Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Peran Kehangatan Ibu sebagai Moderator Sosialisasi Emosi dan Regulasi Emosi Anak Usia Prasekolah Nadia Laras Asih; Lia Mawarsari Boediman
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol 14, No 1 (2021): Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/provitae.v14i1.11424

Abstract

The study aimed to determine the role of emotional socialization in developing preschoolers' emotional regulation moderated by maternal warmth. Participants in this study consisted of 139 mothers who had children aged 3 to 5 years in Indonesia. This study uses a non-probability sampling approach with a moderation analysis technique using Hayes’ PROCESS Macro for SPSS. The instruments used for data collection were The Emotion Regulation Checklist (ERC) to measure mother's perceptions of children's emotions, Coping with Children's Negative Emotions Scale (CCNES) to measure mother's reactions to children's negative emotions, and Parental Acceptance-Rejection Questionnaire-Short Form (PARQ) to measure the level of mother's warmth. The results showed that there is an interaction between emotional socialization and maternal warmth (β= 0.006, t = 2.704, p < 0.05), which plays a role in helping the development of emotional regulation in preschool age. Emotional socialization has a significant effect on the development of emotional regulation in preschool at low maternal warmth levels. That result predicts the low development of emotional regulation of preschool children if the mother has a low level of warmth as well. Although there is a significant interaction between mother's warmth and the socialization of emotions on the development of emotional regulation of preschool children, the role that occurs is not large.  This is due to the fact that the two independent variables have several similar characteristics that are likely to influence the interaction value of the two variables.
Pengaruh persepsi keterlibatan ayah dan harga diri terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja awal Grin Rayi Prihandini; Lia Mawarsari Boediman
Jurnal Ecopsy Vol 6, No 2 (2019): JURNAL ECOPSY
Publisher : Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.416 KB) | DOI: 10.20527/ecopsy.v6i2.6560

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran keterlibatan ayah dan harga diri dalam memengaruhi kesejahteraan psikologis remaja awal. Remaja awal dianggap sebagai masa yang penting karena banyak perubahan yang dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis dirinya. Kesejahteraan psikologis dianggap dapat menentukan arah perkembangan dari remaja dan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal diri seseorang. Peneliti ingin melihat peran dari keterlibatan ayah sebagai faktor eksternal dan harga diri sebagai faktor internal dalam memengaruhi kesejahteraan psikologis dirinya. Penelitian dilakukan pada 300 orang remaja awal yang berusia 12-15 tahun dari tiga SMP di Jakarta dan Depok. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen Reported Father Involvement Scale (RFIS), Rosenberg’s Self-Esteem Scale (RSES), dan Ryff’s Scale of Psychological Well-Being (RPWB). Analisis regresi berganda yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh dari keterlibatan ayah dan harga diri remaja awal terhadap kesejahteraan psikologis dirinya. Keterlibatan ayah dan harga diri secara bersama-sama berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis remaja awal.
DIR/FLOORTIME UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTARA ANAK DENGAN AUTISME DAN IBU DENGAN PROFIL SENSORI BERBEDA Ezra Dessabela Isnannisa; Lia Mawarsari Boediman
Journal of Psychological Science and Profession Vol 3, No 3 (2019): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.364 KB) | DOI: 10.24198/jpsp.v3i3.23599

