Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Rumah Sakit Artha Bunda Kabupaten Lampung Tengah Ningtyas, Dewica Tiara; Budiarta, I Nengah; Hatta, Muhammad; Shariff, Fonda Octarianingsih
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 10 (2024): Volume 11 Nomor 10
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i10.15625

Abstract

Ketuban pecah dini merupakan salah satu risiko yang dapat membahayakan ibu dan janin. Sampai saat ini kejadian ketuban pecah dini belum diketahui penyebab pastinya, tetapi ketuban pecah dini dapat terjadi pada kelompok tertentu yaitu ibu yang mempunyai predisposisi umur, paritas, anemia, infeksi, Riwayat KPD, dsb. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor -faktor yang mempengaruhi kejadian ketuban pecah dini (KPD) di Rumah Sakit Artha Bunda Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2022-2023. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan desain simple random sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di rumah sakit artha bunda dengan ketentuan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 105 orang. Analisa data menggunakan Uji Chi-Square. Ada hubungan yang signifikan antara usia (p-value = 0.001), paritas (p-value = 0.027), anemia (p-value = 0.022), infeksi (p-value = 0.024), kelainan letak janin (p-value = 0.006), riwayat KPD sebelumnya (p-value = 0.018) dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD). Berdasarkan analisa dan pembahasan diatas, ada hubungan yang signifikan antara usia, paritas, anemia, infeksi, kelainan letak janin, dan riwayat KPD sebelumnya dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD) di Rumah Sakit Artha Bunda Kabupaten Lampung Tengah.
Hubungan Antara Usia Ibu Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Artha Bunda Kabupaten Lampung Tengah Arum, Arum; Budiarta, I Nengah; Shariff, Fonda Octarianingsih; Jhonet, Aswan
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 9 (2024): Volume 11 Nomor 9
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i9.15596

Abstract

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah selaput korioamnion mengalami pecah sebelum terjadinya persalinan. Biasanya, selaput ketuban pecah selama persalinan. Salah satu faktor risiko yang terkait dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) yaitu faktor usia. Usia sangat mempengaruhi perkembangan reproduksi pada wanita. Di Indonesia, sesuai dengan anjuran dari kementerian kesehatan untuk hamil di usia 20-35 tahun. Studi ini bertujuan untuk menentukan apakah ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di Rumah Sakit Artha Bunda kabupaten Lampung Tengah tahun 2023. Metode analitik deskriptif secara retrospektif dengan pendekatan cross-sectional digunakan dalam penelitiaan ini. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Populasinya seluruh ibu bersalin sebanyak 143 orang dan jumlah sampel sebanyak 105 orang. Analisa menggunakan uji chi-square. Hasil menunjukkan adanya korelasi antara usia pada ibu dengan KPD didapatkan p-value=0,001 (p<0,05) dan odds ratio (OR) sebesar 6.205.
Hubungan Antara Anemia Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Artha Bunda Kabupaten Lampung Tengah Salim, Carissa Najma; Budiarta, I Nengah; Shariff, Fonda Octarianingsih; Fitriani, Dita
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 10 (2024): Volume 11 Nomor 10
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i10.15595

Abstract

Ketuban pecah dini (KPD) terjadi ketika selaput amniokorionik pecah secara spontan sebelum persalinan dimulai pada kehamilan yang cukup bulan. KPD dapat mempengaruhi ibu dan anak. KPD dapat meningkatkan risiko infeksi intrauterin saat melahirkan, hipoksia akibat kompresi tali pusat. Anemia selama kehamilan dapat menyebabkan KPD. Risiko kelahiran prematur, gangguan pertumbuhan, KPD, dan dapat mengganggu angiogenesis selama kehamilan yang berdampak pada vaskularisasi plasenta juga dapat terjadi sebagai akibat dari anemia selama kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara anemia dengan ketuban pecah dini yang terjadi di RS Artha Bunda (RSAB) Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2023. Pada penelitian ini menggunakan deskriptif analitik secara retrospektif melalui pendekatan cross-sectional dan metode pengambilan sampel purposive sampling dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien. Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh ibu bersalin di RSAB Kabupaten Lampung Tengah yang berjumlah 143, dengan 105 sampel diambil untuk analisis. Uji Chi-Square digunakan untuk analisis bivariat memperoleh p-value sebesar 0,022 (p <0,05) dan odds rasio (OR) CI 95% sebesar 2,826 yang menyatakan terdapat hubungan antara anemia dengan kejadian ketuban pecah dini di RSAB Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2023.
Hubungan Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Artha Bunda Kabupaten Lampung Tengah Amizora, Dayu; Budiarta, I Nengah; Shariff, Fonda Octarianingsih; Rimawati, Veronica Ela
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 11 (2024): Volume 11 Nomor 11
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i11.16106

