Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

AGAMA LOKAL DI KAWASAN PERBATASAN: KEPERCAYAAN MASADE’ DI KEPULAUAN SANGIHE Azis, Muhammad Nur Ichsan
Kebudayaan Vol 14 No 2 (2019)
Publisher : Puslitjakdikbud Balitbang Kemdikbud

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jk.v14i2.298

Abstract

Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan pengaruh kepercayaan dan kebudayaan di Nusantara yang memunculkan kepercayaan lokal di kawasan tertentu. Proses panjang dari hubungan tersebut tidak dapat dilepaskan dari peran para pendatang dan penduduk pribumi. Di Kepulauan Sangihe, pengaruh ini masih terasa sampai sekarang ini. Bahkan dikatakan bahwa pengaruh tersebut bersamaan dengan adanya proses Islamisasi yang dibawa melalui jalur niaga dan politik. Kuatnya pengaruh animisme dan dinamisme berdampak pada penerimaan terhadap ajaran baru, sehingga dilakukan penyesuaian inilah memunculkan aliran kepercayaan lokal, tidak terkecuali di Kepulauan Sangihe, yang dikenal dengan ajaran Masadeâ??. Tulisan ini merupakan tulisan sejarah yang menggunakan metode sejarah dengan pendekatan kebudayaan. Asimilasi dan akulturasi kebudayaan berdampak langsung pada pembentukan pola pikir, praktek, hingga kepercayaan khususnya di masyarakat Kepulauan Sangihe. Tulisan ini menemukan bahwa pengaruh animis dan dinamis di Nusantara berlangsung cukup lama, sehingga agama-agama â??samawiâ? belum dapat diterima â??menyeluruhâ? oleh penduduk setempat, sehingga memunculkan kepercayaan lokal yang terpengaruh dengan ajaran Islam.
Menemukan Islam di Minahasa: Islamisasi dalam Jaringan Rempah Nusantara Azis, Muhammad Nur Ichsan
Historia Islamica: Journal of Islamic History and Civilization Vol 2 No 1 (2023): Historia Islamica
Publisher : Program Studi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/historia.v2i1.654

Abstract

Islamization in Minahasa is an interesting discourse to study. Discussions on religion, Islam and Christianity, in Minahasa often collided with the axis and process of the spice trading network and political policies. Local power is one of the attractions for the formation of spice networks and religious development in several strategic areas, including Minahasa. This article attempts to reveal and analyze Islam in Minahasa through the Nusantara spice trading network. historical method; heuristics, criticism, interpretation, and historiography, are used in this article with a social science approach related to Islamization. Islamization in Minahasa developed through the arrival and existence of actors in the trade network such as sailors-traffickers, preachers, as well as various conditions that affected society in the religious relations that were formed. The Islamization of Minahasa is unique with the emergence of a Muslim community nucleus in the coastal and inland areas until the 20th century.
BANDAR KEMA:: JALUR ISLAMISASI DAN DOMINASI KOLONIAL (1824-1930) Zamzami, Rizal; Riyadi, Ahmad Syaf’i Mufadzilah; Azis, Muhammad Nur Ichsan
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 25 No. 1 (2024)
Publisher : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.389

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis jalur islamisasi dan dominasi kolonial terhadap keberadaan Islam di Bandar Kema, Minahasa. Perkembangan islamisasi di Kema, tidak lepas dari aktivitas dan peran para penyebar Islam, baik ulama, pedagang, dan tokoh politik, sejak abad ke-19 M. Islamisasi di Bandar Kema mengalami signifikansi pada pertengahan abad ke-19, melalui relasi politik dan aktivitas niaga maritim. Metode sejarah yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan ilmu sosial yang menggunakan teori islamisasi dan pengaruh kolonisasi di kawasan tertentu. Jalur islamisasi di Bandar Kema berimplikasi pada terbentuknya masyarakat muslim yang mendiami daerah pesisir. Di sisi lain, dominasi kolonial juga berdampak munculnya kelompok-kelompok muslim yang berusaha mempertahankan keberadaan mereka di tengah pengaruh tersebut yang berhubungan langsung dengan kebijakan politik dan ekonomi.
The Role of the Mandar Diaspora in South Kalimantan in Establishing Indonesian’s Maritime Network, 1970s – 2000s Hamid, Abd Rahman; Idham, Idham; Lamijo, Lamijo; Nensia, Nensia; Hamsiati, Hamsiati; Azis, Muhammad Nur Ichsan
Paramita: Historical Studies Journal Vol 34, No 2 (2024): Disaster and Disease in History
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v34i2.48093

