Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

TUNNEL LIGHTING FOR VEHICLES IN DKI JAKARTA Setyaningsih, Endah; Pragantha, Jeanny; Wardhani, Lydwina
Prosiding Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi Vol 2 No 1 (2015): Prosiding Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi
Publisher : FSTPT Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tunnel, a subsidiary structure of the street, must have lighting system in accordance with the public street lighting. Many streets in DKI Jakarta don’t have sufficient lighting, and so do tunnels. This research aim is to  know the lighting of two tunnels, located on  Tomang junction and Jl. TB Simatupang, by measuring illuminance and luminance with light meter. Night time illuminance of first tunnel is 32 - 120 lux. Illuminance of second tunnel is 53 - 163 lux. Theses values are far above SNI value which is 20 - 25 lux. Meanwhile the lighting before tunnel entrance and after exit zone are not sufficient (below 8 lux), causing driver’ sight to feel uncomfortable when he enters or exits tunnel (black hole effect). HPS lamps of Tomang tunnel give yellow color impression but TB Simatupang tunnel gives white-yellow color impression because of alternate installation of HPS lamps with some LED lamps on treshold zone. These conditions show that there isn’t good planning in choosing tunnel lamp.
Kendali Pencahayaan Ruangan Berdasarkan Adanya Orang Di Dalam Ruangan dan Pemantauan Jumlah Orang Setyaningsih, Endah; Fat, Joni; Candra, Henry
TESLA: Jurnal Teknik Elektro Vol 20, No 2 (2018): JURNAL TESLA
Publisher : TESLA: Jurnal Teknik Elektro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Melakukan penghematan energi pada suatu ruangan, merupakan salah satu cara dalam mendukung program pemerintah. Contoh dan pelaksanaan penghematan energi sebaiknya ditanamkan kepada seseorang sejak dini. Melalui perancangan sistem ini siswa ditunjukkan salah satu cara hemat energi, yaitu melalui pengendalian pencahayaan ruangaan. Sistem yang dibuat terdiri dari hardware dan software. Hardware sistem akan menggunakan pemroses berupa mikroprosesor dan sensor cahaya infra merah yang dipasang di pintu. Selain itu, juga akan terhubung dengan server di Internet sehingga sistem juga dapat dimonitor melalui aplikasi web. Tampilan menggunakan sebuah website dan hasil penghitungan bisa dicetak pada sebuah kertas. Rancangan sistem ini diaplikasikan pada salah satu ruang kelas, yaitu sebagai pengendali tingkat pencahayaan berupa penyalaan dan mematikan  (on-off) lampu ruang kelas secara otomatis pada saat ada dan tidak ada siswa. Kontrol lampu akan dirancang menggunakan sebuah relay. Sistem ini diharapkan selain dapat berefek nyata dalam penurunan pemakaian daya listrik dalam ruangan yang diaplikasikan, juga dapat menjadi alat untuk mendemonstrasikan aplikasi teknologi bagi para Guru dan siswa.
Pengaruh Distorsi Harmonik pada Compact Fluorescent Lamps Setyaningsih, Endah; Suharto, Hang; Christian, Christian
TESLA: Jurnal Teknik Elektro Vol 18, No 2 (2016): TESLA: Jurnal Teknik Elektro
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tesla.v18i2.173

Abstract

Compact Fluorescent Lamps (CFL) are one of the non-linear load which depicts distorted wave containing harmonics. Harmonics are integer multiplication periodically of the fundamental frequency. Harmonics will worsen the quality of Compact Fluorescent Lamps, one of the results is shorten the lamp life due to excessive overheating. Harmonics can be calculated with Total Harmonic Distortion. This study discusses the effect of harmonic distortion on Compact Fluorescent Lamps, and make Low Pass Filter for reducing THD value. Tests were conducted in this study are testing the effect of the value of  to the value of power factor, the ratio of THD value, power factor and illumination of the expensive one with the cheap one. Based on the results of tests that have been carried out, the value of  has a negative effect on the value of the power factor. THD and power factor value in expensive lamps has no significant difference with cheap lamps, while the value of illumination on the expensive lamps have significant differences with cheap lamps. and illumination value of the lamps that have not been fitted with filters are bigger than the lamps that have been fitted with a filter, and the filter successfully reduce 88,03%  value of Compact Fluorescent Lamps.
PERBANDINGAN FIELD STRENGTH UPPER DAN COMBINED ANTENNA PADA TRANSMISI TV 7 SURABAYA Surjati, Indra; Setyaningsih, Endah; Hermawan, Stevanie
TESLA Jurnal Teknik Elektro UNTAR Vol 8, No 2 (2006): OKTOBER 2006
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.086 KB)

