingkat disregulasi emosi kedua partisipan yang merupakan siswa SMA berusia 16-17 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya penurunan tingkat disregulasi emosi pada AY sebesar 41 angka dan DM 28 angka. Maka itu, dapat disimpulkan bahwa intervensi art therapy metode Ganim secara efektif dapat membantu menurunkan tingkat disregulasi emosi siswa SMA yang menjadi korban bullying.
STUDI DESKRIPTIF-KOMPARATIF SIMTOM KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA/I DI UNIVERSITAS X Chandra, Vivian; Satiadarma, Monty P.; Risnawaty, Widya
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i1.7531.2020

Abstract

College students are facing transitions in many aspects, and one of them is the educational challenges. Various types of academic stress may cause anxiety and depression. Hence, it is necessary to provide a description of anxiety and depression prevalences for further interventions. Researchers used DASS as screening instrument and gathered data from 371 students. From these findings, there were more students with anxiety or depression symptoms than those who did not. Anxiety was most found in moderate degree; while depression was most found in mild degree. Such results indicated that mental health awareness and psychological services are necessary to be endorsed for the sake of students’ wellbeing. Mahasiswa merupakan kelompok populasi yang mengalami transisi dalam berbagai aspek, salah satunya adalah dalam tantangan pendidikan. Ragam tantangan dalam dunia perkuliahan berpotensi untuk menyebabkan permasalahan psikologis, seperti stress dan depresi. Oleh karena itu, perlu diperoleh gambaran mengenai simtom kecemasan dan depresi guna ditindaklanjuti. Peneliti menggunakan kuesioner DASS sebagai instrument skrining pada 371 mahasiswa. Dari hasil temuan, ternyata lebih banyak mahasiswa/i yang mengalami simtom kecemasan atau depresi dibandingkan yang tidak mengalami simtom. Tingkat kecemasan yang paling prevalen adalah taraf sedang; taraf depresi yang paling prevalen adalah taraf ringan. Berdasarkan pemaparan data, kesadaran akan kesehatan mental dan layanan psikologis perlu untuk digalakkan demi kesejahteraan mental mahasiswa.
EFEKTIVITAS ART THERAPY DALAM MENURUNKAN KECEMASAN PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENDERITA KANKER Ruslan, Christella; Satiadarma, Monty P.; Subroto, Untung
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i1.9853.2021

Abstract

Cancer is caused by the uncontrolled development of cells in the body and can cause death in someone who experiences it. This condition can affect the physical and psychological health of parents, especially mothers who look after and care for their children. Seeing this, having a child with cancer can certainly cause anxiety in a mother. At the same time, a mother is certainly required to provide emotional support to her child who is sick. This study aims to examine the effectiveness of art therapy in reducing anxiety in mothers of children with cancer. Art therapy that is applied to mothers who have children with cancer can help reduce the anxiety they feel because through this therapy participants are assisted in exploring, releasing their emotions and feelings of anxiety. Through this intervention, mothers who have children with cancer can experience catharsis and express their feelings. Participants in this study consisted of two mothers who have children with cancer. The design of this study is a quasi-experimental study by testing the pretest and posttest using the State-Trait Anxiety Inventory (STAI) measurement tool in measuring state and trait anxiety from mothers who have children with cancer. The results of the study found that there was a decrease in the number of state anxiety by 14 in the R participant and 8 in the RS participant. Based on this, it can be concluded that art therapy intervention can reduce the state anxiety in mothers who have children with cancer. Kanker disebabkan oleh adanya perkembangan sel yang tidak terkendali dalam tubuh dan dapat menyebabkan kematian pada seseorang yang mengalaminya. Kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan secara fisik dan psikologis dari orang tua, terutama ibu yang menjaga serta merawat anaknya. Melihat hal ini, memiliki anak penderita kanker tentu dapat menimbulkan kecemasan dalam diri seorang ibu. Pada saat yang bersamaan, seorang ibu tentu dituntut untuk memberi dukungan secara emosional kepada anaknya yang sedang sakit. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efektivitas dari art therapy dalam menurunkan kecemasan pada ibu yang memiliki anak penderita kanker. Art therapy yang diterapkan pada ibu yang memiliki anak penderita kanker dapat membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan karena melalui terapi ini partisipan dibantu agar bisa mengeksplorasi dan mengeluarkan emosi serta perasaan cemas yang dimiliki. Melalui intervensi art therapy ini, ibu yang memiliki anak penderita kanker dapat melakukan katarsis dan mengungkapkan perasaannya. Partisipan dalam penelitian ini terdiri atas dua orang ibu yang memiliki anak penderita kanker. Adapun desain penelitian ini adalah kuasi-eksperimental dengan menguji pretest dan posttest yang menggunakan alat ukur State-Trait Anxiety Inventory (STAI) dalam mengukur kecemasan secara state dan trait dari ibu yang memiliki anak penderita kanker. Hasil penelitian menemukan adanya penurunan angka dari skor state anxiety sebesar 14 pada partisipan R dan 8 pada partisipan RS. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa intervensi art therapy dapat membantu menurunkan kecemasan secara state anxiety pada ibu yang memiliki anak penderita kanker.
MOOD DISORDER QUESTIONNAIRE-INA: PENGUJIAN KONSTRUK BERDASARKAN VALIDITAS BUTIR DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS Gunawan, Hosea; Satiadarma, Monty P.; Idulfilastri, Rita Markus
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.9397.2021

