Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

G5P4A0 HAMIL 28 MINGGU DENGAN PARTUS PREMATURUS IMMINENS (PPI) Shariff, Fonda Octarianingsih; Irhamna, Teguh
Medula Vol 14 No 4 (2024): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v14i4.1020

Abstract

Prematurity Iminens is a threat to pregnancy where signs of labor appear at preterm gestational age (20 weeks – 37 weeks) and the baby's birth weight is less than 2500 grams. In a patient with G5P4A0 28 weeks pregnant with complaints of lower abdominal pain and cramps. Complaints accompanied by blood coming out of the birth canal at 14.00 WIB, BAK and defecation felt painful. Imminent premature parturition is a threat to pregnancy where signs of labor appear at preterm gestational age (20 weeks – 37 weeks) and the baby's birth weight is less than 2500 grams. Imminens premature labor is diagnosed with contractions that repeat at least once every 7-8 minutes, or 2-3 times within 10 minutes, pain in the lower back, spotting bleeding, feeling of pressure on the cervix. Pregnant women who are at risk of preterm labor and/or showing signs of preterm labor need intervention to improve neonatal outcomes. The conclusion has been established through a working diagnosis of G5P4A0 28 weeks pregnant with Partus Prematurus Imminens (PPI) based on clinical considerations, physical examination findings, and supporting examinations. Several types of drugs that can be given as tocolysis are calcium antagonists, for example Nifedipine 10 mg/oral repeated 2-3 times/hour, continued every 8 hours until contractions disappear and can be given again if contractions recur and the maintenance dose is 3 x 10 mg. Other alternative medications are other types of β-mimetics such as salbutamol, terbutaline, rithrodine and soxuprin or magnesic sulfate (MgSO4) and antiprostaglandins (indomethacin), but these are rarely used because of side effects on the mother or fetus. The aim of providing corticosteroid therapy is to mature fetal lung surfactant, reduce the incidence of RDS, prevent intraventricular bleeding, which ultimately can reduce the risk of neonatal death. Corticosteroids need to be given if the gestational age is <35 weeks. The drugs that can be given are dexamethasone (at a dose of 4 x 6 mg i.m with a 12 hour interval) or bexamethasone (at a dose of 2 x 12 mg i.m with a 24 hour administration interval).
Amenore Sekunder Shariff, Fonda Octarianingsih; Rizdanti, Fezagustia
Medula Vol 14 No 5 (2024): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v14i5.1022

Abstract

Primary amenorrhea is a condition where menstruation does not occur in women aged 16 years. This situation occurs in women of reproductive age 0.1-2.5%. Meanwhile, secondary amenorrhea is the absence of menstruation for three cycles or 6 cycles after previously having a normal menstrual cycle. The incidence rate is around 1 to 5% in women of reproductive age. Treatment or management of amenorrhea depends on the cause. If the cause is drastic weight loss or obesity, sufferers are advised to follow an appropriate diet. If the cause is excessive exercise, sufferers are advised to reduce it. If the cause is a tumor, then surgery is performed to remove the tumor. So basically treating amenorrhoea always requires the help of a doctor to help diagnose or find the cause. The patient came to the Pertamina Bintang Amin Husada Hospital polyclinic on February 6 2024 with complaints of no menstruation since 4 months accompanied by lower abdominal and back pain. The treatment obtained by the patient was observation of bleeding, checking vital signs regularly, norelut tab twice a day, 2 tablets for 5 days, the patient was advised to diet. The prognosis for this patient is dubia ad bonam. The working diagnosis in this case is secondary amenorrhea based on clinical considerations, physical examination findings, and supporting examinations.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Rumah Sakit Artha Bunda Kabupaten Lampung Tengah Ningtyas, Dewica Tiara; Budiarta, I Nengah; Hatta, Muhammad; Shariff, Fonda Octarianingsih
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 10 (2024): Volume 11 Nomor 10
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i10.15625

