Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Islam dalam Budaya Jawa Perspektif Al-Qur’an Umar, Mohamad Toha
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 1 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.802 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v18i1.3473

Abstract

The purpose of this study is to unfold the relations between culture and Islam in the Qur’anic perspective. This paper examines the traditions that are absorbed into the aesthetic values of Islam, namely Sedekah Laut (sea offerings) and Wayang (shadow puppet). The data were collected through observations and library studies to find out the perspective of the Quran in viewing culture and tradition. The results of this study indicated that the Quran provides spaces for humans to constantly do ijtihad (seeking) that tradition and culture (‘urf) can be positioned as a source of Islamic law (fiqh). In the meantime, the rule of ushul fiqh for this case is “all cases are basically permitted until an argument comes to forbid them.” The results of this study showed that the Javanese traditions and culture, especially Sedekah Laut and Wayang, contained the values of Aqidah (faith), Muamalah (social values), and Akhlaqul Karimah (morals). In the Aqidah value, Wayang and Sedekah Laut are positioned as symbols of obedience and gratitude to Allah SWT. In the Muamalah value, tradition can evoke the strength of the community in various fields, for example, social and economy because both traditions, especially the sea offering are able to attract people. Meanwhile, the Akhlaqul Karimah value of the sea offering is that it represents the relationship between humans and nature, while the puppet is that it becomes disposition symbols aimed at Allah SWT. Tujuan penelitian ini untuk mengungkap hubungan antara budaya dan Islam dalam perspektif al-Qur’an. Tulisan ini mengkaji tradisi yang diserap ke dalam nilai estetika Islam, yakni sedekah laut dan wayang. Data dalam tulisan ini berdasarkan observasi dan data kepustakaan untuk mengetahui perspektif al-Qur’an dalam memandang budaya dan tradisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an memberikan ruang bagi manusia untuk senantiasa berijtihad bahwa tradisi dan budaya (’urf) dapat diposisikan sebagai sumber hukum (fiqh) Islam. Dalam pada itu, kaidah ushul fiqhnya adalah “pada mulanya semua perkara diperbolehkan, sebelum ada dalil yang mengharamkannya.” Hasil kajian ini menunjukkan bahwa dalam tradisi dan budaya (Jawa), khususnya wayang dan sedekah laut terdapat nilai aqidah, muamalah dan akhlaqul karimah. Dalam nilai aqidah, wayang dan sedekah laut diposisikan sebagai simbol ketaatan dan rasa syukur kepada Allah SWT. Dalam nilai muamalah, tradisi tersebut dapat membangkitkan kekuatan publik (kelompok) dalam berbagai bidang, misalnya sosial dan ekonomi karena kedua tradisi itu, khususnya sedekah laut mampu mengundang animo massa. Nilai akhlaqul karimah dalam sedekah laut merupakan representasi dari hubungan esoterik manusia dengan alam, sedangkan dalam wayang menjadi simbol perwatakan yang mengarah kepada Allah SWT.
MODERASI BERAGAMA DENGAN LITERASI SASTRA INDONESIA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN DI PURWOKERTO Suharto, Abdul Wachid Bambang; Umar, Mohamad Toha; Trianton, Teguh
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 11, No 1 (2024)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dialektika.v11i2.34793

Abstract

Tujuan penulisan ini untuk mengungkapkan praktik moderasi beragama melalui literasi sastra Indonesia oleh santri pondok pesntren di Purwokerto. Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren An-Najah, Kutasari-Purwokerto, (b) Pondok Pesantren Fatul Huda, Kauman Purwokerto, (c) Pondok Pesantren Darussalam, Dukuhwaluh Kembaran-Purwokerto, dan (d) Pondok Pesantren Al-Amien, Pabuwaran Purwokerto. Data dikumpulkan melalui observasi, studi dokumen, dan wawancara. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa praktik moderasi beragama melalui literasi sastra Indonesia oleh santri pondok pesantren di Pondok Pesantren An-Najah, Kutasari-Purwokerto,) Pondok Pesantren Fatul Huda, Kauman Purwokerto, Pondok Pesantren Darussalam, Dukuhwaluh Kembaran-Purwokerto, dan Pondok Pesantren Al-Amien, Pabuwaran Purwokertoberangkat dari pembacaan kitab yang dilaksanakan secara bandongan, selain sorogan. Sastra sangat penting untuk diajarkan di pesantren karena sastra sama halnya dengan tasawuf, mendekatkan hati manusia kepada Allah. Kemampuan bersastra dalam diri santri mampu melembutkan hati dan perilaku. Hati dan perilaku yang lembut itulah pangkal dari sikap keberagamaan yang moderat (tengah). Sikap moderat ini adalah sikapnya Nabi Muhammad Saw, karena beliau adalah sosok yang adil bagi kaumnya dan bagi orang lain. Karena pengetahuan agama dan sastra yang mendalam, santri memiliki kepekaan dan sikap egaliter yang kuat.
MODERASI BERAGAMA DENGAN LITERASI SASTRA INDONESIA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN DI PURWOKERTO Suharto, Abdul Wachid Bambang; Umar, Mohamad Toha; Trianton, Teguh
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 11 No. 1 (2024)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dialektika.v11i2.34793

