Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

ELECTRONIC PROPERTIES MODELLING UNTUK BOTOL AIR MINUM KEMASAN Calvinus, Yohanes
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v3i1.1690

Abstract

Air minum kemasan telah menjadi kebutuhan untuk manusia. Banyak orang beranggapan bahwa air minum dalam kemasan menjadi sebuah jaminan kualitas kesehatan. Padahal tidak sedikit beberapa orang beranggapan juga berdasarkan ukuran Standar Nasional Indonesia dan BPOM yang tercantum pada kemasannya membuat orang meragukan kualitas dan kesehatannya. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari media online cnn Indonesia pada hari kamis tanggal 27 Juli 2017, ada 3 syarat yang menjadikan standard air minum berkualitas. 3 syarat tersebut adalah syarat fisik, syarat mikrobiologi, dan syarat kimia. Belum ada termasuk dalam standard air minum kemasan tersebut memiliki syarat secara elektronis. Untuk membangun suatu standard air minum kemasan dengan syarat elektronis maka dibutuhkan suatu pemodelan dalam bentuk rangkaian elektronik yang menggambarkan suatu nilai pengganti yang mewakili ketiga standard air minum yang berkualitas. Melakukan pemodelan dalam bentuk rangkaian listrik terdiri dari ketiga komponen elektronika yaitu resistansi, induktansi dan kapasitansi. Bentuk rangkaian model yang dikemukakan yaitu rangkaian RC yang dihubungkan seri dan L yang terhubung seri meskipun keluaran dari rangkaian ada pada sifat induktansi nya. Diharapkan dari pemodelan ini dapat menjadi suatu nilai ukuran atau standard nilai baru dalam menentukan kadar air minum yang lebih berkualitas. Dari nilai standard ukur elektronis ini tentunya akan sangat membantu menciptakan alat ukur elektronik yang lebih baik agar alat ukur ini dapat dipergunakan menjadi standard air minum berkualitas yang bisa dimiliki setiap manusia yang ingin meminum air minum kemasan. Bottled water has become a human need. Many people think bottled drinking water is a guarantee of health quality. Meanwhile, some people think that they are also drafting Indonesian national standards and BPOM that approves packaging makes people doubt their quality and health. Based on information obtained from online media in Indonesia on Thursday 27 July 2017, there are 3 conditions that make quality drinking water standards. These 3 requirements are physical requirements, microbiological requirements, and chemical requirements. Not yet in the standard of bottled water that has electronic requirements. To make standard drinking water with electronic requirements, we need a modeling in the form of plastic in accordance with an assessment that represents quality drinking water. Modeling in the form of an electrical circuit consists of three electronic components, namely resistance, inductance and capacitance. The form of the series of models proposed is that the RC circuit releases the series and the L connected series removed from the circuit is in its inductance. It is expected that this modeling can become a new standard or standard value in determining higher quality drinking water content. From the value of this electronic measuring standard will greatly help create a better electronic measuring device so that this measuring instrument can be used to be a standard of drinking water quality that can be provided by every human who wants to drink bottled water.
PENINGKATAN PERILAKU HEMAT ENERGI BAGI SISWA SMA DAN PENERAPAN SNI PADA RUANG BELAJAR Setyaningsih, Endah; Roesmaladewi, Fransisca Iriani; Calvinus, Yohanes; Fat, Joni
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 2 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v3i2.10146