Abstract

Ketuban pecah dini merupakan salah satu risiko yang dapat membahayakan ibu dan janin. Sampai saat ini kejadian ketuban pecah dini belum diketahui penyebab pastinya, tetapi ketuban pecah dini dapat terjadi pada kelompok tertentu yaitu ibu yang mempunyai predisposisi umur, paritas, anemia, infeksi, Riwayat KPD, dsb. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor -faktor yang mempengaruhi kejadian ketuban pecah dini (KPD) di Rumah Sakit Artha Bunda Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2022-2023. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan desain simple random sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di rumah sakit artha bunda dengan ketentuan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 105 orang. Analisa data menggunakan Uji Chi-Square. Ada hubungan yang signifikan antara usia (p-value = 0.001), paritas (p-value = 0.027), anemia (p-value = 0.022), infeksi (p-value = 0.024), kelainan letak janin (p-value = 0.006), riwayat KPD sebelumnya (p-value = 0.018) dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD). Berdasarkan analisa dan pembahasan diatas, ada hubungan yang signifikan antara usia, paritas, anemia, infeksi, kelainan letak janin, dan riwayat KPD sebelumnya dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD) di Rumah Sakit Artha Bunda Kabupaten Lampung Tengah.
Hubungan Antara Usia Ibu Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Artha Bunda Kabupaten Lampung Tengah Arum, Arum; Budiarta, I Nengah; Shariff, Fonda Octarianingsih; Jhonet, Aswan
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 9 (2024): Volume 11 Nomor 9
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i9.15596

Abstract

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah selaput korioamnion mengalami pecah sebelum terjadinya persalinan. Biasanya, selaput ketuban pecah selama persalinan. Salah satu faktor risiko yang terkait dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) yaitu faktor usia. Usia sangat mempengaruhi perkembangan reproduksi pada wanita. Di Indonesia, sesuai dengan anjuran dari kementerian kesehatan untuk hamil di usia 20-35 tahun. Studi ini bertujuan untuk menentukan apakah ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di Rumah Sakit Artha Bunda kabupaten Lampung Tengah tahun 2023. Metode analitik deskriptif secara retrospektif dengan pendekatan cross-sectional digunakan dalam penelitiaan ini. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Populasinya seluruh ibu bersalin sebanyak 143 orang dan jumlah sampel sebanyak 105 orang. Analisa menggunakan uji chi-square. Hasil menunjukkan adanya korelasi antara usia pada ibu dengan KPD didapatkan p-value=0,001 (p<0,05) dan odds ratio (OR) sebesar 6.205.
Hubungan Antara Anemia Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Artha Bunda Kabupaten Lampung Tengah Salim, Carissa Najma; Budiarta, I Nengah; Shariff, Fonda Octarianingsih; Fitriani, Dita
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 10 (2024): Volume 11 Nomor 10
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i10.15595

Abstract

Ketuban pecah dini (KPD) terjadi ketika selaput amniokorionik pecah secara spontan sebelum persalinan dimulai pada kehamilan yang cukup bulan. KPD dapat mempengaruhi ibu dan anak. KPD dapat meningkatkan risiko infeksi intrauterin saat melahirkan, hipoksia akibat kompresi tali pusat. Anemia selama kehamilan dapat menyebabkan KPD. Risiko kelahiran prematur, gangguan pertumbuhan, KPD, dan dapat mengganggu angiogenesis selama kehamilan yang berdampak pada vaskularisasi plasenta juga dapat terjadi sebagai akibat dari anemia selama kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara anemia dengan ketuban pecah dini yang terjadi di RS Artha Bunda (RSAB) Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2023. Pada penelitian ini menggunakan deskriptif analitik secara retrospektif melalui pendekatan cross-sectional dan metode pengambilan sampel purposive sampling dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien. Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh ibu bersalin di RSAB Kabupaten Lampung Tengah yang berjumlah 143, dengan 105 sampel diambil untuk analisis. Uji Chi-Square digunakan untuk analisis bivariat memperoleh p-value sebesar 0,022 (p <0,05) dan odds rasio (OR) CI 95% sebesar 2,826 yang menyatakan terdapat hubungan antara anemia dengan kejadian ketuban pecah dini di RSAB Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2023.
Hubungan Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Artha Bunda Kabupaten Lampung Tengah Amizora, Dayu; Budiarta, I Nengah; Shariff, Fonda Octarianingsih; Rimawati, Veronica Ela
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 11 (2024): Volume 11 Nomor 11
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i11.16106

