Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MENGUATKAN KARAKTER PANCASILA DI ERA MODERN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI KATALISATOR DI KAMPUS Azizah, Nur; Amalia, Rifka; Maisaroh, Santi
Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan Vol. 9 No. 12 (2024): Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3783/causa.v9i12.9450

Abstract

Citizenship education in universities plays an important role in strengthening the character of Pancasila among students as the nation's next generation. In the modern era which is full of challenges of globalization, technological advances, and continuously developing values, strengthening character based on Pancasila values ​​is becoming increasingly relevant. This article aims to examine the role of citizenship education as a catalyst in forming and strengthening the character of Pancasila among students. Through a holistic approach that includes cognitive, affective and conative aspects, citizenship education not only teaches citizenship theory, but also instills the noble values ​​of Pancasila as a moral and ethical basis in social life. Emphasis on values ​​such as mutual cooperation, social justice and democracy is very crucial in building student character who can contribute positively to society. In addition, this article also explores the challenges and opportunities faced by citizenship education in higher education in responding to developing social and political dynamics, as well as how this education can be an agent of change in forming individuals with character, critical and national insight. Through efforts to integrate a Pancasila-based curriculum, as well as improving the quality of teaching and student experience, it is hoped that national education can become an effective catalyst in strengthening the nation's character in the ever-changing modern era. Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi merupakan pondasi utama untuk menguatkan karakter Pancasila di kalangan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa. Di era modern yang penuh dengan tantangan globalisasi, kemajuan teknologi, serta nilai-nilai yang terus berkembang, penguatan karakter berdasarkan nilai-nilai Pancasila menjadi semakin relevan. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji peran pendidikan kewarganegaraan sebagai katalisator dalam membentuk dan memperkokoh karakter Pancasila di kalangan mahasiswa. Dengan menerapkan pendekatan holistik yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan konatif, pendidikan kewarganegaraan tidak hanya mengajarkan teori kewarganegaraan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar moral dan etika dalam kehidupan sosial. Penekanan pada nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan sosial, dan demokrasi menjadi sangat krusial dalam membangun karakter mahasiswa yang dapat berkontribusi secara positif terhadap masyarakat. Di samping itu, artikel ini juga mengeksplorasi tantangan dan peluang yang dihadapi oleh pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi dalam merespons dinamika sosial dan politik yang berkembang, serta bagaimana pendidikan ini dapat menjadi agen perubahan dalam membentuk individu yang berkarakter, kritis, dan berwawasan kebangsaan. Melalui upaya integrasi kurikulum yang berbasis Pancasila, serta peningkatan kualitas pengajaran dan pengalaman mahasiswa, diharapkan pendidikan kewarganegaraan dapat menjadi katalisator yang efektif dalam memperkuat karakter bangsa di era modern yang terus berubah.
Dinamika Bioelektrik Darah: Analisis Perubahan Hemoglobin dan Albumin Pasca Hemodialisis sebagai Biomarker Efektivitas Terapi Purnadianti, Mely; Prodyanatasari, Arshy; Putri, Mardiana Prasetyani; Amalia, Rifka
Jurnal Sintesis: Penelitian Sains, Terapan dan Analisisnya Vol 6 No 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Fakultas Sains, Teknologi, dan Analsisi Institut ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56399/jst.v6i1.236

