Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Inovasi Kesehatan

Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Trimester III Dalam Mengonsumsi Tablet Fe Di Puskesmas Malawei Kota Sorong 2019 Baktianita Ratna Etnis; Exaudian F Lerebulan; Anugrah Agung Aditya
Jurnal Inovasi Kesehatan Vol 2, No 1 (2020): Oktober
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi zat besi (Fe) dan perdarahan akut. Fe adalah suatu mikro elemen esensial bagi tubuh yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin (Hb). Tablet Fe mengandung 200 mg sulfat ferrosus dan 0,25 mg asam folat yang diikat oleh laktosa. Ibu hamil dianjurkan mengonsumsi tablet Fe minimal 90 tablet dengan dosis 1 tablet per hari berturut-turut selama 90 hari masa kehamilannya. Sorong pada tahun 2014, menunjukkan bahwa prevelensi anemia pada ibu hamil di Papua Barat sebesar 24,1%. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan ibu hamil trimester III dalam mengonsumsi tablet Fe di Puskesmas Malawei Kota Sorong. Jenis Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Subjek penelitian ini adalah ibu hamil yang mengonsumsi tablet Fe pada 3 bulan terakhir dari bulan Oktober - Desember 2018 di Puskesmas Malawei Kota Sorong yang berjumlah 82 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah accidental sampling. Analisa data menggunakan uji Chi square dan instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Hasil penelitian ini di dapatkan hasil signifikansi terhadap pengetahuan (p=0,001) dan dukungan keluarga (p=0,002) memiliki nilai p<0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan ibu hamil trimester III dalam mengonsumsi tablet Fe di Puskesmas Malawei Kota Sorong. Saran untuk puskesmas agar dapat melakukan program yang mengarah pada peningkatan mengonsumsi tablet Fe oleh ibu hamil dengan meningkatkan penyuluhan-penyuluhan untuk menambah informasi pada ibu hamil dan keluarganya sehingga pengetahuan ibu hamil dan keluarganya tentang pentingnya tablet Fe meningkat.
Gambaran Interaksi Obat Pada Pada Pasien Human Immunodeficiency Virus Koinfeksi Tuberkulosis Di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong Exaudian F Lerebulan; Baktianita Ratna Etnis; Estevani R Palulun
Jurnal Inovasi Kesehatan Vol 2, No 1 (2020): Oktober
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jumlah pasien HIV koinfeksi TB di dunia diperkirakan sebanyak 14 juta orang, sekitar 80% dijumpai di Sub-Sahara Afrika dan sekitar 3 juta pasien terdapat di Asia Tenggara. Adanya interaksi antara ARV, OAT dengan obat lain dapat menimbulkan toksisitas/ turunnya efek terapi pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran interaksi obat pada pasien HIV koinfeksi TB di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong yang meliputi karakteristik pasien, profil penggunaaan obat dan interaksi antara ARV, OAT dan obat lain.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengambilan data rekam medik secara retrospektif yang dilaksanakan di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong pada 23 September – 03 Oktober 2019. Populasi dan sampel dalam penelitian adalah seluruh pasien HIV koinfeksi TB yaitu 25 pasien. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Instrumen penelitian menggunakan lembar tabel interaksi obat (drug interaction checker).Hasil penelitian menunjukkan dari 25 data rekam medik pasien HIV koinfeksi TB berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada laki-laki 52,0% dengan rentang usia tertinggi usia 30-39 tahun dengan tingkat pendidikan SMA. Obat ARV dan OAT yang diterima oleh pasien diminum satu kali dalam sehari. Jenis interaksi obat yang sering terjadi adalah interaksi antara Rifampisin dengan Efavirenz (interaksi farmakokinetik) dan Rifampisin dengan Isoniazid (interaksi farmakodinamik) yaitu sebanyak 25 interaksi.Kesimpulannya yaitu ada interaksi obat yang terjadi pada pasien HIV koinfeksi TB di BLUD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong. Angka kejadian interaksi obat yang terjadi adalah 100,0%. Saran dari peneliti, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak yang dialami pasien akan interaksi obat yang terjadi.
Gambaran Pola Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pediatri Infeksi Saluran Pernapasan Akut Di Puskesmas Tanjung Kasuari Kota Sorong Qomariah Achmad Ruminsir; Yulinda M Bambungan; Exaudian F Lerebulan
Jurnal Inovasi Kesehatan Vol 2, No 1 (2020): Oktober
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jumlah penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada pediatri sangat tinggi dan menempati urutan pertama penyebab kematian di Indonesia. Di Puskesmas Tanjung Kasuari, ISPA merupakan penyakit terbanyak dengan jumlah kunjungan sebesar 2.061 pasien pada bulan Juli sampe Desember 2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemberian antibiotik pada pasien ISPA bagian atas di Puskesmas Tanjung Kasuari Kota Sorong.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non-eksperimental, dengan pengambilan data secara retrospektif dilakukan melalui rekam medik pasien, kemudian dianalisis secara deskritif kuantatif yang dinyatakan dengan persentase. Sample penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin yakni 93 pasien.Hasil penelitian menunjukkan pasien ISPA terbanyak terjadi pada laki-laki sebanyak 50 pasien (53,8%), usia terbanyak 0 - 5 tahun sebanyak 63 pasien (67,7 %) dengan berat badan 10 – 20 kg, antibiotik yang digunakan yaitu amoksisilin dan sefadroksil, tepat dosis sesuai dengan pedoman pengobatan dasar di puskesmas, rute pemberian secara oral dan tidak ditemukan ketidaktepatan frekuensi/interval waktu. Kesimpulannya yaitu berdasarkan data rekam medik, antibiotik yang terbanyak diberikan pada pasien ISPA di Puskesmas Tanjung Kasuari yaitu Amoksisilin. Ketepatan penggunaan obat pada pasien dengan diagnosis ISPA dapat dikatakan tepat karena sesuai dengan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas menurut Depkes.