Abstract

Tujuan penulisan ini untuk mengungkapkan praktik moderasi beragama melalui literasi sastra Indonesia oleh santri pondok pesntren di Purwokerto. Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren An-Najah, Kutasari-Purwokerto, (b) Pondok Pesantren Fatul Huda, Kauman Purwokerto, (c) Pondok Pesantren Darussalam, Dukuhwaluh Kembaran-Purwokerto, dan (d) Pondok Pesantren Al-Amien, Pabuwaran Purwokerto. Data dikumpulkan melalui observasi, studi dokumen, dan wawancara. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa praktik moderasi beragama melalui literasi sastra Indonesia oleh santri pondok pesantren di Pondok Pesantren An-Najah, Kutasari-Purwokerto,) Pondok Pesantren Fatul Huda, Kauman Purwokerto, Pondok Pesantren Darussalam, Dukuhwaluh Kembaran-Purwokerto, dan Pondok Pesantren Al-Amien, Pabuwaran Purwokertoberangkat dari pembacaan kitab yang dilaksanakan secara bandongan, selain sorogan. Sastra sangat penting untuk diajarkan di pesantren karena sastra sama halnya dengan tasawuf, mendekatkan hati manusia kepada Allah. Kemampuan bersastra dalam diri santri mampu melembutkan hati dan perilaku. Hati dan perilaku yang lembut itulah pangkal dari sikap keberagamaan yang moderat (tengah). Sikap moderat ini adalah sikapnya Nabi Muhammad Saw, karena beliau adalah sosok yang adil bagi kaumnya dan bagi orang lain. Karena pengetahuan agama dan sastra yang mendalam, santri memiliki kepekaan dan sikap egaliter yang kuat.
The Dilemma of Gender and Marital Validity in Khuntha Cases: A Comparative Legal Study of the Four Sunni Schools Harahap, Khoirul Amru; Harahap, Najhan Parluhutan; Umar, Mohamad Toha
Jurnal Syariah dan Hukum Komparatif Volume 4 Issue 2 (2025)
Publisher : Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24090/el-aqwal.v4i2.15026

Abstract

In Islamic jurisprudence, the validity of marriage is contingent upon clear gender classification, a condition that poses legal complexities in the case of khuntha (intersex individuals). Classical jurists recognized khuntha as a distinct legal category and developed nuanced rulings, particularly distinguishing between khuntha wādih and khuntha mushkil. However, advances in medical science and shifting socio-legal contexts necessitate a re-examination of these doctrines. This study adopts a doctrinal and comparative approach, analyzing the positions of the four Sunni schools—Hanafī, Mālikī, Shāfiʿī, and Hanbalī—on the permissibility of khuntha marriage. It engages classical legal texts, modern fatwas, and contemporary bioethical considerations to assess continuity and reform. The four schools unanimously prohibit marriage for khuntha mushkil without gender clarity, while permitting it for khuntha wādih upon identifiable signs. Divergences arise in their evidentiary standards and interpretive flexibility. Contemporary scholars increasingly advocate for the inclusion of medical criteria and expert consultation in gender determination. Islamic legal tradition provides a principled yet adaptable framework for addressing khuntha marriage. By integrating classical methodologies with contemporary scientific understanding, jurists can uphold Sharīʿah objectives while affirming the dignity and marital rights of intersex individuals. This reflects both fidelity to tradition and responsiveness to present realities.
Sertifikasi Tanah Wakaf: Program Pelibatan Masyarakat di Purwokerto Zain, Muhammad Fuad; Nada, Syifaun; Umar, Mohamad Toha; Zulhijayanto, Wahyu; Nazar, Raihan Khairi; Saifurrohman, Harun
Solidaritas: Jurnal Pengabdian Vol. 3 No. 2 (2023): Solidaritas: Jurnal Pengabdian
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24090/sjp.v3i2.5227

Abstract

Program pengabdian kepada masyarakat (PkM) tentang sertifikasi wakaf di MWC NU Purwokerto Barat merupakan kolaborasi pengabdian dosen UIN Saizu Purwokerto dengan mitra MWC NU Purwokerto Barat dengan tujuan sosialisasi dan publikasi hasil sertifikasi wakaf bagi masyarakat Nahdliyyin di Purwokerto Barat. Jumlah penduduk Purwokerto Barat sebanyak 55535 jiwa, Muslim 53119 (95,65%), Kristen 1234 (2,22%), Katolik 1099 (1,98%), Hindu 16 (0,03%), Budha 56 (0,10%), Konghucu 9 (0,02%), dan Kepercayaan 2 (0,00%). Dari segi kuantitas mayoritas masyarakat Purwokerto beragama Islam dengan afiliasi organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama. Kegiatan pengabdian dengan model FGD dengan menghadirkan pengurus MWC NU, Nadhir NU dan Petugas KUA Purwokerto Barat yang diadakan di Gedung MWC NU Purwokerto Barat. Beberapa narasumber menyampaikan bahwa pendataan sertifikasi wakaf di bawah NU harus segera ditindaklanjuti dengan serius, sehingga masjid, mushola, madrasah di bawah NU dapat terdokumentasikan. Saat ini data sertifikasi wakaf di Kecamatan Purwokerto Barat sebanyak 179 tanah wakaf seluas 4.467,10 Meter2, dengan 97 telah bersertifikat dan 82 belum bersertifikat. Dari data tersebut baru 8 sertifikasi wakaf yang diserahkan ke Nadhir di bawah MWC NU Purwokerto Barat, dan saat ini ada 7 sertifikasi wakaf yang masih proses sertifikasi.