p-Index From 2020 - 2025
1.203
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Agropet
Loliwu, Yan Alpius
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

MORFOMETRIK KAMBING PERANAKAN ETAWA PADA UMUR BERBEDA Azizah, Nurul Azmi; Ngurah Putu Widnyana, I Gusti; Loliwu, Yan Alpius
Agropet Vol 21, No 1 (2024): Volume 21 No 1 Tahun 2024
Publisher : Universitas Sintuwu Maroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71127/2828-9250.653

Abstract

ABSTRAK : Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2022. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik morfologi dan morfometri kambing PE serta hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan pada kambing peranakan etawa (PE). Variabel yang diamati dalam penelitian terdiri dari data kuantitaif berupa bobot badan, tinggi badan, panjang badan, dan lingkar dada, data kualitatif berupa warna dan bentuk tubuh dan kepala kambing PE. Kambing peranakan etawa (PE) yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 ekor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa morfologi kambing PE yang diperoleh dari lokasi sesuai dengan standarisasi nasional yaitu memiliki bentuk telinga panjang, lubang telinga terlihat menghadap kedepan, bentuk muka cembung, postur badan yang besar, terdapat kombinasi warna putih-cokelat, putih-hitam, dan putih-hitam-cokelat, mempunyai rambut bulu rewos atau rambut lebat yang tumbuh dibagian paha kaki bagian belakang yang menggantung terkulai. Kombinasi warna tubuh dan kepala didominasi warna putih-hitam sebanyak 30 % dan 33,3 %. Morfometri yang diperoleh dilokasi yaitu kambing jantan umur KU1 diperoleh nilai rata-rata panjang badan,tinggi badan, lingkar dada, dan bobot badan berturut-turut yaitu 52,50cm ±3,54, 51,00cm ±4,24, 58,50cm±2,12, dan 22,50kg±3,54. Kambing jantan umur KU2 diperoleh nilai rata-rata panjang badan, tinggi badan, lingkar dada, dan bobot badan berturut-turut yaitu 67,00cm ± 2,16, 65,00cm ± 2,16, 68,68cm ± 2,37, dan 35,90kg ± 1,82.Kambing jantan umur KU3 diperoleh nilai rata-rata panjang badan, tinggi badan, lingkar dada dan bobot badan berturut-turut yaitu 76,00cm ± 5,29, 77,33cm ± 6,66, 83,00cm ± 9,64 dan 52,00kg ± 10,58. Kambing betina umur KU1 diperoleh panjang badan, tinggi badan,  lingkar dada dan bobot badan berturut-turut yaitu 45,67cm±5,82, 41,50cm±4,76, 49,90cm±8,47 dan 18,30kg±4,91. Umur KU2 diperoleh nilai rata-rata panjang badan, tinggi badan, lingkar dada dan bobot badan berturut-turut yaitu 62,78cm ± 4,51, 60,62cm ± 5,16, 65,80cm ± 2,71 dan 31,95kg ± 4,02. Umur KU3 diperoleh nilai rata-rata panjang badan, tinggi badan, lingkar dada dan bobot badan berturut-turut yaitu 76,50cm ± 4,95, 75,00cm ± 1,41, 81,50cm ± 4,95 dan 46,00kg ± 5,66. Ukuran-ukuran tubuh kambing PE dilokasi ini menunjukkan masih dibawah standarisasi nasional. Nilai koefisien korelasi sudah menunjukkan hasil positif artinya ukuran tubuh sudah mulai mengalami peningkatan dengan bertambahnya bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh mempunyai keeratan hubungan yang sangat kuat terhadap bobot badan. ABSTRACT: This study was conducted from June to July 2022. The purpose of this study was to determine the morphological and morphometric characteristics of PE goats and the relationship between body measurements and body weight in Etawa crossbred goats (PE). The variables observed in the study consisted of quantitative data in the form of body weight, height, body length, and chest circumference, qualitative data in the form of color and body shape and head of PE goats. There were 30 Etawa crossbred goats (PE) used in this study. The results of this study indicate that the morphology of PE goats obtained from the location is in accordance with national standards, namely having long ears, ear holes facing forward, a convex face shape, a large body posture, a combination of white-brown, white-black, and white-black-brown, having rewos hair or thick hair that grows on the thighs of the back legs that hang down. The combination of body and head colors is dominated by white-black as much as 30% and 33.3%. The morphometry obtained at the location, namely male goats aged KU1, obtained average body length, body height, chest circumference, and body weight values, respectively, namely 52.50 cm ± 3.54, 51.00 cm ± 4.24, 58.50 cm ± 2.12, and 22.50 kg ± 3.54. Male goats aged KU2 obtained average body length, height, chest circumference, and body weight values of 67.00cm ± 2.16, 65.00cm ± 2.16, 68.68cm ± 2.37, and 35.90kg ± 1.82, respectively. Male goats aged KU3 obtained average body length, height, chest circumference and body weight values of 76.00cm ± 5.29, 77.33cm ± 6.66, 83.00cm ± 9.64 and 52.00kg ± 10.58, respectively. Female goats aged KU1 obtained body length, height, chest circumference and body weight respectively, namely 45.67cm ± 5.82, 41.50cm ± 4.76, 49.90cm ± 8.47 and 18.30kg ± 4.91. Age KU2 obtained average body length, height, chest circumference and body weight respectively, namely 62.78cm ± 4.51, 60.62cm ± 5.16, 65.80cm ± 2.71 and 31.95kg ± 4.02. The average value of body length, height, chest circumference and body weight of KU3 age were 76.50cm ± 4.95, 75.00cm ± 1.41, 81.50cm ± 4.95 and 46.00kg ± 5.66, respectively. The body sizes of PE goats at this location showed that they were still below national standards. The correlation coefficient value has shown positive results, meaning that body size has begun to increase with increasing body weight and body sizes have a very strong relationship to body weight.
Pengaruh Berat Badan dan Skor Kondisi Tubuh Terhadap Selang Beranak Kerbau Rawa(Bubalus bubalis ) di Kabupaten Poso Mberato, Yunober; Loliwu, Yan Alpius; Putu Widnyana, I Gusti Ngurah
Agropet Vol 20, No 1 (2023): Volume 20 No 1 Tahun 2023
Publisher : Universitas Sintuwu Maroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71127/2828-9250.643