Abstract

Pecahnya membran ketuban sebelum persalinan merupakan pengertian dari Ketuban Pecah Dini (KPD). KPD dibagi PROM dan PPROM. PROM merupakan pecahnya selaput ketuban pada usia 37 minggu atau lebih kehamilan, sedangkan PPROM pecahnya selaput ketuban sebelum minggu ke 37 pada kehamilan. KPD menyumbang mortalitas dan morbiditas yang signifikan secara global. Faktor risiko KPD meliputi, riwayat KPD, leher rahim pendek, pendarahan pervaginam trismester dua atau tiga, pembesaran rahim berlebih, kurangnya asupan nutrisi seperti asam askorbat dan juga tembaga, terganggunya jaringan ikat, body mass index (BMI) yang rendah, sosial dan ekonomi yang rendah, perokok, dan mengkonsumsi obat yang menyebabkan komplikasi kehamilan. Studi ini bertujuan menentukan apakah terdapat hubungan paritas  dengan kejadian KPD di Rumah Sakit Artha Bunda kabupaten Lampung Tengah tahun 2023. Metode yang digunakan yaitu analitik deskriptif secara retrospektif dengan cross-sectional. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Dengan populasi penelitian seluruh ibu bersalin sebanyak 143 orang dan jumlah sampel yang didapat sebanyak 105 orang. Analisa dengan uji chi-square. Hasilnya memberikan gambaran bahwa terdapat korelasi antara paritas dengan KPD, dengan didapatkan p-value=0,027 (p<0,05) dan dengan  odds ratio (OR) sebesar 2,933.
Multigravida hamil 35 minggu dengan partus prematurus imminens janin tunggal hidup letak lintang Shariff, Fonda Octarianingsih; Murtado, Ahmad
THE JOURNAL OF Mother and Child Health  Concerns Vol. 4 No. 1 (2024): June Edition 2024
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/mchc.v4i1.568