Abstract

Kesulitan menjalin komunikasi adalah salah satu fitur utama pada Autism Spectrum Disorder (ASD). Anak dengan ASD cenderung memiliki gangguan pemrosesan sensori yang berdampak pada defisit kemampuan komunikasi. Hal tersebut membuat anak membutuhkan bantuan pengasuh untuk meregulasi diri sebelum dapat menjalin komunikasi dengan orang lain. Salah satu intervensi yang membantu meningkatkan kemampuan komunikasi adalah Developmental, Individual Differences, Relationship (DIR)/Floortime. Intervensi ini mempertimbangkan keunikan profil sensori dan perkembangan functional emotional partisipan sebagai landasan pembuatan program, serta melibatkan pengasuh secara aktif. Secara lebih lanjut, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas DIR/Floortime untuk meningkatkan komunikasi antar anak usia 4 tahun 2 bulan dengan autisme dan ibu dengan profil sensori yang berbeda.  Penelitian ini menggunakan single case design dan multiple baselines across situations untuk mengevaluasi penerapan DIR/Floortime pada situasi free dan semi-structured play. Lembar Observasi Circle of Communication (CoC) digunakan untuk menghitung jumlah komunikasi dua arah yang terjalin antara anak dan ibu. Skor kapasitas perkembangan functional emotional anak dan ibu juga diukur menggunakan Functional Emotional Assesment Scale untuk mengetahui kapasitas perkembangan yang melandasi kemampuan komunikasi. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa DIR/Floortime efektif untuk meningkatkan jumlah dan kualitas komunikasi antara anak dan ibu. Setelah intervensi, anak lebih sering melakukan kontak mata, melakukan inisiasi dan respons verbal, serta tampak lebih engaged dalam berinteraksi bersama ibu. Keterlibatan aktif ibu dalam intervensi membuat ibu langsung merasakan perubahan positif pada anak saat berinteraksi. Hal tersebut memotivasi ibu yang sebelumnya cenderung pasif dalam berinteraksi untuk lebih dapat mengikuti minat dan tingkat keaktifan anak.
Father Involvement as Moderator: Does Father’s Emotional Regulation Influence Preschooler’s Emotional Regulation? / Keterlibatan Ayah sebagai Moderator: Apakah Regulasi Emosi Ayah Memengaruhi Regulasi Emosi Anak Prasekolah? Aninditha, Rizky; Boediman, Lia Mawarsari
Psikoislamika : Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam Vol 18, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/psikoislamika.v18i1.12121

Abstract

Abstract: The development of emotional regulation in early childhood can be influenced by various things, particulary the involvement of fathers. This study aimed to determine how father’s emotional regulation, as an aspect of parenting, affect the development of emotional regulation in preschoolers. The variable of father involvement was included as a moderator of the relationship between father’s emotional regulation and preschooler’s emotional regulation. Total of 118 fathers of children between the age of 3-6 years old were participatedin this study. The following measuring tools were used in this study: Difficulties in Emotion Regulation Scale (DERS), The Emotion Regulation Checklist (ERC), and The Inventory of Father Involvement (IFI) used in this study.  Linear regression statistical method was used to analyzed the data. The indicates (1) there is a significant correlation between father’s emotional regulation and preschooler’s emotional regulation (R = 0.64; R2 = 0.406; p 0.01); and (2) father involvement affects the quality of the relationship between father’s and child’s emotional regulation (Rquality= 0.72; R2 = 0.51; p 0.01; Rtime= 0.68; R2 = 0.46; p 0.01). That is, father’s involvement has a positive contribution to the relationshop between father’s emotional regulation and early childhood emotional regulation.Keywords: father involvement; father’s emotion regulation; early childhood emotion regulation; preschoolerAbstrak: Perkembangan regulasi emosi anak usia dini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya faktor pengasuhan orang tua, terlebih pada keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Penelitian ini melihat bagaimana kemampuan regulasi emosi ayah, sebagai salah satu aspek pengasuhan orang tua, memengaruhi perkembangan regulasi emosi anak usia prasekolah. Faktor keterlibatan ayah diikutsertakan sebagai moderator hubungan antara regulasi emosi ayah dengan regulasi emosi anak prasekolah. Penelitian ini melibatkan 118 orang ayah dengan anak usia 3-6 tahun. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur Difficulties in Emotion Regulation Scale (DERS), The Emotion Regulation Checklist (ERC), dan The Inventory of Father Involvement (IFI).  Uji statistik regresi linear digunakan untuk menganalisa data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat korelasi signifikan antara regulasi emosi ayah dengan regulasi emosi anak prasekolah (R = 0.64; R2 = 0.406; p 0.01); dan (2) keterlibatan ayah dalam memiliki pengaruh signifikan terhadap hubungan antara regulasi emosi ayah dengan regulasi emosi anak prasekolah (Rkualitas keterlibatan = 0.72; R2 = 0.51; p 0.01; Rjumlah waktu pengasuhan = 0.68; R2 = 0.46; p 0.01). Artinya, keterlibatan ayah dalam pengasuhan memiliki kontribusi positif terhadap hubungan antara regulasi emosi ayah dengan regulasi emosi anak usia dini.Kata Kunci: keterlibatan ayah; regulasi emosi ayah; regulasi emosi anak usia dini; anak prasekolah
DIR/floortime Approach to Improve Two-way Communication Skills in Children with Autism Spectrum Disorder Hana Lazuardy Rahmani; Lia Mawarsari Boediman
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 13, No 2 (2024): Volume 13, Issue 2, Juni 2024
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikostudia.v13i2.14419