Abstract

Abstrak: Data diperoleh melalui pencatatan dan pengamatan dari 170 ekor induk kerbau. Analisis data dilakukan menggunakan analisis regresi yang meliputi selang beranak sebagai variabel terikat dan bobot badan, SKT sebelum beranak dan SKT sesudah beranak sebagai variabel bebas. Rata-rata selang beranak,  bobot badan , SKT sebelum beranak, SKT sesudah beranak berturut-turut adalah adalah 19, 18 bulan; 440,52 ± 6,26; 3.24 ± 0.55; 2.77±0.04  (rata-rata ± SE). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa koefisien korelasi masing-masing variabel bebas yaitu bobot badan dan SKT sebelum beranak terhadap variabel terikat yaitu selang beranak berturut-turut adalah -0,51dan -60,75.  Koefisien determinasi (R2) yakni kontribusi keragaman bobot badan, SKT sebelum beranak, SKT sesudah beranak adalah 0,49. Variabel bobot badan dan skor kondisi tubuh sebelum beranak yang berpengaruh nyata pada  = 5%. Analisis statistik menunjukkan bahwa bobot badan induk dan skor kondisi tubuh sebelum beranak berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap selang beranak Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bobot badan  dan Skor Kondisi Tubuh (SKT)  sebelum beranak mempengaruhi selang beranak. Abstract: Data were obtained through recording and observation of 170 buffalo mothers. Data analysis was carried out using regression analysis which included calving interval as the dependent variable and body weight, SKT before calving and SKT after calving as independent variables. The average calving interval, body weight, SKT before calving, SKT after calving respectively were 19, 18 months; 440.52 ± 6.26; 3.24 ± 0.55; 2.77 ± 0.04 (mean ± SE). The results of statistical analysis showed that the correlation coefficient of each independent variable, namely body weight and SKT before calving to the dependent variable, namely calving interval, were -0.51 and -60.75 respectively. The coefficient of determination (R2) namely the contribution of body weight diversity, SKT before calving, SKT after calving was 0.49. The variables of body weight and body condition score before calving had a significant effect on  = 5%. Statistical analysis showed that the body weight of the mother and the body condition score before calving had a significant effect (P<0.01) on the calving interval. Based on the results of this study, it can be concluded that body weight and Body Condition Score (BSC) before calving affect the calving interval.
Kualitas Spermatozoa Semen Beku Sapi Bali Pada Suhu Thawing Yang Berbeda Binangkari, Imelda R; Widnyana, Ngurah Putu; Loliwu, Yan Alpius
Agropet Vol 19, No 2 (2022): Volume 19 No 2 Tahun 2022
Publisher : Universitas Sintuwu Maroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71127/2828-9250.538