Abstract

There was a blackout in early August 2019, forcing everyone to think about electricity. Some expressed the need for management reform, use of new renewable energy, and promoting energy-saving behavior. However, energy saving behavior without good knowledge will make it difficult to carry out the behavior. For this reason, the community service team collected data through a questionnaire to determine the energy saving knowledge of lighting for students. Furthermore, there is provision on energy saving lighting and practice in the field to determine the extent to which energy saving is implemented in the study room. This practice is in the form of measuring the light intensity of the study room, to find out its value so that if it is not enough, it is necessary to take action to comply with SNI standards. The presentation of the lighting field briefing contained, among other things, the explanation that saving energy does not mean reducing the use of electric power alone, but rather that saving energy must maintain the quality of lighting. Based on the results of the pre test, students have a high desire to behave energy-saving by 91.3% and have confidence in the results of a behavior and an evaluation of the results of a high behavior is 99.5%. The study room illumination shows a value that is not in accordance with the SNI, which is between 125 Lux to 150 Lux. This value is far from the SNI standard, which is 350 Lux for classrooms. Based on the results of the application of this SNI, then the lighting design is carried out through simulation using the Dialux software and the installation of energy-saving lamps in the study room, so that it reaches the SNI standard.ABSTRAK:Terjadinya pemadaman listrik pada awal Agustus 2019, memaksa semua orang untuk berpikir tentang kelistrikan. Sebagian menyatakan perlunya pembenahan manajemen, perlunya pengelolaan/penggantian sistem, dan usulan penggunaan energi baru terbarukan. Selain itu masih terdapat hal lain, yaitu peningkatan perilaku hemat energi (HE), antara lain berupa peningkatan pengetahuan HE. Namun HE kadang-kadang diartikan lain, yaitu hanya sekedar mematikan lampu, tanpa memperhatikan kualitas visual. Untuk itu tim pengabdian kepada masyarakat ini melakukan pengambilan data melalui kuisioner untuk mengetahui pengetahuan HE kepada siswa SMA N 23 Jakarta. Selanjutnya dilakukan pembekalan mengenai HE dan praktik di lapangan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan HE yang ada sekolah tersebut. Praktik ini antara lain berupa pengukuran intensitas cahaya ruang belajar, untuk mengetahui nilainya sehingga jika kurang perlu dilakukan tindakan untuk disesuaikan dengan standar SNI. Penyampaian pembekalan bidang pencahayaan, antara lain berisi tentang penjelasan bahwa HE bukan berarti mengurangi penggunaan daya listrik saja, tapi lebih diutamakan bahwa HE harus tetap menjaga kualitas pencahayaan. Berdasarkan hasil pre test, siswa memiliki keinginan tinggi untuk berperilaku hemat energi sebesar 91,3% dan memiliki keyakinan akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi terhadap hasil perilaku yang tinggi sebesar 99,5% Tingkat pencahayaan/Iluminansi ruang belajar menunjukkan nilai yang kurang sesuai dengan SNI, yaitu antara 125 Lux sampai dengan 150 Lux. Nilai ini jauh dari standar SNI, yaitu 350 Lux untuk ruang kelas. Berdasarkan hasil penerapan SNI ini, selanjutnya dilakukan perancangan pencahayaan melalui simulasi dengan menggunakan perangkat lunak Dialux dan pemasangan lampu HE pada ruang belajar tersebut, sedemikian sampai mencapai standar SNI.
PEMODELAN SISTEM LAMPU OTOMATIS HEMAT ENERGI UNTUK RUANG KELAS TANPA PEMROGRAMAN Calvinus, Yohanes; Setyaningsih, Endah
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v5i2.3861

