Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Hubungan Antara Imunisasi BCG Dan Kejadian Tuberkulosis Anak 0-60 Bulan Dengan Stunting Pada Balita Di Bandar Lampung Septian, Gilang; Sjahriani, Tessa; Rimawati, Veronica Ela; Hermawan, Dessy
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 7 (2024): Volume 11 Nomor 7
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i7.16146

Abstract

Stunting adalah kondisi gizi kronis akibat asupan nutrisi yang tidak mencukupi dalam jangka panjang dan dapat diperburuk oleh infeksi tuberkulosis (TB) pada anak-anak. Kekurangan vaksinasi Bacillus Calmette-Guérin (BCG) dapat meningkatkan risiko TB dan berkontribusi terhadap kejadian stunting pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara vaksinasi BCG dan kejadian TB dengan stunting pada anak usia 0-60 bulan di Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional analitik dengan 107 sampel anak yang dipilih melalui purposive sampling di Puskesmas Bandar Lampung. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Dari total sampel, 93,46% anak telah menerima vaksinasi BCG, sedangkan 6,54% tidak. Di antara anak-anak yang divaksinasi, 95,18% tidak mengalami stunting, sementara 87,50% mengalami stunting. Di antara anak-anak yang tidak divaksinasi, 4,82% tidak mengalami stunting, sedangkan 12,50% mengalami stunting. Di antara anak-anak yang positif TB, 90,36% tidak mengalami stunting, sementara 95,83% mengalami stunting. Di antara anak-anak yang negatif TB, 9,64% tidak mengalami stunting, sementara 4,17% mengalami stunting. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara vaksinasi BCG dan stunting (p = 0,180), serta antara kejadian TB dan stunting (p = 0,395). Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara vaksinasi BCG dan kejadian TB dengan stunting pada anak usia 0-60 bulan di Bandar Lampung.
Gambaran TB Anak 0-5 Tahun Di Bandar Lampung Tahun 2022 Fachrudin, Achmad Gifari; Rimawati, Veronica Ela; Sjahriani, Tessa; Sinaga, Fransisca Tarida Yuniar
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 11 (2024): Volume 11 Nomor 11
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i11.17302

Abstract

Penyakit Tuberkulosis pada anak, dikenal juga sebagai TB anak, merupakan jenis penyakit infeksi yang berdampak besar terhadap kesehatan anak di seluruh dunia dan menjadi penyebab kematian utama pada kelompok anak-anak. Bayi dan anak-anak yang berusia di bawah dua tahun menunjukkan risiko morbiditas dan mortalitas yang paling tinggi, terutama karena mereka sangat rentan terhadap bentuk TB yang menyebar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai Tuberkulosis pada anak di kota Bandar Lampung pada tahun 2022. Penelitian ini dijalankan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dan desain penelitian potong lintang. Kegiatan penelitian ini diadakan di beberapa Puskesmas di Kota Bandar Lampung, meliputi Puskesmas Kedaton, Kemiling, Way Kandis, Kebon Jahe, dan Rajabasa Indah pada bulan Juli tahun 2024. Sampel penelitian ini adalah tuberkulosis anak di Bandar Lampung tahun 2022 sejumlah 106 responden. Hasil penelitian ini didapatkan 106 responden terdistribusi paling banyak pada Memiliki riwayat kontak TB sejumlah 61 responden (57,5%), status kepatuhan pengobatan tuberkulosis yang tidak patuh sejumlah 98 responden (92,5%), status imunisasi BCG yang sudah diimunisasi sejumlah 97 responden (91,5), akses pelayanan fasilitias Kesehatan yang dekat sejumlah 91 responden (85,8%) dan status stunting (+) sejumlah 19 responden (17,9%). Gambaran TB anak di bandar lampung tahun 2022 meliputi Riwayat kontak TB yang memiliki Riwayat kontak, Riwayat kepatuhan pengobatan TB yang patuh dalam pengobatan, Riwayat imunisasi BCG yang sudah diimunisasi, akses pelayanan fasilitas Kesehatan yang dekat dan status dengan stunting (+).
Hubungan Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Artha Bunda Kabupaten Lampung Tengah Amizora, Dayu; Budiarta, I Nengah; Shariff, Fonda Octarianingsih; Rimawati, Veronica Ela
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 11 (2024): Volume 11 Nomor 11
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i11.16106

Abstract

Pecahnya membran ketuban sebelum persalinan merupakan pengertian dari Ketuban Pecah Dini (KPD). KPD dibagi PROM dan PPROM. PROM merupakan pecahnya selaput ketuban pada usia 37 minggu atau lebih kehamilan, sedangkan PPROM pecahnya selaput ketuban sebelum minggu ke 37 pada kehamilan. KPD menyumbang mortalitas dan morbiditas yang signifikan secara global. Faktor risiko KPD meliputi, riwayat KPD, leher rahim pendek, pendarahan pervaginam trismester dua atau tiga, pembesaran rahim berlebih, kurangnya asupan nutrisi seperti asam askorbat dan juga tembaga, terganggunya jaringan ikat, body mass index (BMI) yang rendah, sosial dan ekonomi yang rendah, perokok, dan mengkonsumsi obat yang menyebabkan komplikasi kehamilan. Studi ini bertujuan menentukan apakah terdapat hubungan paritas  dengan kejadian KPD di Rumah Sakit Artha Bunda kabupaten Lampung Tengah tahun 2023. Metode yang digunakan yaitu analitik deskriptif secara retrospektif dengan cross-sectional. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Dengan populasi penelitian seluruh ibu bersalin sebanyak 143 orang dan jumlah sampel yang didapat sebanyak 105 orang. Analisa dengan uji chi-square. Hasilnya memberikan gambaran bahwa terdapat korelasi antara paritas dengan KPD, dengan didapatkan p-value=0,027 (p<0,05) dan dengan  odds ratio (OR) sebesar 2,933.
Hubungan Usia, Jenis Kelamin Dan Efikasi Diri Terhadap Kesiapan Belajar Mandiri Pada Mahasiswa Angkatan 2023 Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Kholis, Muhammad Rafiq; Anggraini, Marissa; Rimawati, Veronica Ela; Farich, Achmad
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 10 (2024): Volume 11 Nomor 10
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i10.15074