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas spermatozoa semen beku sapi Bali pada suhu thawing yang berbeda. Yang dilakukan di laboratorium Universitas Sintuwu Maroso. Materi yang digunakan adalah semen beku sapi Bali yang berasal dari Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, menggunakan metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu suhu thawing 31°C, 34°C, 37°C dan 40°C dan tiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Variabel yang diamati adalah motilitas, viabilitas dan abnormalitas spermatozoa. Viabilitas dan abnormalitas spermatozoa diamati dengan metode pewarnaan eosin-negrosin. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis varians (Anava), jika ada pengaruh akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil pemeriksaan secara mikroskopis menunjukan bahwa rataan persentase motilitas tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 (61,67%)dan terendah pada perlakuan P4 \ (35,00%). Rataan persentase hidup/viabilitas spermatozoa tertinggi pada perlakuan P3 (71,33%) dan terendah pada perlakuan P4 (59%), dan Rataan abnormalitas tertinggi pada perlakuan P4 (15,67%) dan terendah pada perlakuan P1 (7,67%). Hasil analisis menunjukkan bahwa suhu thawing berpengaruh sangat nyata (P < 0,01)` terhadap kualitas spermatozoa semen beku sapi Bali. Kualitas sperma terbaik diperoleh pada perlakuan P1 (31°C), karena telah memenuhi syarat IB yaitu motilitas spermatozoa >40%, viabilitas spermatozoa >50%, abnormalitas spermatozoa <20%. 
ANGKA KOSEPSI SAPI BALI PASCABERANAK YANG DI INSEMINASI BUATAN PADA WAKTU YANG BERBEDA Widnyana, I Gusti Ngurah Putu; Loliwu, Yan Alpius
Agropet Vol 20, No 1 (2023): Volume 20 No 1 Tahun 2023
Publisher : Universitas Sintuwu Maroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71127/2828-9250.645

Abstract

 Abstrak: Peranan sapi Bali sangat penting dalam pembangunan subsektor peternakan, sehingga untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi Bali perlu dilakukan sistem perkawinan secara iseminasi buatan. IB merupakan program yang telah dikenal oleh peternak sebagai teknologi reproduksi ternak yang efektif. Keberhasilan program IB dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, ternak betina itu sendiri keterampilan inseminator, ketepatan waktu IB, deteksi berahi, handling semen dan kualitas semen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kosepsi sapi bali pascaberanak yang di iseminasi pada waktu yang berbeda. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Padalembara Kecamatan Poso Pesisir Selatan Kabupaten Poso selama tiga bulan mulai bulan Juni hingga Agustus 2020. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode percobaan lapang dengan sampel sebanyak 25 ekor sapi Bali yang di IB dengan waktu yang berbeda sebagai berikut,  P1 = inseminasi dilakukan 0 - 5 jam setelah birahi, P2 = inseminasi dilakukan 6 - 11 jam setelah birahi, P3 =  inseminasi dilakukan 12 - 17 jam setelah birahi dan P4 = inseminasi dilakukan 18 - 23 jam setelah birahi dan P5 = inseminasi dilakukan 24 - 29 jam setelah birahi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukan bahwa Angka konsepsi sapi bali pasca beranak yang di inseminasi buatan pada 0 – 5, 6 – 11, dan 24 – 29 jam setelah timbulnya birahi adalah 0 (nol) atau tidak menghasilkan angka konsepsi Angka konsepsi sapi bali pasca beranak yang di IB pada 12 – 17 dan 18 – 23 jam setelah timbulnya birahi menghasilkan angka konsepsi 100 yang bermakna bahwa IB yang dilakukan pada waktu tersebut menghasilkan kebuntingan 100 %. Waktu yang terbaik untuk melakukan inseminasi buatan pada sapi bali pasca beranak adalah 12 – 23 jam setelah timbulnya birahi.ABSTRACT: The role of Bali cattle is very important in the development of the livestock subsector, so to increase the productivity of Bali cattle, it is necessary to carry out a mating system by artificial insemination. IB is a program that has been recognized by farmers as an effective livestock reproduction technology. The success of the IB program is influenced by several things, including the female cattle themselves, the skills of the inseminator, the timeliness of IB, heat detection, semen handling and semen quality. This study aims to determine the conception rate of Bali cattle after calving which are inseminated at different times. The research was conducted in Padalembara Village, Poso Pesisir Selatan District, Poso Regency for three months from June to August 2020. The method used in the research was a field experiment method with a sample of 25 Balinese cattle that were inseminated at different times as follows, P1 = insemination was carried out 0 - 5 hours after estrus, P2 = insemination was carried out 6 - 11 hours after estrus, P3 = insemination was carried out 12 - 17 hours after estrus and P4 = insemination was carried out 18 - 23 hours after estrus and P5 = insemination was carried out 24 - 29 hours after estrus. The data obtained were analyzed descriptively and presented in tabular form. The results of the study showed that the conception rate of Balinese cows after calving that were artificially inseminated at 0-5, 6-11, and 24-29 hours after the onset of estrus was 0 (zero) or did not produce a conception rate. The conception rate of Balinese cows after calving that were IB at 12-17 and 18-23 hours after the onset of estrus produced a conception rate of 100, which means that the IB carried out at that time resulted in 100% pregnancy. The best time to perform artificial insemination on Balinese cows after calving is 12-23 hours after the onset of estrus. 
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ARABIKA (COFFEA ARABICA L) TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK GAMAL PADA TANAH INCEPTISOL ., Ridwan; Loliwu, Yan Alpius; Tanari, Yulinda
Agropet Vol 21, No 2 (2024): Volume 21 No 2 Tahun 2024
Publisher : Universitas Sintuwu Maroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71127/2828-9250.659