Abstract

Mood Disorder Questionnaire-INA (MDQ-INA) is one of the most popular screening tool that has been used around the world and it has been adapted into Bahasa Indonesia. This screening tool can be very useful because it helped professional by identifying mania or hypomania symptoms on bipolar patient. The purpose of this study is to find the proof of construct validity in MDQ-Ina by using Confirmatory Factor Analysis (CFA) approach. There are 13 items that has been tested and there are 209 subjects in this study. This study is using LISREL 9.30 student version to analyze CFA based on fitness of the model, item validity with P-value > .05; positive loading factor; and t-value > 1.96. The result of this study is MDQ-INA is having 13 valid items with positif loading factor. Conclusion of this study is MDQ-INA is screening tool that has a good construct validity and can be used in screening patient with bipolar and can also be use in further study or research about bipolar or screening tool. Mood Disorder Questionnaire-INA (MDQ-INA) merupakan salah satu alat ukur skrining gangguan bipolar yang paling sering digunakan di seluruh dunia dan telah di adaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Alat ukur skrining ini dinilai sangat berguna karena membantu memastikan kemunculan gejala mania maupun hipomania pada pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji konstruk MDQ-INA berdasarkan validitas butir menggunakan factor analysis, Confirmatory Factor Analysis (CFA). Jumlah butir tes sebanyak 13 butir, pengambilan data dilakukan kepada 209 subyek. Pengolahan data CFA menggunakan program LISREL 9.30 student, hasil pengujian berdasarkan model-fit dan validitas butir dengan P-Value > .05; factor loading positif; t-value > 1.96. Hasil pengujian menunjukkan bahwa MDQ-INA memiliki 13 butir valid dengan loading factor positif. Oleh karena itu, MDQ-INA merupakan alat ukur skrining bipolar dengan validitas konstruk yang baik. MDQ-INA dapat digunakan lebih lanjut untuk melakukan skrining pada pasien maupun untuk penelitian lebih lanjut mengenai alat ukur skrining ini.
PENERAPAN ART THERAPY UNTUK MENGURANGI KECEMASAN MAHASISWA USIA EMERGING ADULTHOOD PADA MASA PANDEMI Tjugito, Bryan; Satiadarma, Monty P.; Subroto, Untung
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.11354.2021

Abstract

Coronavirus disease 2019 (covid-19) has made major changes for the country in various sectors, one of which is education. Changes that occur in the education sector are in the form of a face-to-face learning system into an online learning system. This change creates anxiety among students. Some of the effects of this anxiety include sleeping difficulties, stomach disorders, and irregular menstrual cycles. Art therapy has been found to significantly reduce the severity of anxiety. Thus, this study aims to determine whether the application of art therapy can reduce anxiety symptoms in students aged 18-25 years who are doing online learning during a pandemic. The research design used in this study was a quasi-experimental. The sampling technique is non-probability sampling by providing a state-trait anxiety inventory (STAI) measurement tool to see the level of anxiety and participants are selected if they are included in the moderate or high category. Six of the twelve participants were selected (4 participants with a moderate level and 2 participants with a high level) and the researcher took individual data by interviewing to help researchers in building rapport with participants. After six intervention sessions, it was found that there was a decrease in anxiety levels, four participants were at low anxiety levels. Coronavirus disease 2019 (covid-19) memberikan perubahan yang besar bagi negara diberbagai sektor, salah satunya pendidikan. Perubahan yang terjadi pada sektor pendidikan berupa sistem belajar tatap muka menjadi sistem belajar daring. Perubahan ini menimbulkan rasa cemas pada para pelajar, tidak terkecuali mahasiswa. Beberapa dampak dari rasa cemas ini berupa sulit tidur, gangguan lambung, hingga siklus haid tidak teratur. Art therapy ditemukan dapat mengurangi kecemasan secara signifikan. Sehingga, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah penerapan art therapy dapat mengurangi simtom kecemasan pada mahasiswa berusia 18-25 tahun yang melakukan pembelajaran daring pada masa pandemi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Teknik pengambilan sampel non-probability sampling dengan memberikan alat ukur state-trait anxiety inventory (STAI) untuk melihat tingkat kecemasan dan partisipan diseleksi apabila termasuk dalam golongan moderate atau high. Enam dari dua belas partisipan terpilih (4 partisipan dengan tingkat moderate dan 2 partisipan dengan tingkat high) dan peneliti melakukan pengambilan data individual dengan wawancara untuk membantu peneliti dalam membangun rapport dengan partisipan. Setelah enam sesi intervensi, ditemukan bahwa terdapat penurunan pada tingkat kecemasan, empat partisipan berada pada tingkat kecemasan low.
GAMBARAN KECEMASAN DAN DEPRESI PADA ORANG DENGAN SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE) DI RUMAH SAKIT X Trisnaramawati, Fajrin; Satiadarma, Monty P.; Soetikno, Naomi
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.3471.2019