Abstract

The limited ability to engage in two-way social communication poses a significant challenge for children with Autism Spectrum Disorder (ASD). Nevertheless, proficiency in two-way social communication is a crucial skill that children need to foster for their overall development. This study employs a single-subject design (n=1), focusing on early childhood and involving fathers as the primary caregivers. The primary objective is to assess the effectiveness of the DIR/Floortime approach, specifically in enhancing communication skills in children with autism spectrum disorders. This study consisted of 16 sessions which divided into pre-intervention, intervention, and post-intervention sessions. Measurement was conducted using the Circle of Communication (CoC) observation sheet and the Functional-Emotional Assessment Scale (FEAS) to compare participant change in score trends between pre-intervention and post-intervention phases. The research findings indicate that the application of DIR/Floortime principles effective in improving the two-way communication abilities of children with autism spectrum disorders. Consequently, this approach can be considered as an alternative consideration for the intervention of children with autism spectrum disorders.Minimnya kemampuan untuk melakukan komunikasi sosial dua arah menjadi salah satu masalah utama pada anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) atau Gangguan Spektrum Autisme. Padahal, kemampuan komunikasi sosial dua arah merupakan salah satu kemampuan penting yang perlu dimiliki oleh anak agar dapat menunjang perkembangannya. Penelitian ini merupakan penelitian single subject design (n = 1) pada anak usia dini dan ayah sebagai pengasuh utama anak yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari pendekatan DIR/Floortime khususnya dalam meningkatkan kemampuan komunikasi pada anak dengan gangguan spektrum autisme. Penelitian terdiri dari 16 sesi yang terbagi menjadi sesi pra-intervensi, intervensi, dan sesi post-intervensi. Pengukuran menggunakan lembar observasi Circle of Communication (CoC) dan Functional-Emotional Assessment Scale (FEAS) untuk membandingkan perubahan tren skor partisipan pada pra-intervensi dan post-intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip DIR/floortime dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dua arah anak dengan gangguan spektrum autisme. Oleh karena itu, pendekatan ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan alternatif penanganan anak dengan gangguan spektrum autisme.
Stres dan Regulasi Emosi Remaja Perempuan: Intervensi Kelompok dengan Pendekatan Cognitive-Behavioral Therapy Syazwani, Farras; Boediman, Lia Mawarsari
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K) Vol 5, No 3 (2024): J-P3K DESEMBER
Publisher : Yayasan Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/j-p3k.v5i3.483

Abstract

Remaja mengalami berbagai perubahan dan tantangan pada aspek perkembangannya yang berpengaruh terhada kondisi emosionalnya. Pada salah satu SMP di Jakarta, sebagian besar remaja menghadapi permasalahan di aspek akademik dan pertemanan serta memiliki indikasi emosi negatif yang tinggi akibat permasalahan tersebut, salah satunya yaitu stres. Remaja perempuan terbukti memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap stres dibandingkan dengan laki-laki. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat stres pada remaja yaitu melalui intervensi kelompok yang menyasar pada kemampuan regulasi emosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah intervensi kelompok yang menyasar kemampuan regulasi emosi dengan pendekatan CBT efektif untuk menurunkan tingkat stres remaja perempuan pada salah satu SMP di Jakarta. Desain penelitian ini yaitu quasi experimental one-group pre-test post-test design yang mengukur tingkat stres (DASS-21) dan disregulasi emosi (DERS-SF). Terdapat tujuh partisipan yang mengikuti intervensi kelompok sebanyak 5 sesi. Berdasarkan hasil yang didapatkan melalui analisis kuantitatif dan kualitatif, intervensi ini efektif dalam meningkatkan kemampuan regulasi emosi dan menurunkan tingkat stres pada remaja perempuan. Hal ini terlihat dari tren penurunan skor tingkat stres dan disregulasi emosi yang memenuhi indikator keberhasilan. Selain itu, analisis kualitatif juga menunjukkan bahwa partisipan merasakan berbagai manfaat dari intervensi yang diberikan.
Group intervention for emotion regulation training based on cognitive behavioral therapy (CBT) to reduce stress levels in early adolescents Haramain, Adelia Shafira; Boediman, Lia Mawarsari
Jurnal Psikologi Tabularasa Vol. 19 No. 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jpt.v19i2.13906