Abstract

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan terapi hemodialisis (HD) sebagai penanganan utama. Evaluasi efektivitas HD saat ini masih bergantung pada parameter konvensional seperti ureum dan kreatinin, yang memiliki keterbatasan dalam mencerminkan perubahan fisiologis mendasar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika hemoglobin (Hb) dan albumin sebagai indikator bioelektrik darah pasca HD. Metode penelitian menggunakan desain observasional analitik dengan pengukuran kadar Hb dan albumin sebelum dan sesudah HD pada 31 pasien PGK di RS Baptis Kediri, serta analisis parameter bioelektrik darah menggunakan bioimpedance spectroscopy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun terjadi peningkatan signifikan kadar Hb (8,55±1,63 menjadi 9,73±1,49 g/dL) dan albumin (3,21±0,56 menjadi 3,48±0,56 g/dL) pasca HD, nilai tersebut tetap berada di bawah kisaran normal. Analisis lebih lanjut mengungkap korelasi kuat antara perubahan kadar Hb-albumin dengan parameter bioelektrik darah, khususnya pada konduktivitas listrik (r=0,72) dan impedansi (r=-0,68). Simpulan penelitian ini mengidentifikasi Hb dan albumin sebagai biomarker potensial untuk pemantauan efektivitas HD berbasis sifat bioelektrik darah. Rekomendasi penelitian mencakup pengembangan sistem pemantauan real-time terintegrasi dalam alat HD, optimalisasi protokol dialisis berbasis profil bioelektrik individu, serta perluasan studi dengan sampel lebih besar dan variasi metode analisis. Temuan ini memberikan kontribusi penting dalam pengembangan pendekatan personalisasi untuk terapi HD.
Penolakan TEMU dan Kebijakan Proteksionisme Perdagangan Digital Indonesia: Perspektif Neomerkantilisme Amalia, Rifka
JUSS (Jurnal Sosial Soedirman) Vol 8 No 1 (2025): JUSS (Jurnal Sosial Soedirman)
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial and Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/juss.v8i1.15705

Abstract

This study explores how Indonesia’s policy toward cross-border e-commerce platforms, particularly the rejection of TEMU from China, reflects the state's effort to renegotiate economic sovereignty amid the wave of digital globalization. Drawing on the theory of neo-mercantilism, the research argues that regulatory measures such as Trade Regulation No. 31 of 2023 serve as selective protection strategies to sustain domestic MSMEs and prevent market domination by foreign actors employing predatory pricing and cross-border trade. TEMU’s direct-to-consumer model and hybrid distribution channels bypass local value chains and create competitive distortions. The findings indicate that developing countries like Indonesia are not entirely passive under global economic pressure but instead actively shape regulatory space to enhance national competitiveness. The study concludes that Indonesia’s digital protectionism is not a form of anti-globalization, but a state strategy to address structural imbalances in global trade and assert digital economic sovereignty,
ASEAN SOCIAL ENTERPRISE DEVELOPMENT PROGRAMME SEBAGAI MANIFESTASI REGIONALISME BARU DALAM INTEGRASI KAWASAN YANG INKLUSIF Amalia, Rifka
Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial Vol 9 No 2 (2025)
Publisher : Universitas Pendidikan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38043/jids.v9i2.6819

Abstract

Penelitian ini menganalisis ASEAN Social Enterprise Development Programme (ASEAN SEDP) sebagai manifestasi dari pendekatan Regionalisme Baru dalam kerangka integrasi ekonomi kawasan Asia Tenggara. ASEAN SEDP merupakan program berbasis kemitraan multi-pihak (Multi-Stakeholder Partnerships/MSPs) yang dirancang untuk memberdayakan wirausaha sosial muda melalui pelatihan, pendampingan bisnis, akses pembiayaan, serta jejaring lintas sektor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif-analitis dengan data sekunder. Temuan utama menunjukkan bahwa ASEAN SEDP mencerminkan prinsip-prinsip Regionalisme Baru, seperti keterlibatan aktor plural lintas sektor, pendekatan dari bawah (bottom-up), serta orientasi multidimensional yang tidak hanya menekankan pertumbuhan ekonomi tetapi juga pemberdayaan komunitas akar rumput. Berbeda dengan ASEAN-BAC dan ACCMSME yang cenderung elitis dan teknokratik, ASEAN SEDP berhasil membangun model integrasi kawasan yang lebih inklusif dan kontekstual melalui wirausaha sosial (social entrepreneurship). Studi kasus dari peserta ASEAN SEDP menunjukkan dampak nyata berupa penciptaan lapangan kerja bagi kelompok rentan, peningkatan kapasitas wirausaha, serta perluasan solidaritas sosial antarwarga ASEAN. Penelitian ini merekomendasikan agar model kolaboratif seperti ASEAN SEDP direplikasi dan diintegrasikan ke dalam kebijakan regional ASEAN secara lebih sistematis sebagai pelengkap inisiatif ekonomi formal, demi memperkuat integrasi ekonomi yang inklusif dan berkeadilan di kawasan.