Abstract

Lamps are electronic devices that produce light turned out to be one of the components in spending considerable electrical costs. The bigger the room, the space will require a lot of lighting to achieve the value of a lighting level according to the Indonesian National Standard (SNI) in the room. The more lamps that are used, the more wasteful the energy is used. Wasteful of energy, so the expenditure for operational costs will be even greater. The role of technology can be used alongside a culture of energy saving. One of them is a light automation system. Automation systems can be realized without programming. based on a survey the place that requires this automation system is a school classroom. Automation systems can be directly coupled with light systems and manual light switches in classrooms, replacing conventional light-on and off-turn systems in classrooms. Its easy installation provides an example for installing an automation system for schools that have a large number of classrooms. The automation sensor used is a type of sensor that has a way of detecting the movement of people in the room. The sensor that can be used the easiest is the Passive Infra Red (PIR) sensor. This sensor itself is the sensor that is most easily available and quite cheap. In realizing the use of this sensor, more than 1 PIR sensor point is required. Sensors that are used more than 1 point will make grouping part of the lighting system in the classroom. If the classroom is not fully used up to the back of the classroom, then it is enough only to turn it on from the front lights to the middle of the classroom. This supports energy saving efforts. Through this automation, it is hoped that there will be a change in the culture of energy saving side by side with technological developments in terms of its use for energy saving. Keywords: LED; motion sensor; classroom; without programming; automation system AbstrakLampu merupakan alat elektronika yang menghasilkan cahaya ternyata salah satu komponen dalam pengeluaran biaya listrik yang cukup besar. Semakin besar ruangan, maka ruang tersebut akan membutuhkan banyak lampu penerangan untuk mencapai nilai suatu tingkat pencahayaan yang sesuai Standard Nasional Indonesia (SNI) pada ruangan tersebut. Semakin banyak lampu yang digunakan tentu semakin boros energi yang digunakan. Boros energi maka pengeluaran untuk biaya operasional akan semakin besar. Peran teknologi dapat digunakan berdampingan dengan budaya hemat energi. Salah satu nya dengan sistem otomatisasi lampu. Sistem otomatisasi dapat direalisasikan tanpa pemrograman. berdasarkan survei tempat yang membutuhkan sistem otomatisasi ini adalah ruangan kelas sekolah. Sistem otomatisasi dapat langsung dipasangkan dengan sistem lampu dan saklar lampu manual di ruang kelas menggantikan sistem mati nyala lampu secara konvensional di ruang kelas. Pemasangannya yang mudah menjadikan contoh bagi pemasangan sistem otomatisasi bagi sekolah yang memiliki ruang kelas yang cukup banyak. Sensor otomatisasi yang digunakan merupakan jenis sensor yang memiliki cara kerja untuk mendeteksi pergerakan orang di dalam ruangan. Sensor yang dapat digunakan paling mudah yaitu sensor Passive Infra Red (PIR). Sensor PIR merupakan sensor yang paling mudah didapatkan dan cukup murah. Dalam realisasi penggunaan sensor ini diperlukan lebih dari 1 titik sensor PIR. Sensor yang digunakan lebih dari 1 titik akan membuat pengelompokkan bagian dari sistem pencahayaan di ruang kelas tersebut. Jika ruang kelas tidak digunakan sepenuhnya hingga bagian belakang kelas, maka cukup hanya dinyalakan dari lampu bagian depan hingga ruang tengah kelas. Hal ini mendukung upaya hemat energi. Melalui otomatisasi ini diharapkan ada perubahan budaya hemat energi yang berdampingan dengan perkembangan teknologi dalam hal pemanfaatannya untuk hemat energi.  
SISTEM INTEGRASI SENSOR SUHU, KELEMBABAN, ARUS DAN TEGANGAN UNTUK MONITORING KONDISI LUMINER LED PJU Setyaningsih, Endah; Fat, Joni; Calvinus, Yohanes
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol. 7 No. 2 (2023): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v7i2.29088