Abstract

Abstract A 35-year-old multigravida patient, 35 weeks pregnant, presented to the Emergency Room of RSBAH Bandar Lampung with complaints of leaking amniotic fluid and bloody mucus from the birth canal since 14:00 WIB. The complaints were accompanied by cramps (+). Blood pressure was 120/80 mmHg, pulse 82 beats per minute, respiratory rate 22 breaths per minute, temperature 36.7°C, and oxygen saturation 99%. Hematology findings revealed a decrease in rod leukocytes (1%), an increase in segmented leukocytes (73%), and a decrease in platelets (122.000/μL). Ultrasonography (USG) findings showed a single fetus with a gestational age of 35 weeks and 5 days. The estimated delivery date is November 26, 2024, with an abdominal circumference (AC) of 30.7 cm. The diagnosis in this case is a 35-week pregnant multigravida with imminent premature labor and a single live fetus in transverse lie. The management for this patient includes observation of the general condition, regular TTV checks, and hospitalization with the following treatments: observation of TTV and GCS, advising the mother to rest, IVFD RL + 1-amp Proterin xx tpm, Inj. Dexamethasone 2×2 amps, and Inj. Cefazolin 2×1 g IV. The prognosis in this patient is Dubia ad bonam Keywords: Imminent Preterm Labor; Living Fetus in Lie; Pregnancy. Pasien usia 35 tahun Multigravida hamil 35 minggu datang ke IGD RSBAH Bandar Lampung dengan keluhan keluar air ketuban dan lendir darah dari jalan lahir sejak 14.00 wib. Keluhan disertai mulas (+). Tekanan Darah 120/80 mmHg, Denyut Nadi 82 x/menit, Laju Pernapasan 22 x/menit, Suhu 36,7°C, Saturasi Oksigen 99%. Pada pemeriksaan penunjang hematologi didapatkan Penurunan jenis leukosit batang (1%), peningkatan jenis leukosit segmen (73%), penurunan trombosit (122.000 ul). Pada pemeriksaan penunjang Ultrasonografi (USG) didapatkan kesan Tampak janin tunggal dengan usia kehamilan 35 minggu 5 hari. Perkiraan persalinan pada tanggal 26 November 2024. Abdominal Circumferential (AC) 30,7 cm. Diagnosis pada kasus ini yaitu multigravida hamil 35 minggu dengan Partus Prematurus Imminens Janin Tunggal Hidup Letak Lintang. Tatalaksana yang didapat oleh pasien yaitu observasi keadaan umum, cek TTV secara berkala, indikasi rawat inap dengan pengobatan: Observasi TTV dan GCS, anjurkan ibu untuk bedrest, IVFD RL + 1-amp Proterin xx tpm, Inj. Dexamethasone 2x2 amp, Inj. Cefazoline 2x1 gr/iv. Prognosis pada pasien ini yaitu dubia ad bonam. Kata Kunci: Hamil; Letak Lintang; Partus Prematurus Imminens.
G4P3A0 Hamil 37 Minggu Dengan Preeklamsia Berat Egiestine, Dea Putri; Shariff, Fonda Octarianingsih
THE JOURNAL OF Mother and Child Health  Concerns Vol. 4 No. 1 (2024): June Edition 2024
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/mchc.v4i1.569

Abstract

Abstract  A 30-year-old patient G4P3AO, 37 weeks pregnant, came to the Emergency Room of RSBAH ​​Bandar Lampung with complaints of shortness of breath since 02.00 WIB, complaints accompanied by dizziness, nausea, blurred vision and swelling in the legs since 1 month ago. The patient said she had only been diagnosed with hypertension since the current pregnancy. In the patient's family there is a history of hypertension in the father and a history of diabetes mellitus in the patient's mother. Blood Pressure 190/100 mmHg, Pulse Rate 81x/minute, Respiratory Rate 22x/minute, Temperature 36.6°C, Oxygen Saturation 97%. In the hematology supporting examination, a decrease in Hemoglobin (11.8 g/dl), an increase in Leukocytes (18,200 ul), a decrease in Hematocrit (32%) was found. In the USG supporting examination on 10-28-2024, a single fetus was seen with a gestational age of 36 weeks 5 days, Estimated Fetal Weight 1976 grams, in Abdominal Circumferential (AC) / estimated abdominal circumference size in the fetus 28.36 cm, in Femur Length (FL) / estimated length of the fetal thigh bone 5.96 cm and estimated delivery on December 2, 2024. The management received by the patient is observation of general condition, regular TTV checks, indications for cesarean section surgery are given IVFD RL xx tpm therapy, Nifedipine 2x1 tab, Inbion 2x1 tab, Cefadroxil 2x1. The prognosis in this patient is dubia ad bonam. Keywords: High Blood Pressure; Pregnancy; Severe Preeclamsia.   Pasien usia 30 tahun G4P3AO hamil 37 minggu datang ke IGD RSBAH Bandar Lampung dengan keluhan sesak napas sejak pukul 02.00 WIB keluhan di sertai pusing,mual,pandangan berkunang kunang dan bengkak pada tungkai sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengatakan baru terkena penyakit hipertensi semenjak kehamilan sekarang.Pada keluarga pasien terdapat riwayat penyakit hipertensi pada ayah dan riwayat diabetes melitus pada ibu pasien. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah 190/100 mmHg, denyut nadi 81x/menit, laju pernapasan 22x/menit, suhu 36,6°C, saturasi oksigen 97%. Pada pemeriksaan penunjang hematologi didapatkan penurunan hemoglobin (11,8 g/dl), peningkatan leukosit (18.200 ul), penurunan hematokrit (32%).Pada pemeriksaan penunjang USG pada tanggal 28-10-2024 didapatkan tampak janin tunggal dengan usia kehamilan 36 minggu 5 hari , perkiraan berat janin 1976 gram, pada Abdominal Circumferential (AC)/ perkiraan ukuran lingkar perut pada janin 28,36 cm, pada Femur Length (FL)/ perkiraan panjang tulang paha janin 5,96 cm dan perkiraan persalinan pada tanggal 2 Desember 2024. Tatalaksana yang didapat oleh pasien yaitu observasi keadaan umum, cek TTV secara berkala, indikasi operasi sectio caesarea diberikan terapi IVFD RL xx tpm, Nifedipine 2x1 tab,Inbion 2x1 tab ,Cefadroxil 2x1.Prognosis pada pasien ini yaitu dubia ad bonam. Kata Kunci: Hamil; Preeklamsia Berat; Tekanan Darah Tinggi.
Primigravida Dengan Hiperemesis Gravidarum Susanto, Febi; Shariff, Fonda Octarianingsih
THE JOURNAL OF Mother and Child Health  Concerns Vol. 4 No. 1 (2024): June Edition 2024
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/mchc.v4i1.571