Abstract

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan suatu penyakit sistemik evolutif kronis yang dapat menyebabkan munculnya penderitaan psikologis. Gangguan depresi dan kecemasan merupakan hal yang paling sering diamati pada orang dengan lupus (Odapus) SLE. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kecemasan dan depresi pada Odapus. Partisipan dari penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis SLE berjumlah 60 Odapus dengan menggunakan accidental sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS), dengan hasil uji reabilitas menunjukkan dimensi kecemasan memeroleh α= 0.977, p>0.7, dan dimensi depresi α= 0.854, p>0,7. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji deskriptif dengan melihat data sosiodemografis partisipan. Pada penelitian ini rata-rata usia partisipan adalah 33 tahun dengan lama terdiagnosis rata-rata 6 tahun. Status pernikahan partisipan penelitian yang belum menikah sebanyak 28 orang (46.7%), pendidikan terakhir terbanyak adalah sarjana berjumlah 23 orang (38.3%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kecemasan dari Odapus yang berada pada tingkat mild sampai moderate sebanyak 20 orang (33.4%) dan Odapus yang memiliki tingkat depresi ditingkat mild sampai moderate sebanyak 12 orang (20%). Kecemasan dan depresi pada Odapus yang masih berada dalam kategori mild sampai moderate ini sangat dipengaruhi oleh komunitas yang diikuti Odapus seperti support group pada media sosial internet yang mereka miliki.  Systemic Lupus Erythematosus (SLE) is a chronic evolutionary systemic disease that can cause psychological suffering. Depression and anxiety disorders are the most frequently observed in people with SLE (Odapus). This study aims to describe anxiety and depression in Odapus. The participants of this study were 60 patients with SLE diagnosed with SLE using accidental sampling. Data was collected using the Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) questionnaire, with the results of the reliability test showing the anxiety dimension obtained α = 0.977, p> 0.7, and the dimension of depression α = 0.854, p> 0.7. The statistical test used in this study is a descriptive test by looking at participant sociodemographic data. In this study, the average age of the participants was 33 years with an average diagnosed length of 6 years. The marital status of unmarried research participants as many as 28 people (46.7%), the most recent education is the bachelor numbered 23 people (38.3%). The results also showed that anxiety from Odapus who were in mild to moderate levels were 20 people (33.4%) and Odapus who had depression levels in mild to moderate levels were 12 people (20%). Anxiety and depression in Odapus which is still in the mild to a moderate category is very much influenced by the community that Odapus joins such as the support group on the internet social media they hav.
PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Yosephine, Yosephine; Satiadarma, Monty P.; Theresia, Yohana
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.3562.2019