Abstract

Currently, more people are using LED luminaires for public street lighting (PJU). The advantages of LED luminaires are that they have a long life and energy efficiency. However, what needs to be considered for PJU LED luminaires is temperature and humidity. Especially for use in tropical climates like Indonesia. High temperatures and humidity will cause degradation to the efficiency and lamp life. This is a challenge for PJU LED luminaire manufacturers, namely that they must ensure that the temperature and humidity are maintained according to the specifications of the PJU LED luminaire. So far, manufacturers have carried out monitoring manually, namely by periodically measuring the temperature using a thermogun when testing PJU LED luminaires. Through this research, a tool was created that can monitor temperature, humidity, current and voltage with internet-based to help LED luminaire manufacturers obtain data quickly and real time. Monitoring can also be done via a handphone that has an Android application. Through this method, PJU LED luminaires can be monitored either before or after they are installed at the desired pole height. The collected data becomes a database that can be displayed in table or graphic form. So, the aim of this research is to produce a database that will be input for manufacturers in evaluating and designing PJU LED luminaire products. The system creation method is in the form of design by integrating temperature, humidity, current and voltage sensors into a system and implementing it. The system will be inserted into the inside of the PJU LED luminaire. After going through testing in the laboratory and field, research results were obtained in the form of a monitoring tool for PJU LED luminaires that has good reliability. Keywords: sensor integration; tropical climate; humidity; PJU LED luminaires; temperature Abstrak Saat ini semakin banyak masyarakat menggunakan luminer LED untuk pencahayaan jalan umum (PJU). Kelebihan luminer LED yaitu memiliki umur pakai yang panjang dan efisiensi energi. Namun yang perlu diperhatikan untuk luminer LED PJU adalah suhu dan kelembapan. Terutama untuk penggunaannya diiklim tropis seperti di Indonesia. Suhu dan kelembapan tinggi akan menyebabkan degradasi terhadap efisiensi dan umur lampu. Hal ini menjadi tantangan bagi pabrikan luminer LED PJU, yaitu harus memastikan bahwa suhu dan kelembapannya terjaga sesuai spesifikasi luminer LED PJU tersebut. Selama ini pabrikan melakukan monitoring secara manual, yaitu dengan pengukuran suhu secara berkala menggunakan alat thermogun saat pengujian luminer LED PJU. Melalui penelitian ini, dibuat alat yang dapat memantau suhu, kelembapan dan juga arus dan tegangan berbasis internet untuk membantu pabrikan luminer LED memperoleh data setiap saat secara cepat. Pemantauan dapat dilakukan juga melalui handphone yang mempunyai aplikasi android. Melalui metoda ini luminer LED PJU dapat dipantau baik pada saat sebelum atau sesudah dipasang pada ketinggian tiang sesuai yang diinginkan.  Data yang terkumpul menjadi basis data yang dapat ditampilkan dalam bentuk tabel ataupun grafik. Jadi tujuan penelitian ini adalah menghasilkan basis data yang akan menjadi masukan bagi pabrikan dalam mengevaluasi dan mendesain produk luminer LED PJU. Metoda pembuatan sistem berupa perancangan dengan mengintegrasikan sensor suhu, kelembapan, arus, dan tegangan menjadi suatu sistem dan mengimplementasikannya. Sistem akan di-insert ke bagian dalam dari luminer LED PJU. Setelah melalui pengujian di laboratorium dan lapangan diperoleh hasil penelitian berupa alat monitoring untuk luminer LED PJU yang mempunyai keandalan yang baik.  
PENGUKURAN KUALITAS UDARA MENGGUNAKAN SENSOR MQ 135 DAN DHT 11 Faradi S, Muhammad Rizky; Calvinus, Yohanes; Fat, Joni
Kohesi: Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 6 No. 10 (2025): Kohesi: Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : CV SWA Anugerah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3785/kohesi.v6i11.10487

Abstract

Kualitas udara yang baik sangat dibutuhkan saat ini, udara merupakan salah satu kelompok gas yang juga sebagai sumber utama pernapasan makhluk hidup. Saat seseorang berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya, orang tersebut akan menghadapi kondisi udara yang berbeda. Manusia yang berada di tempat tersebut terkadang tidak bisa mendeteksi adanya gas-gas berbahaya yang mengganggu kesehatan ataupun keselamatan, karena tidak semua gas tesebut dapat tercium oleh indra penciuman manusia.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membuat rancangan alat yang dapat mengukur kualitas udara disuatu tempat dengan menggunakan sensor MQ-135 dan mendektsi sumber panas atau dingin dengan menggunakan Sensor DHT 11. Sensor MQ-135 merupakan sensor gas yang memiliki kepekaan relatif tinggi terhadap gas amonia, bensol, alkohol, CO2, smoke dan gas-gas lainnya. Sedangkan tampilan hasil pengujian akan di tampilkan pada layar OLED 128x64. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diketahui bahwa alat ini dapat bekerja dengan baik untuk mendeteksi kualitas udara pada setiap tempat, dimana saat dilakukan pengujian pada ruangan udara dalam keadaan baik dengan 51,25℃, namun setelah di dekatkan dengan gas korek api nilai baca sensor menunjukkan 210.50℃ yang tampil pada OLED .
Pengukuran Kualitas Udara menggunakan Sensor MQ-135 dan DHT 11 Suningrat, Rizky Faradis; Calvinus, Yohanes; Fat, Joni
INTRO : Journal Informatika dan Teknik Elektro Vol 3 No 2 (2024): INTRO : Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Edisi Desember 2024
Publisher : Fakultas Teknik dan Informatika Universitas Panca Marga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51747/intro.v3i2.2033