Abstract

ABSTRAK: Salah satu keberhasilan dalam budidaya kopi dapat ditentukan oleh penyediaan bibit yang berkualitas. Bahan organik seperti gamal dapat digunakan sebagai pupuk organik yang dapat membantu memenuhi kebutuhan unsur hara pada proses pertumbuhan bibit. Penelitian dilakukan untuk mengetahui respon penggunaan bahan organik gamal terhadap kualitas pertumbuhan bibit kopi arabika pada tanah inceptisol. Penelitian dilaksanakan di Desa Lape Kecamatan Poso Pesisir, pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2023. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok  yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari kontrol, 9 gram/polybag, 11 gram/polybag, 13 gram/polybag, dan 15 gram/polybag. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik gamal memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu berkecambah, tinggi tanaman, lilit batang, jumlah daun, luas daun, bobot basah tajuk dan akar hari ke 120 setelah tanam, bobot kering tajuk dan panjang akar bibit kopi arabika. Pemberian pupuk organik gamal tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap, bobot kering akar pada umur 60 dan 120 HST. ABSTRACT: One of the successes in coffee cultivation can be determined by providing quality seeds. Organic materials such as gamal can be used as organic fertilizer which can help meet the nutritional needs of the seedling growth process. The research was conducted to determine the response of using gamal organic material to the quality of growth of Arabica coffee seedlings in inceptisol soil. The research was carried out in Lape Village, Poso Pesisir SubDistrict, from March to August 2023. The research used a Randomized Block Design consisting of 5 treatments and 4 replications.The treatments consisted of control, 9 grams/polybag, 11 grams/polybag, 13 grams/polybag, and 15 grams/polybag. The results of the research obtained that the application of gamal organic fertilizer had a significant effect on germination time, plant height, stem girth, number of leaves, leaf area, wet weight of the crown and roots on the 120th day after planting, dry weight of the crown and root length of Arabica coffee seedlings. Provision gamal organic fertilizer did not have a significant effect on the wet weight of the shoots and roots on the 60th day after planting, the dry weight of the roots at the ages of 60 and 120 HST
THE GROWTH OF SUPER VILLAGE CHICKEN BY FEEDING FERMENTED COFFEE SKIN WASTE IN RATION Widnyana, I Gusti Ngurah Putu; Putri, Sania Anisa; Loliwu, Yan Alpius
Agropet Vol 22, No 1 (2025): Volume 22 No 1 Tahun 2025
Publisher : Universitas Sintuwu Maroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71127/2828-9250.735

Abstract

This study aims to evaluate the effect of using fermented coffee skin waste in rations on the production performance of super kampung chickens, especially on body weight gain (PBB), feed consumption, and feed conversion. The material used was 68 super kampung chickens. The study used a Completely Randomized Design with 4 treatments and 4 replications with various levels of fermented coffee skin substitution in rations up to 20%. The variables observed were body weight gain, feed consumption and feed conversion. The results of the analysis showed that the use of fermented coffee skin waste had a significant effect (P <0.05) on PBB, feed consumption, and feed conversion. The highest average PBB was achieved in the treatment with 20% fermented coffee skin, which was 44.01 grams/head/day. The highest feed consumption was obtained at the 15% level with a value of 177.75 grams/head/day, while the best feed conversion was obtained at the 20% level, which was 3.96. Based on these results, the use of fermented coffee skin waste up to 20% in rations gave the best results on the growth efficiency of super kampung chickens.