Abstract

It has been well known that TV 7 one of TV stations in Indonesia always provides good quality of program for its clients throughout national frameworks from its head quarter in Surabaya. Field strength antenna plays important role in this service, especially its prominent parameters like antenna gain, radiation pattern as well as its radiated powers. It has been noted from this investigation that upper antenna suits for the above purpose.
SISTEM PENGGERAK GONDOLA DENGAN MENGGUNAKAN HANDPHONE Susila, Tjandra; Setyaningsih, Endah; Soedjaya, Pranata
TESLA Jurnal Teknik Elektro UNTAR Vol 10, No 2 (2008): OKTOBER 2008
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.494 KB)

Abstract

Gondola is a human technology used to clean the glass windows building facade. However, in many uses an accident victim who pluck the soul because of various factors, among other natural factors or human negligence itself Gondola that design is a "system of the Gondola Using Handphone" and equipped with wind sensors. It is expected that with the help of this tool make it easier for officers to clean the glass windows of buildings without climbing gondola, because this system is designed to work automatically to clean the glass window. This design uses many components, such as motor DC, microcontroller,power supply and many more. This components combine to be one system, so the system can work well function. Gondola was designed to clean the glass windows twice, but still has a weakness because the wiper motor can not clean the corners of the glass. Wind sensors can be ordered to stop gondola moment occurred when there is a average speed wind (angin sedang).
PERANCANGAN ALAT SISTEM PENGIRIMAN PESAN SMS MELALUI JALUR RADIO KOMUNIKASI Setyaningsih, Endah; Winata, Tony; Nugroho, Koko
TESLA Jurnal Teknik Elektro UNTAR Vol 8, No 1 (2006): MARET 2006
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.548 KB)

Abstract

The part of transmitter is in the police station for sending the message, if that message was received so buzzer will sound overall with the message was displayed on LCD. The system is designed for announcement to police who didn’t in his her car with easily.
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENCAHAYAAN UNTUK MENCAPAI KUALITAS VISUAL SISWA DI SMP N 2 CIBINONG, BOGOR Setyaningsih, Endah; Candra, Henry; Roesmaladewi, Fransiska I.
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 1, No 2 (2018): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1004.889 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v1i2.3026

Abstract

Kondisi kurangnya pencahayaan pada ruang kelas banyak terjadi di berbagai sekolah SMP, baik di sekolah SMP negeri maupun swasta. Ruangan kelas yang digunakan untuk kegiatan belajar dan mengajar, hampir tidak memenuhi standar pencahayaan yang direkomendasi berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu sebesar 350 Lux (SNI, 2011). Rata-rata besarnya tingkat pencahayaan (Iluminansi/E) ruang kelas di beberapa SMP adalah kurang dari 150 Lux. Inipun bila semua lampu dinyalakan, karena kadang-kadang tidak semua lampu dinyalakan. Nilai sebesar 150 lux ini, kebutuhan daya setiap meter persegi adalah sekitar 6 Watt/m2, dengan menggunakan lampu golongan fluorescent seperti PL dan TLD. Artinya jika menggunakan lampu PL atau TLD untuk mencapai 350 lux dibutuhkan sekitar 15 watt/m2. Namun jika menggunakan lampu LED, untuk mencapai 350 lux dibutuhkan 10 watt/m2 atau kurang. Jadi penggantian dari lampu PL atau TLD ke lampu LED akan dapat menghemat penggunaan energi. Pengabdian kepada Masyarakat ini berupa implementasi pencahayaan di satu ruang kelas dan satu laboratorium di SMP N 2 Cibinong. Kegiatannya berupa perancangan pencahayaan dan retrofit lampu. Lampu yang digunakan adalah lampu LED 18 watt, dengan satu luminer untuk 2 lampu. Hasil dari kegiatan PKM ini adalah melalui retrofit lampu pada ruang kelas dan laboratorium, dapat dihasilkan iluminansi sekitar 300 lux. Di SMP N 2 Cibinong, terpasang 30 lampu LED di ruang kelas dan 18 lampu LED di laboratorium IPA. Adanya pencahayaan ini mampu membuat siswa merasa nyaman yang diharapkan mampu memenuhi kualitas visual siswa. Hal ini sesuai dengan hasil kuisioner dari para siswa, sebelum dan sesudah retrofit lampu. 
ANALISIS EFISIENSI KONSUMSI DAYA LISTRIK DAN BIAYA OPERASIONAL LAMPU TL-LED TERHADAP LAMPU TL-T8 Candra, Henry; Setyaningsih, Endah; Beng, Jap Tji
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v2i1.1682