Abstract

ABSTRACTEntering the early adolescent development phase brings many challenges for individuals, which can trigger prolonged stress. Adolescents need to overcome this stress to minimize further impacts, such as social relationship problems, academic difficulties, and psychological issues. This study aims to evaluate the effectiveness Cognitive Behavioral Therapy (CBT)-based emotional regulation training in reducing stress levels in early adolescents. This study used quasi-experimental research type with one-group pretest-posttest design. The participants were six early adolescents (12-14 years old) who exhibited severe levels of stress and emotional dysregulation. Changes in stress levels and emotional dysregulation were measured using the Difficulties in Emotion Regulation Scale-Short Form (DERS-SF) and the Depression Anxiety Stress Scale-21 (DASS-21) before, immediately after, and one month post-intervention. Friedman test results showed significant decrease in the level of emotional dysregulation (p=.04; p<.05) and stress levels (p=.03; p<.05) from pretest, posttest, and follow up. These findings suggest that CBT-based emotion regulation training is effective in improving emotion regulation skills and reducing stress levels in early adolescents.ABSTRACTMemasuki fase perkembangan remaja awal membawa banyak tantangan bagi individu yang dapat memicu stres berkepanjangan. Remaja perlu mengatasi stres yang muncul untuk meminimalisir dampak lebih lanjut seperti masalah hubungan sosial, masalah akademik, hingga masalah psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pelatihan regulasi emosi berbasis Cognitive Behavioral Therapy (CBT) untuk membantu menurunkan tingkat stres pada remaja awal. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimen dengan desain one group pretest-posttest. Partisipan penelitian merupakan enam orang remaja awal (12-14 tahun) yang menunjukkan tingkat stres dan disregulasi emosi yang tergolong berat. Perubahan tingkat stres dan disregulasi emosi diukur melalui skor yang diperoleh sebelum, setelah, dan 1 bulan setelah intervensi berdasarkan alat ukur Difficulties in Emotion Regulation Scale-Short Form (DERS-SF) dan Depression Anxiety Stress Scale-21 (DASS-21 Hasil uji Friedman menunjukkan bahwa adanya penurunan yang signifikan pada tingkat disregulasi emosi (p=.04; p<.05)) dan tingkat stres (p=.03; p<.05) dari pretest, posttest, dan follow up. Temuan ini mengindikasikan bahwa pelatihan regulasi emosi berbasis CBT efektif meningkatkan kemampuan regulasi emosi dan menurunkan tingkat stres pada remaja awal.
Dampak Pelatihan Regulasi Emosi Menggunakan Pendekatan Terapi Kognitif Perilaku Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Remaja Khairunnisa, Rania Fakhirah; Boediman, Lia Mawarsari
Jurnal Diversita Vol. 10 No. 2 (2024): JURNAL DIVERSITA DESEMBER
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/diversita.v10i2.12866

Abstract

Masa remaja adalah periode transisi yang ditandai oleh perubahan neurobiologis, hormonal, psikologis, dan sosial. Tahap kehidupan ini sering membawa gejolak emosional, di mana remaja menghadapi berbagai perasaan dan pengalaman. Remaja, terutama perempuan, lebih rentan mengalami emosi negatif, penurunan harga diri, dan perilaku internalisasi seperti kecemasan. Kemampuan regulasi emosi yang efektif sangat penting untuk mengurangi masalah pada remaja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas pelatihan regulasi emosi berbasis Terapi Kognitif Perilaku (CBT) untuk meningkatkan kemampuan regulasi emosi dan menurunkan tingkat kecemasan pada remaja. Penelitian ini melibatkan enam remaja perempuan berusia 14-15 tahun dengan tingkat disregulasi emosi dan kecemasan sedang hingga berat. Partisipan mengikuti minimal dua dari lima sesi intervensi. Hasil menunjukkan bahwa terdapat penurunan kecemasan yang signifikan setelah partisipan mengikuti pelatihan, namun penurunan dalam disregulasi emosi masih belum terhitung signifikan. Dari beberapa teknik yang diterapkan, teknik mindfulness terbukti membantu partisipan dalam mengelola emosi dan menurunkan kecemasan. Beberapa rekomendasi lanjutan perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan keefektifitasan penelitian di kemudian hari.
STRATEGI SELF-COMPASSION: MENGURANGI STRES DI KALANGAN SISWA SMA Febrianti, Vinesia; Boediman, Lia Mawarsari
JIP (Jurnal Intervensi Psikologi) Vol. 16 No. 2 (2024): JIP: Jurnal Intervensi Psikologi
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/intervensipsikologi.vol16.iss2.art6