Abstract

Abstract: This article explains the role of the Mandar diaspora in South Kalimantan in establishing Indonesia's maritime network from the 1970s to the 2000s. The data used in this study consists of oral history sources from the actors obtained through in-depth interviews, supplemented by relevant literature. This study has three research questions: what were the driving forces of Mandar people becoming diaspora in South Kalimantan, how did the Mandar diaspora sailors  build their  maritime networks, and how did they respond  towards the modernization of shipping? The research findings indicate that the triggering factors for the migration of the Mandar people to South Kalimantan were the compulsory labor policy in the 1930s and security disturbances in the 1950s in Sulawesi. Additionally, this migration was supported by the geohistorical factors of South Kalimantan in the history of Mandar navigation. The Mandar diaspora in South Kalimantan successfully rebuilt the maritime network with Sulawesi and Java in transporting copra. The maritime network of the Mandar diaspora expanded in the 1970s after the modernization of shipping and joint partnerships with Chinese, Banjar, and Bugis traders. As a result, the Mandar diaspora network expanded to include the hinterlands of Merauke (Papua). By understanding the Mandar diaspora in South Kalimantan, this research makes a significant contribution to understanding the role of the Mandar people in building the maritime network and simultaneously strengthening their identity as a maritime ethnic group in Indonesia. Abstrak: Artikel ini menjelaskan tentang peran diaspora Mandar di Kalimantan Selatan dalam membangun jaringan maritim Indonesia sejak tahun 1970an-2000an. Data yang digunakan dalam riset ini adalah sumber sejarah lisan dari pelaku yang diperoleh lewat wawancara mendalam dan ditambah bahan pustaka yang relevan. Ada tiga persoalan yang dijawab di sini yaitu:  bagaimana dan mengapa orang Mandar menjadi diaspora di Kalimantan Selatan, bagaimana usaha pelaut diaspora Mandar membangun jaringan maritimnya, dan bagaimana bentuk respon mereka terhadap modernisasi pelayaran. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor pemicu terjadinya migrasi orang Mandar ke Kalimantan Selatan adalah adanya  kebijakan wajib kerja paksa pada 1930an dan gangguan keamanan 1950an di Sulawesi. Selain itu juga didukung oleh faktor geohistoris Kalimantan Selatan dalam sejarah pelayaran orang Mandar. Diaspora Mandar di Kalimantan Selatan berhasil membangun kembali jaringan maritim dengan Sulawesi dan Jawa dalam pengangkutan kopra. Jaringan maritim diaspora Mandar berkembang pada 1970an setelah modernisasi pelayaran dan joint partner dengan pedagang Cina, Banjar, dan Bugis. Hasilnya, jaringan diaspora Mandar bertambah luas hingga mencakup pedalaman Merauke (Papua). Dengan memahami diaspora orang Mandar di Kalimantan Selatan, penelitian ini berkontribusi penting untuk memahami peran orang Mandar dalam membangun jaringan maritim dan sekaligus mengukuhkan jati dirinya sebagai sukubangsa bahari Indonesia.    
Nilai Moderasi Beragama Dalam Ajaran Himpunan Penghayat Kepercayaan Masade’ Di Kepulauan Sangihe Hana, Muhamad Yusrul; Azis, Muhammad Nur Ichsan; Setiawan, Agus Mahfudin
Thaqafiyyat : Jurnal Bahasa, Peradaban dan Informasi Islam Vol 22, No. 1 (2023): Thaqāfiyyāt
Publisher : Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/thaq.2022.22101