Abstract

Air quality measurement is an important process in monitoring and understanding air pollution levels and their impact on the environment and human health. This article reviews the basic concepts of air quality measurement, the technology used in measurement, the parameters measured, and their significance. Air quality measurements involve taking air samples from designated locations, analyzing the composition of that air, and recording the data. Commonly used technologies in air quality measurements include the use of electronic sensors, chemical-based measuring devices, and remote monitoring with satellites. Parameters that are often measured include particulate concentrations (PM2.5 and PM10), pollutant gas concentrations such as oxygen, carbon monoxide, nitrogen dioxide, sulfur dioxide, and ozone, as well as other parameters such as air temperature and humidity. Air quality measurement has an important role in maintaining human and environmental health. Data generated from these measurements is used to identify air pollution levels, measure levels of compliance with emissions standards, and develop effective environmental policies. In addition, air quality information is also used to inform the public about potential health risks and provide recommendations to protect themselves. With increasing attention to climate change and public health, measuring air quality is becoming increasingly important. The development of more sophisticated measurement technologies and wider monitoring networks has enabled a better understanding of air pollution and efforts to reduce it. This article illustrates how important air quality measurement is in addressing today's global health and environmental challenges.Keywords: air quality, measurement technology, measurement parameters, public health, policy
Optimasi Prediksi Sisa Umur Penggunaan Baterai dengan Model PSO-LSTM Wiranata, Wilson; Calvinus, Yohanes
ELECTRON Jurnal Ilmiah Teknik Elektro Vol 6 No 1: Jurnal Electron, Mei 2025
Publisher : Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/electron.v6i1.242

Abstract

Batteries now serve as the main solution amid the shift to renewable energy. Between 2011 and 2022, the National Aeronautics and Space Administration (NASA) recorded an approximate notable 40% increase in global CO2 concentration in parts per million (PPM). Electric Vehicles (EVs) have contributed to sustainable reductions in CO2 and PPM. Nevertheless, battery technology has drawbacks related to its end-of-life phase, commonly referred to as Remaining Useful Life (RUL), which can potentially lead to fires or dangerous toxic emissions from the cells. This study will employ a data-driven approach utilizing artificial intelligence to predict battery RUL, thereby effectively preventing potential battery failures with the developed model. The stochastic Particle Swarm Optimization - Long Short Term Memory (PSO-LSTM) model has been used to optimize window size and hidden layer hyperparameters. This was done to achieve a model with minimal error. PSO-LSTM forecasts data sourced from NASA’s Prognosis Centre of Excellence (PCoE), encompassing both “Cycle” and distinct “Capacity” measurements. PSO-LSTM model optimization produced RMSE of 0.074 and MAE values of 0.021 on 80% training data, and RMSE of 0.070 with MAE of 0.021 on 20% testing data. This stochastic PSO-LSTM model can be integrated into intelligent Battery Management Systems (BMS) for specific future automotive industry applications.
Rancang Bangun Sistem Akses Keamanan Kantor Berbasis RFID dan Biostar 2 Pada Pabrik X Adhitama, Cahyo Yoga; Calvinus, Yohanes
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 5 No. 4 (2025): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v5i4.20222

Abstract

Keamanan akses di lingkungan kantor merupakan aspek krusial dalam melindungi aset fisik, data, dan dokumen penting perusahaan. Artikel ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan sistem keamanan akses pintu berbasis teknologi Radio Frequency Identification (RFID) yang terintegrasi dengan perangkat lunak Biostar 2 pada Pabrik X. Sistem ini dirancang untuk menggantikan metode konvensional berbasis kunci mekanis yang rentan terhadap duplikasi dan kelalaian manusia. Perangkat keras utama yang digunakan meliputi RFID Card Reader Suprema Xpass 2, Magnetic Door Lock, Exit Button, Emergency Breakglass, Power Supply, dan UPS. Seluruh komponen dirancang secara terintegrasi dan dikelola melalui Biostar 2. Penelitian menggunakan pendekatan Research and Development (R&D) dengan tahapan observasi, desain, implementasi, dan pengujian sistem. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem mampu melakukan autentikasi pengguna secara akurat, mencatat aktivitas akses dalam event log, serta membedakan kartu sah dan tidak sah secara real-time. Nilai kebaruan dari penelitian ini terletak pada penerapan pertama sistem Biostar 2 secara terpusat di lingkungan Pabrik X. Sistem terbukti fleksibel, handal, dan mendukung pengembangan lebih lanjut dalam digitalisasi sistem keamanan fisik industri.
PENGUATAN KOMPETENSI NUMERASI DAN LITERASI DIGITAL SISWA SD MELALUI PROGRAM SMART VILLAGE DI DESA CIHERANG Setyaningsih, Endah; Calvinus, Yohanes; Fransisca Iriani Roesmala Dewi; Hetty Karunia Tunjungsari; Sri Tiatri; Jap Tji Beng; Mei Ie; Novario Jaya Perdana; Desi Arisandi
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 8 No. 1 (2025): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v8i1.34502