Abstract

Seiring meningkatnya suatu jenjang pendidikan pelajar maka cara belajar dan proses pembelajarannya harus menyesuaikan diri atas hal tersebut. Belajar mandiri, juga dikenal sebagai Self-Directed Learning (SDL), adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk belajar sendiri. Ini mencakup aspek sikap yang mengambil inisiatif untuk belajar sendiri, maupun tanpa bantuan orang lain. Pengambilan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan uji statistic menggunakan uji Chi-square. Hasil uji statistik menunjukan tidak terdapat hubungan antara usia terhadap kesiapan belajar mandiri mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Angkatan 2023 dengan nilai p = 0.928 atau > 0.05. Hasil uji statistik menunjukan terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap kesiapan belajar mandiri mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Angkatan 2023 yang mendapatkan nilai p = 0.025 atau < 0.05. Hasil uji statistik menunjukan terdapat hubungan antara efikasi diri terhadap kesiapan belajar mandiri mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Angkatan 2023 yang mendapatkan nilai p = 0.003 atau < 0.05.
IDENTIFIKASI MULTI DRUG RESISTANT ORGANISMs (MDROs ) DAN POLA SENSITIVITAS ANTIBIOTIK DI RUANGAN INTENSIVE CARE RSUD DR.H ABDUL MOELOEK PERIODE JANUARI SAMPAI MARET TAHUN 2023 Kurniawan, Azzahra Reziani; Hidayat, Hidayat; Rimawati, Veronica Ela; Putri, Devita Febriani
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 5 (2024): Volume 11 Nomor 5
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i5.15092

Abstract

Multidrug-resistant organisms(MDROs) adalah mikroorganisme terutama bakteri yang mengalami resistensi terhadap beberapa antibiotik sekaligus. MDROs ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penggunaan antibiotik dengan dosis yang tidak tepat, diagnosis yang kurang akurat, dan juga ketidak cocokan terhadap jenis bakteri yang menyebabkan infeksi. Unit Perawatan Intensif adalah ruangan di rumah sakit yang dirancang  dan dilengkapi secara khusus untuk perawatan dan  pemantauan pasien dengan penyakit yang mengancam jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui MDROs dan pola sensitivitas terhadap antibiotik di ruangan Intensive care RSUD DR.H Abdul Moeloek periode Januari-Maret 2023. Penelitian ini merupakan penelitian deskritif. Sampel  penelitian di ambil dari hasil pemeriksaan kultur bakteri berbagai spesimen dan uji resistensi terhadap antibiotik dalam bentuk rekam medis periode januari-maret tahun 2023 di  ruangan intensive care RSUD DR.H Abdul Moeloek. Hasil penelitian dari 122 sampel MDROs tertinggi di ruangan Intensive care yaitu di ruangan ICU. Jenis bakteri tertinggi yaitu Acinetobacter baumanii (23,4%), sedangkan di ruangann NICU di temukan bakteri tertinggi yaitu Burkholderia cepacia (22%), dan di ruangan PICU didapatkan bakteri tertinggi yaitu Enterobacter sp (40%). Pola sensitivitas tertinggi didapatkan di ruangan ICU yaitu Tigecyclin (67,6%). Ruangan NICU terhadap Ciproploxacin (69,2%), dan ruangan PICU terhadap Meropenem (70%).
No significant association between term premature rupture of membranes and neonatal APGAR score: A cross-sectional study Chintia, Shelvy Era; Henidekasari, Henidekasari; Rimawati, Veronica Ela; Budiarta, I Nengah
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol 14 No 2 (2025): Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Keperawatan Sandi Karsa (Merger) Politeknik Sandi Karsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35816/jiskh.v14i2.1293

Abstract

Introduction: Premature rupture of membranes (PROM) is defined as the rupture of the amniotic sac before the onset of labor, potentially increasing the risk of infection, hypoxia, and a low APGAR score in newborns. The APGAR score assesses neonatal health immediately after birth and can be influenced by maternal and delivery factors, including PROM duration. Methods: This analytical observational study used a cross-sectional design involving 119 term pregnant women with PROM, selected through purposive sampling from medical records at Dr. H. Abdul Moeloek Regional General Hospital, Lampung Province, in 2024. The independent variable was PROM duration (<12 hours or >12 hours), and the dependent variable was the neonatal APGAR score (>7 or <7). Data analysis employed the Chi-square test with a 95% confidence level. Results: Most respondents (83.2%) experienced PROM lasting <12 hours, and 79% of newborns had APGAR scores >7. Chi-square analysis revealed no statistically significant association between PROM duration and APGAR score (p = 0.092; OR = 0.93). Although a higher proportion of low APGAR scores occurred in the >12-hour PROM group, the relationship was insignificant. Conclusion: The study indicates no significant correlation between PROM duration in term pregnancies and neonatal APGAR scores. Prompt medical interventions may mitigate potential risks, reducing the impact of PROM duration on immediate neonatal outcomes. These findings highlight the importance of timely obstetric management and suggest further research with larger sample sizes to explore other contributing factors.