Abstract

Lampu TL-LED sebagai lampu penerangan dalam ruang memiliki banyak kelebihan dibanding lampu TL-T8, antara lain dalam hal efikasi lampu, yang menunjukkan efisiensi lampu TL-LED, akan tetapi seberapa besar efisiensi yang dapat diberikan oleh lampu TL LED lebih sering hanya dinyatakan secara kualitatif. Melalui tulisan ini dipaparkan hasil penelitian dengan membandingkan kinerja dari lampu TL-LED terhadap lampu TL-T8 dengan mengukur dan menganalisis konsumsi daya listrik dan perhitungan perkiraan biaya operasional dari kedua jenis lampu tersebut. Pengukuran juga dilakukan terhadap parameter lainnya meliputi iluminansi dan daya beban listrik terpasang sebagai pendukung analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa lampu TL-LED memiliki efisiensi konsumsi daya terhadap lampu TL-T8 sebesar 33,3%. Sedangkan perhitungan biaya operasional dengan menggunakan tarif dasar listrik dari PLN menunjukkan bahwa lampu TL LED dapat memberikan penghematan biaya sebesar Rp. 204.300,- sampai dengan Rp. 413.100,- untuk setiap 100 kWh konsumsi daya listrik. Analisis lebih lanjut terhadap iluminansi menunjukkan bahwa lampu TL LED memiliki keterbatasan beamwidth sedangkan daya beban lampu TL-T8 lebih besar bila dibanding dengan daya beban yang tertera pada lampu tersebut karena masih ditambah dengan daya beban rangkaian balas. Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi pemilik bangunan untuk mengganti penggunaan lampu TL-T8 dengan lampu TL-LED, tanpa perlu mengganti luminernya, kecuali dengan sedikit mengubah sistem pengkabelannya.
PENINGKATAN PERILAKU HEMAT ENERGI BAGI SISWA SMA DAN PENERAPAN SNI PADA RUANG BELAJAR Setyaningsih, Endah; Roesmaladewi, Fransisca Iriani; Calvinus, Yohanes; Fat, Joni
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 2 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v3i2.10146

Abstract

There was a blackout in early August 2019, forcing everyone to think about electricity. Some expressed the need for management reform, use of new renewable energy, and promoting energy-saving behavior. However, energy saving behavior without good knowledge will make it difficult to carry out the behavior. For this reason, the community service team collected data through a questionnaire to determine the energy saving knowledge of lighting for students. Furthermore, there is provision on energy saving lighting and practice in the field to determine the extent to which energy saving is implemented in the study room. This practice is in the form of measuring the light intensity of the study room, to find out its value so that if it is not enough, it is necessary to take action to comply with SNI standards. The presentation of the lighting field briefing contained, among other things, the explanation that saving energy does not mean reducing the use of electric power alone, but rather that saving energy must maintain the quality of lighting. Based on the results of the pre test, students have a high desire to behave energy-saving by 91.3% and have confidence in the results of a behavior and an evaluation of the results of a high behavior is 99.5%. The study room illumination shows a value that is not in accordance with the SNI, which is between 125 Lux to 150 Lux. This value is far from the SNI standard, which is 350 Lux for classrooms. Based on the results of the application of this SNI, then the lighting design is carried out through simulation using the Dialux software and the installation of energy-saving lamps in the study room, so that it reaches the SNI standard.ABSTRAK:Terjadinya pemadaman listrik pada awal Agustus 2019, memaksa semua orang untuk berpikir tentang kelistrikan. Sebagian menyatakan perlunya pembenahan manajemen, perlunya pengelolaan/penggantian sistem, dan usulan penggunaan energi baru terbarukan. Selain itu masih terdapat hal lain, yaitu peningkatan perilaku hemat energi (HE), antara lain berupa peningkatan pengetahuan HE. Namun HE kadang-kadang diartikan lain, yaitu hanya sekedar mematikan lampu, tanpa memperhatikan kualitas visual. Untuk itu tim pengabdian kepada masyarakat ini melakukan pengambilan data melalui kuisioner untuk mengetahui pengetahuan HE kepada siswa SMA N 23 Jakarta. Selanjutnya dilakukan pembekalan mengenai HE dan praktik di lapangan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan HE yang ada sekolah tersebut. Praktik ini antara lain berupa pengukuran intensitas cahaya ruang belajar, untuk mengetahui nilainya sehingga jika kurang perlu dilakukan tindakan untuk disesuaikan dengan standar SNI. Penyampaian pembekalan bidang pencahayaan, antara lain berisi tentang penjelasan bahwa HE bukan berarti mengurangi penggunaan daya listrik saja, tapi lebih diutamakan bahwa HE harus tetap menjaga kualitas pencahayaan. Berdasarkan hasil pre test, siswa memiliki keinginan tinggi untuk berperilaku hemat energi sebesar 91,3% dan memiliki keyakinan akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi terhadap hasil perilaku yang tinggi sebesar 99,5% Tingkat pencahayaan/Iluminansi ruang belajar menunjukkan nilai yang kurang sesuai dengan SNI, yaitu antara 125 Lux sampai dengan 150 Lux. Nilai ini jauh dari standar SNI, yaitu 350 Lux untuk ruang kelas. Berdasarkan hasil penerapan SNI ini, selanjutnya dilakukan perancangan pencahayaan melalui simulasi dengan menggunakan perangkat lunak Dialux dan pemasangan lampu HE pada ruang belajar tersebut, sedemikian sampai mencapai standar SNI.
PEMODELAN SISTEM LAMPU OTOMATIS HEMAT ENERGI UNTUK RUANG KELAS TANPA PEMROGRAMAN Calvinus, Yohanes; Setyaningsih, Endah
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v5i2.3861