Abstract

Program Smart Village Universitas Tarumanagara dilaksanakan di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, untuk meningkatkan kompetensi numerasi dan literasi digital siswa sekolah dasar menghadapi Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari pada Oktober 2024, melibatkan lima sekolah dasar yaitu SDN 01 Ciherang, SDN 02 Ciherang, SDN Caringin Nunggal, SDN Maleber, dan SDN Panyaweuyan. Metode kegiatan mencakup pengenalan literasi digital, pembelajaran numerasi interaktif, serta pre-test dan post-test untuk mengevaluasi peningkatan kompetensi siswa. Pendekatan pembelajaran yang digunakan bersifat interaktif dengan ice breaking dan permainan edukatif yang menarik minat belajar siswa. Data pre-test menunjukkan siswa menghadapi tantangan signifikan dalam memahami soal-soal ANBK, khususnya numerasi dan pengoperasian komputer. Setelah sesi intervensi, hasil post-test menunjukkan peningkatan signifikan pada pemahaman numerasi dan kepercayaan diri siswa dalam menggunakan komputer. Program ini secara langsung mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 4 tentang pendidikan berkualitas dan SDG 9 terkait inovasi dan infrastruktur teknologi di pedesaan. Tantangan utama selama kegiatan berupa keterbatasan fasilitas teknologi, rendahnya literasi awal siswa, serta kendala bahasa lokal yang menghambat komunikasi efektif. Melalui kolaborasi mahasiswa lintas disiplin ilmu dan interaksi yang hangat antara siswa dan mahasiswa, kegiatan ini berhasil menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, menyenangkan, serta efektif. Program Smart Village UNTAR ini memberikan model intervensi pendidikan yang inovatif yang dapat direplikasi untuk mendukung transformasi pendidikan digital di daerah lain di Indonesia.
Alat Pengukur Umur Lampu Dengan Teknologi Switch Cycles (KLIK) Beatrix, Maria; Setyaningsih, Endah; Utama, Hadian Satria; Calvinus, Yohanes; Lukita, Putra
Journal of Electrical Engineering and Computer (JEECOM) Vol 6, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Nurul Jadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33650/jeecom.v6i1.8016

Abstract

Pencahayaan adalah penggunaan cahaya untuk menerangi suatu objek. Salah satu sumber dari pencahayaan buatan adalah lampu. Masyarakat sangat membutuhkan lampu yang berkualitas dan tahan lama untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satu faktor terpenting dari pemilihan lampu adalah umur lampu. Selama ini, umur lampu diukur dengan satuan jam. Standar nasional Indonesia (SNI) menguji umur lampu selama 6000 jam. Saat ini terdapat suatu teknologi baru yang berkembang terkait switch cycles (klik) untuk mengukur umur lampu. Sebuah alat ukur umur lampu perlu dibuat untuk mengetahui umur lampu dengan switch cycles (klik). Metode yang digunakan adalah perancangan alat. Tujuan dari perancangan alat ini adalah membuat alat yang bisa mengukur umur lampu dengan switch cycles (klik). Alat ukur umur lampu dengan teknologi switch cycles (klik) memiliki empat modul yaitu modul counter, modul internet, modul pemproses, modul penampil informasi. Modul counter melakukan switch cycles (klik) pada lampu. Modul internet menghubungkan alat ke internet. Modul pemproses melakukan pengolahan data. Modul penampil informasi menunjukkan informasi di LCD. Berdasarkan pengujian rancangan, semua modul pada alat berhasil bekerja sesuai dengan tujuannya. Hasilnya dapat dilihat pada counter yang melakukan switch cycles (klik) pada lampu. Kemudian modul pemproses mencatat durasi, waktu, jumlah switch cycles (klik) dan menghubungakan semua modul agar dapat tercatat di Google Sheet . Selain itu modul internet menampilkan data di Google Sheet. Modul penampil informasi menampilkan jumlah switch cycle pada lampu di LCD.