Sindrom Gitelman merupakan kelainan tubulus ginjal herediter yang diturunkan secara autosomal resesif akibat mutasi gen SLC12A3, menyebabkan disfungsi cotransporter natrium-klorida (NCC) di tubulus distal. Kondisi ini menimbulkan hipokalemia, hipomagnesemia, dan alkalosis metabolik kronik. Hipokalemia berat yang berulang dapat menyebabkan kelemahan otot hingga paralisis periodik dan meningkatkan risiko readmisi rumah sakit apabila tidak ditangani secara komprehensif. Melaporkan kasus pasien remaja dengan hipokalemia rekuren akibat sindrom Gitelman serta meninjau tatalaksana dan strategi pencegahan readmisi berdasarkan pedoman dan literatur terkini. Laporan kasus ini disusun melalui observasi klinis pasien perempuan 18 tahun dengan keluhan kelemahan otot generalisata dan kadar kalium serum 1,8 mmol/L. Analisis mencakup pemeriksaan klinis, laboratorium, EKG, serta evaluasi tatalaksana farmakologis dan non-farmakologis berdasarkan guideline KDIGO 2023 dan literatur terkini. Pemeriksaan menunjukkan hipokalemia berat, alkalosis metabolik, dan hipomagnesemia konsisten dengan sindrom Gitelman. Pasien mendapat terapi KCl intravena 50 mEq/6 jam melalui CVC, suplementasi KSR oral, serta spironolakton 25 mg dua kali sehari. Selain itu, diberikan edukasi diet tinggi kalium dan magnesium, pembatasan natrium, serta modifikasi gaya hidup. Perbaikan klinis dan biokimia terjadi dalam tiga hari dengan peningkatan kadar kalium menjadi 5,4 mmol/L. Tidak ditemukan aritmia atau komplikasi jantung selama perawatan.Tatalaksana sindrom Gitelman memerlukan pendekatan multidisipliner yang mencakup koreksi elektrolit, kontrol hormonal, serta edukasi pasien untuk mencegah kekambuhan. Kepatuhan terhadap terapi oral dan pemantauan elektrolit berkala menjadi strategi utama dalam menurunkan angka readmisi. Deteksi dini dan pengelolaan berbasis bukti dapat memperbaiki prognosis jangka panjang pada pasien dengan hipokalemia rekuren.