Abstract

Abstract: Religious problems in Indonesia are not only limited to major religions but also involve cases at the micro level, such as what happened to the adherents of Masade Islam in the Sangihe Islands. The author focuses on the process of the emergence of Masade Islam in the border area of the Sangihe Islands, the factors that influence its formation, and the application of religious moderation values by Masade Islam adherents. To answer these problems, the author uses a socio-cultural approach as an analytical tool. This research uses the concept of monotheistic religion and the concept of supernatural power understood based on the theory of religious evolution. This research uses historical research methods that include heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The researcher argues that the influence and dominance of religious beliefs in the Masade' Trust developed along with the competition for power and politics in the Sangihe Islands. The dialectic between religion and culture is strong evidence of this influence. The discovery of historical facts that shaped the beliefs of the community known as Masade' reinforces the close relationship between Islam influenced by local culture (local wisdom) as evidenced through the process of rituals and worship performed in the local belief. Although the adherents of masade Islam recognize them as Muslims, the practice of worship is different. This shows that masade Islam is not part of Islam but a religion of belief that has noble local cultural values which also become the axis of their enthusiasm in carrying out a tolerant life in the frame of religious moderation.Abstrak: Permasalahan keberagamaan di Indonesia tidak hanya terbatas pada agama-agama besar, melainkan juga melibatkan kasus-kasus pada tingkat mikro, seperti yang terjadi pada penganut agama kepercayaan Islam Masade di kepulauan Sangihe. Penulis memfokuskan perhatian pada proses munculnya ajaran Islam Masade di kawasan perbatasan Kepulauan Sangihe, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukannya, serta penerapan nilai-nilai moderasi beragama oleh para penganut Islam Masade. Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan pendekatan sosio-budaya sebagai alat analisis. Penelitian ini menggunakan konsep agama monoteistik dan konsep kekuasaan supernatural yang dipahami berdasarkan teori evolusi agama. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Peneliti berargumen bahwa pengaruh dan dominasi keyakinan agama dalam Kepercayaan Masade’ berkembang seiring dengan persaingan kekuasaan dan politik di Kepuluan Sangihe. Dialektika antara agama dan budaya menjadi bukti yang kuat atas pengaruh tersebut. Penemuan fakta sejarah yang membentuk kepercayaan masyarakat yang dikenal sebagai Masade menguatkan hubungan yang erat antara Islam yang dipengaruhi budaya lokal (lokal wisdom) yang dibuktikan melalui proses ritual dan ibadah yang dilakukan dalam kepercayaan lokal tersebut. Meskipun penganut Islam masade mengakui mereka sebagai pemeluk Islam, tetapi dalam praktik ibadahnya berbeda. Hal ini menunjukkan Islam masade bukan bagian dari Islam tetapi menjadi agama kepercayaan yang mempunyai nilai-nilai budaya lokal yang luhur yang juga menjadi poros semangat mereka dalam menjalankan kehidupan yang toleran dalam bingkai moderasi beragama.
Jaringan Tarekat: Pemikiran Dan Gerakan Keagamaan Di Sulawesi Tengah Abad XIX-XX M Azis, Muhammad Nur Ichsan
El Tarikh : Journal of History, Culture and Islamic Civilization Vol. 2 No. 1 (2021): El-Tarikh
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/jhcc.v2i1.8456