Abstract

Pecahnya membran ketuban sebelum persalinan merupakan pengertian dari Ketuban Pecah Dini (KPD). KPD dibagi PROM dan PPROM. PROM merupakan pecahnya selaput ketuban pada usia 37 minggu atau lebih kehamilan, sedangkan PPROM pecahnya selaput ketuban sebelum minggu ke 37 pada kehamilan. KPD menyumbang mortalitas dan morbiditas yang signifikan secara global. Faktor risiko KPD meliputi, riwayat KPD, leher rahim pendek, pendarahan pervaginam trismester dua atau tiga, pembesaran rahim berlebih, kurangnya asupan nutrisi seperti asam askorbat dan juga tembaga, terganggunya jaringan ikat, body mass index (BMI) yang rendah, sosial dan ekonomi yang rendah, perokok, dan mengkonsumsi obat yang menyebabkan komplikasi kehamilan. Studi ini bertujuan menentukan apakah terdapat hubungan paritas  dengan kejadian KPD di Rumah Sakit Artha Bunda kabupaten Lampung Tengah tahun 2023. Metode yang digunakan yaitu analitik deskriptif secara retrospektif dengan cross-sectional. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Dengan populasi penelitian seluruh ibu bersalin sebanyak 143 orang dan jumlah sampel yang didapat sebanyak 105 orang. Analisa dengan uji chi-square. Hasilnya memberikan gambaran bahwa terdapat korelasi antara paritas dengan KPD, dengan didapatkan p-value=0,027 (p<0,05) dan dengan  odds ratio (OR) sebesar 2,933.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Baby Blues Syndrome Pada Primipara Sabila, Wanda Febi; Rafie, Rakhmi; Triswanti, Nia; Budiarta, I Nengah
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 11 (2024): Volume 11 Nomor 11
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i11.15146

Abstract

Baby Blues Syndrome merupakan suatu gangguan psikologis yang dialami ibu pada masa postpartum yang ditandai beberapa gejala seperti perubahan mood, merasa terlalu emosional, mudah menangis, letih, serta bingung dan pikiran kacau. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya Baby Blues Syndrome antara lain faktor usia, status kehamilan, pekerjaan dan dukungan suami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Baby Blues Syndrome pada Primipara di RSUD.DR.H. Bob Bazar, SKM. Penelitian ini menggunakan metode Crossectional. Subjek penelitian terdiri dari 38 responden dengan menggunakan kuisioner dan wawancara dengan responden. Hasil penelitian ini diperoleh variabel yang terdapat hubungan signifikan adalah variabel usia dengan p-value = 0,000, pekerjaan p-value = 0,000, dan dukungan suami p-value = 0,043, sedangkan variabel status kehamilan tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan p-value 0,078 terhadap kejadian Baby Blues Syndrome. Usia <20 tahun & >35 tahun, pekerjaan wanita karir dan dukungan suami secara emosional, pisikis dan finansial merupakan variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian Baby Blues Syndrome.
No significant association between term premature rupture of membranes and neonatal APGAR score: A cross-sectional study Chintia, Shelvy Era; Henidekasari, Henidekasari; Rimawati, Veronica Ela; Budiarta, I Nengah
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol 14 No 2 (2025): Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Keperawatan Sandi Karsa (Merger) Politeknik Sandi Karsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35816/jiskh.v14i2.1293

Abstract

Introduction: Premature rupture of membranes (PROM) is defined as the rupture of the amniotic sac before the onset of labor, potentially increasing the risk of infection, hypoxia, and a low APGAR score in newborns. The APGAR score assesses neonatal health immediately after birth and can be influenced by maternal and delivery factors, including PROM duration. Methods: This analytical observational study used a cross-sectional design involving 119 term pregnant women with PROM, selected through purposive sampling from medical records at Dr. H. Abdul Moeloek Regional General Hospital, Lampung Province, in 2024. The independent variable was PROM duration (<12 hours or >12 hours), and the dependent variable was the neonatal APGAR score (>7 or <7). Data analysis employed the Chi-square test with a 95% confidence level. Results: Most respondents (83.2%) experienced PROM lasting <12 hours, and 79% of newborns had APGAR scores >7. Chi-square analysis revealed no statistically significant association between PROM duration and APGAR score (p = 0.092; OR = 0.93). Although a higher proportion of low APGAR scores occurred in the >12-hour PROM group, the relationship was insignificant. Conclusion: The study indicates no significant correlation between PROM duration in term pregnancies and neonatal APGAR scores. Prompt medical interventions may mitigate potential risks, reducing the impact of PROM duration on immediate neonatal outcomes. These findings highlight the importance of timely obstetric management and suggest further research with larger sample sizes to explore other contributing factors.