Abstract

ABSTRAK: Stres yang tinggi merupakan suatu kondisi yang sering terjadi pada siswa SMA dikarenakan semakin meningkatnya tuntutan dan perencanaan masa depan. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengelola stres adalah melalui praktik self-compassion. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas intervensi self-compassion terhadap penurunan stres pada siswa SMA. Penelitian ini menggunakan small-n design dengan 4 partisipan. Pengukuran menggunakan dua alat ukur, yaitu Self-Compassion Scale dan The Perceived Stress Scale. Hasil penelitian menemukan bahwa intervensi self-compassion tidak efektif untuk menurunkan stres pada siswa SMA. Hal tersebut disebabkan tidak semua partisipan mengalami penurunan skor perceived stress dan peningkatan skor self-compassion. Meskipun demikian, terlihat adanya tren yang positif dari hasil penelitian ini, sehingga penerapan intervensi self-compassion dapat dipertimbangkan lebih lanjut untuk menurunkan stres siswa SMA. Kata kunci: self-compassion, stres, siswa SMA. ABSTRACT: High stress levels are a common condition among high school students due to increasing demands and future planning pressures. One potential method for managing stress is the practice of self-compassion. This study aimed to evaluate the effectiveness of self-compassion interventions in reducing stress among high school students. The research employed a small-n design with four participants. Two measurement tools were used: the Self-Compassion Scale and the Perceived Stress Scale. The findings revealed that the self-compassion intervention was not effective in reducing stress among high school students, as not all participants showed a decrease in perceived stress scores or an increase in self-compassion scores. Nevertheless, a positive trend was observed in the results, suggesting that the implementation of self-compassion interventions could be further explored as a potential approach to managing stress in high school students. Key words: self-compassion, stress, high school students.
Empowering High School Students: The Impact of Group Self-Compassion Interventions on Anxiety Tendencies Andhita, Nadya; Boediman, Lia Mawarsari
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 12, No 4 (2024): Volume 12, Issue 4, Desember 2024
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v12i4.16778

Abstract

Anxiety disorders are the most prevalent mental health issues among adolescents worldwide. These issues can make it hard for individuals to control their fear of future events, and they can lead to a decline in physical, cognitive, social relationships, and occupational functions. This study aims to assess the effectiveness of group intervention based on self-compassion principles in reducing anxiety levels among high school adolescents. Self-compassion involves having a kind and understanding attitude towards oneself when facing suffering. The intervention was conducted in a group setting because adolescents often find it easier to relate and learn from their peers. This study suggests that group intervention based on self-compassion principles can increase self-compassion levels and decrease anxiety levels in high school adolescents. However, the significance of the quantitative changes remains inconsistent. Factors such as participants’ intrinsic motivation, commitment to attendance, school support, group cohesiveness, and the facilitator’s role in improving therapeutic group dynamics need to be evaluated to enhance the effectiveness of this group intervention. Gangguan kecemasan merupakan masalah kesehatan mental yang paling umum di kalangan remaja di seluruh dunia. Gangguan ini dapat berdampak negatif bagi individu dalam mengendalikan rasa takut terhadap kejadian di masa depan, serta menyebabkan penurunan fungsi fisik, kognitif, hubungan sosial, dan pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas intervensi kelompok berbasis prinsip-prinsip self-compassion dalam mengurangi tingkat kecemasan di kalangan remaja SMA. Self-compassion atau dalam bahasa Indonesia disebut welas diri adalah sikap yang penuh kebaikan dan pengertian terhadap diri sendiri ketika menghadapi penderitaan. Intervensi pada penelitian ini dilakukan dalam kelompok karena remaja seringkali lebih mudah mengidentifikasi diri dan belajar dari teman sebaya. Penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi kelompok berbasis prinsip-prinsip self-compassion dapat meningkatkan tingkat self-compassion dan menurunkan tingkat kecemasan pada remaja SMA. Namun, signifikansi perubahan secara kuantitatif masih inkonsisten. Faktor-faktor seperti motivasi intrinsik peserta, komitmen terhadap kehadiran, dukungan dari guru-guru sekolah, kohesivitas kelompok, serta peran fasilitator dalam meningkatkan dinamika kelompok yang terapeutik perlu dievaluasi untuk meningkatkan efektivitas intervensi kelompok ini.