Abstract

Lamps are electronic devices that produce light turned out to be one of the components in spending considerable electrical costs. The bigger the room, the space will require a lot of lighting to achieve the value of a lighting level according to the Indonesian National Standard (SNI) in the room. The more lamps that are used, the more wasteful the energy is used. Wasteful of energy, so the expenditure for operational costs will be even greater. The role of technology can be used alongside a culture of energy saving. One of them is a light automation system. Automation systems can be realized without programming. based on a survey the place that requires this automation system is a school classroom. Automation systems can be directly coupled with light systems and manual light switches in classrooms, replacing conventional light-on and off-turn systems in classrooms. Its easy installation provides an example for installing an automation system for schools that have a large number of classrooms. The automation sensor used is a type of sensor that has a way of detecting the movement of people in the room. The sensor that can be used the easiest is the Passive Infra Red (PIR) sensor. This sensor itself is the sensor that is most easily available and quite cheap. In realizing the use of this sensor, more than 1 PIR sensor point is required. Sensors that are used more than 1 point will make grouping part of the lighting system in the classroom. If the classroom is not fully used up to the back of the classroom, then it is enough only to turn it on from the front lights to the middle of the classroom. This supports energy saving efforts. Through this automation, it is hoped that there will be a change in the culture of energy saving side by side with technological developments in terms of its use for energy saving. Keywords: LED; motion sensor; classroom; without programming; automation system AbstrakLampu merupakan alat elektronika yang menghasilkan cahaya ternyata salah satu komponen dalam pengeluaran biaya listrik yang cukup besar. Semakin besar ruangan, maka ruang tersebut akan membutuhkan banyak lampu penerangan untuk mencapai nilai suatu tingkat pencahayaan yang sesuai Standard Nasional Indonesia (SNI) pada ruangan tersebut. Semakin banyak lampu yang digunakan tentu semakin boros energi yang digunakan. Boros energi maka pengeluaran untuk biaya operasional akan semakin besar. Peran teknologi dapat digunakan berdampingan dengan budaya hemat energi. Salah satu nya dengan sistem otomatisasi lampu. Sistem otomatisasi dapat direalisasikan tanpa pemrograman. berdasarkan survei tempat yang membutuhkan sistem otomatisasi ini adalah ruangan kelas sekolah. Sistem otomatisasi dapat langsung dipasangkan dengan sistem lampu dan saklar lampu manual di ruang kelas menggantikan sistem mati nyala lampu secara konvensional di ruang kelas. Pemasangannya yang mudah menjadikan contoh bagi pemasangan sistem otomatisasi bagi sekolah yang memiliki ruang kelas yang cukup banyak. Sensor otomatisasi yang digunakan merupakan jenis sensor yang memiliki cara kerja untuk mendeteksi pergerakan orang di dalam ruangan. Sensor yang dapat digunakan paling mudah yaitu sensor Passive Infra Red (PIR). Sensor PIR merupakan sensor yang paling mudah didapatkan dan cukup murah. Dalam realisasi penggunaan sensor ini diperlukan lebih dari 1 titik sensor PIR. Sensor yang digunakan lebih dari 1 titik akan membuat pengelompokkan bagian dari sistem pencahayaan di ruang kelas tersebut. Jika ruang kelas tidak digunakan sepenuhnya hingga bagian belakang kelas, maka cukup hanya dinyalakan dari lampu bagian depan hingga ruang tengah kelas. Hal ini mendukung upaya hemat energi. Melalui otomatisasi ini diharapkan ada perubahan budaya hemat energi yang berdampingan dengan perkembangan teknologi dalam hal pemanfaatannya untuk hemat energi.