Abstract

Abstract The patient came to the Obgyn Polyclinic at Bintang Amin Hospital with G1P0A0 7 weeks pregnant with complaints of vomiting more than 10 times per day accompanied by nausea, weakness and sometimes dizziness. But the patient said the weight increased drastically during pregnancy. First menstruation at the age of 14 years, menstruation lasted 7 days, the patient changed sanitary napkins twice a day. On physical examination, vital signs were found including blood pressure 90/80 mmHg, pulse 72x/minute, respiratory rate 20x/minute, temperature 36.7 °C, oxygen saturation 98%. The internal vaginal examination was not carried out. On hematology supporting examination, it was found that the leukocytes were increased to 11,100 ul, the hematocrit decreased by 35%. On ultrasound examination, it was found that A: Crown Rump Lengh (CRL): 1.87 cm, B: Crown Rump Lengh (CRL): 1.63 cm. The diagnosis in this case is primigravida with hyperemesis gravidarum. The treatment received by the patient was IVFD RL + 1-amp neurobion gtt 20 tpm, ondansetron inj 3x1amp, antacid syr 3x1c/oral. The prognosis for this patient is dubia ad bonam. Keywords: HEG; Pregnant; Vomiting. Pasien datang ke Poliklinik Obgyn Rumah Sakit Bintang Amin dengan G1P0A0 hamil 7 minggu dengan keluahan muntah sudah lebih dari 10 kali perhari disertai mual, lemas dan terkadang pusing. Tetapi os mengatakan berat badan meningkat secara drastis saat hamil.Haid pertama pada umur 14 tahun, haid selama 7 hari, pasien ganti pembalut sebanyak 2x sehari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital diantaranya tekanan darah 90/80 mmHg, denyut nadi 72 x/menit, laju pernapasan 20x/menit, suhu 36.7 °C, saturasi oksigen 98%. Pada Pemeriksaan dalam vaginal tocher tidak dilakukan. Pada pemeriksaan penunjang hematologi didapatkan peningkatan leukosit 11.100 ul, penurunan hematokrit 35 %. Pada pemeriksaan USG didapatkan A: Crown Rump Lengh (CRL): 1.87 cm, B: Crown Rump Lengh (CRL): 1.63 cm. Diagnosis pada kasus ini yaitu primigravida dengan hiperemesis gravidarum. Tatalaksana yang didapat oleh pasien yaitu IVFD RL + 1-amp neurobion gtt 20 tpm, inj ondansetron 3x1amp, antasida syr 3x1c/oral. Prognosis pada pasien ini yaitu dubia ad bonam. Kata Kunci: Hamil; HEG; muntah.
Primigravida dengan twin to twin transfusion syndrome Ar Rahmah, Balqist; Shariff, Fonda Octarianingsih
THE JOURNAL OF Mother and Child Health  Concerns Vol. 4 No. 2 (2024): December Edition 2024
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/mchc.v4i2.572