Abstract

Buss (dalam Baron & Richardson, 2004) mengatakan bahwa perilaku agresi merupakan sebuah tindakan yang bertujuan untuk menyakiti orang lain. Perilaku agresi paling tinggi berada pada masa perkembangan remaja, khususnya pada usia 14 sampai dengan 18 tahun (Farrel et al., 2005; Karriker-Jaffe, Foshee, Ennett, & Suchindran, 2009). Terapi musik merupakan proses penyembuhan yang menggunakan media musik untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosional, kognitif, dan sosial pada individu di segala umur (AMTA, 2005). Terapi musik diprediksi dapat menurunkan perilaku agresi pada remaja, terbukti dari berbagai penelitian terdahulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap penurunan perilaku agresi pada remaja di Jakarta. Pada penelitian ini, peneliti menyertakan 30 siswa di SMA X, Jakarta dengan menggunakan teknik purposive-criterion sampling dan quota sampling. Partisipan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu (a) kelompok terapi musik aktif, (b) kelompok terapi musik pasif, dan (c) kelompok kontrol. Desain penelitian adalah true experiment dengan three-group pretest-posttest, yang menganalisis data dengan Uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan terapi musik dapat menurunkan perilaku agresi secara signifikan (p<0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa baik terapi musik aktif maupun terapi musik pasif dapat diterapkan untuk menurunkan perilaku agresi pada remaja. Buss (in Baron & Richardson, 2004) says that aggressive behavior is an action that aims to hurt others. The highest aggression behavior is occur when the adolescence developed itself time to time, especially at ages 14 to 18 years (Farrel et al., 2005; Karriker-Jaffe, Foshee, Ennett, & Suchindram, 2009). Music therapy  is a healing process that uses music media to meet physical, emotional, cognitive, and social needs in individuals of all ages (AMTA, 2005). Music therapy is predicted can be reduce aggressive behavior in adolescence, as evidenced by various previous studies. The purpose of this research is to determine the result of the decreasing aggressive behavior toward the adolescence in Jakarta. In this study, researchers included 30 students at SMA X, Jakarta using purposive-ciretrion sampling and quota sampling techniques. Participants were divided into 3 groups, and the groups are; (a) active music therapy group, (b) passive music therapy group, and (c) control group. The design of this experiment is using a true experiment with three-group pretest-posttest, which analyzes data with ANOVA test. The results showed that music therapy can significantly reduce aggressive behavior (p <0.05). This shows that both active music therapy and passive music therapy can be applied to reduce aggressive behavior in adolescence.  
Systematic Review: Faktor-Faktor Resiliensi Individual pada Dewasa Awal yang Mengalami Childhood Abuse Ingelina, Budi; Satiadarma, Monty P.; Soetikno, Naomi
Psyche 165 Journal Vol. 17 (2024) No. 3
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35134/jpsy165.v17i3.366

Abstract

Child abuse or violence against children is not a new phenomenon that occurs in societies around the world. This phenomenon has also been happening in Indonesia for a long time. Some people still consider physical violence against children by parents or caregivers to be normal as a way to educate and discipline children. However, the negative impact on children who experience violence during childhood may only become apparent later when the child enters early adulthood. Resilience is found to tend to be negatively related to the experience of adversities in childhood. Resilience factors can contribute to reducing the damaging effects of childhood abuse, as well as helping young adults to be able to process the adversities they experienced in childhood. For this reason, researchers wanted to investigate resilience factors in early adults who experienced childhood abuse by integrating the findings of studies on childhood abuse and resilience published from 2013 to 2022. This research uses the systematic review method by searching research data on four sources: APA Psycnet, PubMed, ScienceDirect, and Wiley Online. Based on the results of data searches, researchers found more than 6000 articles and after going through strict filtering, 5 articles remained that were closely related to this research. Individual resilience factors were researched more frequently than family and community factors in those 5 articles. This study concluded that individual resilience factors have different characteristics, and some can influence others.
EMOTIONAL EATING SEBAGAI STRATEGI KOPING STRES PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR DI JAKARTA Anandita Dewi, Ni Made Gita; Satiadarma, Monty P.; Wijaya, Erik
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 7 No. 1 (2023): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v7i1.22053.2023

Abstract

Mahasiswa merupakan salah satu kelompok masyarakat yang tidak terhindar dari stres. Hal ini juga dirasakan oleh mahasiswa tingkat akhir yang memiliki tanggung jawab untuk belajar, menuntaskan beban sks, dan menyelesaikan skripsi atau tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan. Dalam menjalani tanggung jawab tersebut tentunya tidak terhindar dari kesulitan maupun tantangan yang dapat menimbulkan stres. Cara individu dalam menghadapi dan merespons stres pun berbeda-beda, salah satunya yaitu dengan mengonsumsi makanan secara kurang terkendali sebagai respons terhadap emosi negatif seperti depresi, cemas, marah atau frustasi, stres, dan bosan yang disebut sebagai emotional eating. Perilaku ini dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Dengan mempertimbangkan dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh emotional eating, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedua hubungan tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik nonprobability sampling, yaitu convenience sampling dan pengambilan sampel dilakukan secara daring. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 231 mahasiswa dan mahasiswi di perguruan tinggi negeri dan swasta di Jakarta dengan rentang usia 20 - 24 tahun. Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Perceived Stress Scale (PSS) yang dikembangkan Cohen et al. (1983) dan Dutch Eating Behavior Questionnaire (DEBQ) yang dikembangkan Van Strien et al. (1986). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara stres dan emotional eating dengan nilai r = .409, p = .000 < .01. Hal ini berarti semakin tinggi stres, maka semakin tinggi pula emotional eating.