Abstract

Gerakan Tarekat merupakan isu yang berkembang di Nusantara pada masa-masa awal penyebaran Islam, terutama  abad ke-14 M. Perkembangan gerakan ini tidak lepas dari banyaknya penyebar ajaran Islam yang melihat bahwa masyarakat Nusantara memiliki keunikan khusus dalam mempraktikkan kehidupan beragama. Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 gerakan tarekat menjadi salah satu altrenatif masyarakat Muslim untuk dapat terus eksis. Tulisan ini menggunakan metode sejarah: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil dari kajian ini dtemukan bahwa gerakan tarekat yang berkembang di Sulawesi Tengah membentuk jejaring, baik melalui relasi guru-murid, atau bahkan jejaring niaga. Mereka juga mengembangkan cara berfikirnya melalui gerakan-gerakan keagamaan yang mudah diterima di tengah masyarakat. Tidak hanya melalui afiliasi dan gerakan politik, namun juga pada ranah pendidikan. Di Sulawesi Tengah jaringan tarekat berkembang melalui relasi pendidikan atau hubungan guru-murid yang mendalami ajaran Islam hingga sampai ke Haramayn. Selain itu, mereka juga menanamkan ajaran pemikiran yang tetap melihat konteks masyarakat Muslim di daerah tersebut.Kata Kunci: Tarekat, Jejaring, Sulawesi Tengah
Dinamika Inklusi Sosial Masyakarat Islam: Posisi Kaum Mawali Dalam Pembangunan Umat Islam Di Jazirah Arab Hana, Muhamad Yusrul; Azis, Muhammad Nur Ichsan
El Tarikh : Journal of History, Culture and Islamic Civilization Vol. 4 No. 1 (2023): Classical Islamic History
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/jhcc.v4i1.16766

Abstract

Inklusi sosial menjadi satu konsep formal yang ada dalam Islam. Konsep inilah yang terlihat dalam beberapa periode sejarah berlatar pembangunan peradaban Islam masa klasik. Paada masa Nabi SAW sampai masa Khulafa Al-Rasydun kaum mawali mendapat tempat yang adil. Mereka terpinggirkan pada masa Umayyah, akibat hegemoni Arabisme. Kaum mawali mulai berkontribusi penuh dalam peradaban Islam pada masa Abbasiyah untuk berkolaborasi membangun umat secara bersama. Karena tujuan utama dari inklusi sosial adalah kemakmuran bagi semua orang, maka konsep ini harus berpedoman pada nilai-nilai agama agar menjurus kepada kebaikan. Penelitian ini ingin menjelaskan penerapan inklusi sosial umat Islam di Jazirah Arab sebagai satu proses persatuan Muslim Arab dan Muslim non-Arab dalam peradaban Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan, inklusi sosial berlandaskan nilai-nilai Islam yaitu ukhuwah islamiyah, tasamuh, dan ishlah dapat mempersatukan umat Islam dalam membangun kemakmuran bersama di Jazirah Arab.
BERZIARAH KE MAKAM SYEKH YUSUF AL-MAKASSARI: Kajian Sosial-Ekonomi Azis, Muhammad Nur Ichsan
Batuthah: Jurnal Sejarah Padaban Islam Vol. 3 No. 1 (2024): Batuthah: Jurnal Sejarah Peradaban Islam
Publisher : Program Studi Sejarah Peradaban Islam Institut Agama Islam Darullughah Wadda'wah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38073/batuthah.v3i1.1439

Abstract

The study investigates the implications of undertaking a pilgrimage to the tomb of Syekh Yusuf Al-Makassari, whose significant contributions have profoundly shaped Islamic thought and civilization. Following his passing, his burial site has become a crucial destination for pilgrims, leading to socio-economic effects on the surrounding community. Employing historical methodologies within a socio-economic framework, the research aims to elucidate the socio-economic conditions of the community surrounding Sheikh Yusuf Al-Makassari's tomb. Recognized as a pivotal figure and scholar in Indonesian history and beyond, Sheikh Yusuf's enduring influence is evident through the influx of pilgrims from diverse regions to his gravesite, highlighting his ongoing societal significance. The findings of this study reveal various social and economic aspects, including the financial status of the local population, employment opportunities, and microeconomic dynamics.