Abstract

The patient came to the emergency department at Bintang Amin Hospital with G1P0A0, 33 weeks pregnant with tight abdominal pain since 1 week ago. The patient said she felt nauseous and that the patient was pregnant with twins. Blood mucus (-), water-water (-). First menstruation at the age of 12 years, menstruation lasts 4-5 days, patient changes sanitary napkins 3 times a day. On physical examination, vital signs were found including blood pressure 110/60 mmHg, pulse 126 x/minute, respiratory rate 20 x/minute, temperature 36.5 °C, oxygen saturation 99%. On external examination DJJ: A. 155x/minute, B: 157x/minute, TFU: 40cm, HIS: 2x10'20'', internal examination of vaginal tocher no opening. On hematological investigations, a decrease in hemoglobin was found to be 11.4 g/dl, a decrease in hematocrit of 34%, a decrease in MCV of 74 fl and MCH of 25 pg. On ultrasound examination, A: BPD: 8.42 cm, HC: 27.90 cm, AC: 29.33 cm, FL: 6.69cm, EFW1: 2288g, B: BPD: 7.22 cm, HC: 27.52 cm, AC: 29.60 cm, FL: 4.73 cm, EFW2: 1598 g. The diagnosis in this case is primigravida with twin-to-twin transfusion syndrome. The treatment received by the patient was IVFD RL 20 tpm + protein drip 1 amp/8 hours, dexamethasone 2x2amp, cefazolin 2x1gr/iv, pronalges supp 2 extra. The prognosis in this patient is dubia. Keywords: Gemelli; Pregnant; TTTS. Pasien datang ke UGD Rumah Sakit Bintang Amin dengan G1P0A0 hamil 33 minggu dengan keluahan perut terasa kencang sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengatakan terasa mual dan pasien hamil kembar. Lendir darah (-), air-air (-). Haid pertama pada umur 12 tahun, haid selama 4-5 hari, pasien ganti pembalut sebanyak 3x sehari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital diantaranya tekanan darah 110/60 mmHg, denyut nadi 126 x/menit, laju pernapasan 20x/menit, suhu 36,5 °C, saturasi oksigen 99%. Pada Pemeriksaan luar DJJ: A. 155x/menit, B: 157x/menit, TFU: 40cm, HIS: 2x10’20’’, pemeriksaan dalam vaginal tocher belum ada pembukaan. Pada pemeriksaan penunjang hematologi didapatkan penurunan hemoglobin dengan 11,4 g/dl, penurunan hematokrit 34 %, penurunan MCV 74 fl dan MCH 25 pg. Pada pemeriksaan USG didapatkan A: BPD: 8.42 cm, HC: 27.90 cm, AC: 29.33 cm, FL: 6.69cm, EFW1: 2288g, B: BPD: 7.22 cm, HC: 27.52 cm, AC: 29.60 cm, FL: 4.73 cm, EFW2: 1598 g. Diagnosis pada kasus ini yaitu primigravida dengan twin to twin transfusion syndrome. Tatalaksana yang didapat oleh pasien yaitu IVFD RL 20 tpm + proterin drip 1 amp/8jam, dexametason 2x2amp, cefazolin 2x1gr/iv, pronalges supp 2 extra. Prognosis pada pasien ini yaitu dubia. Kata Kunci: Gemelli; Hamil; TTTS.