Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pemanfaatan Kotoran Kelelawar sebagai Pupuk Guano di Desa Bolok, Kupang Barat, Nusa Tenggara Timur Tangguda, Sartika; Valentine, Riris Yuli; Hariyadi, Dimas Rizky; Sudiarsa, I Nyoman
Agrikultura Vol 33, No 3 (2022): Desember, 2022
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v33i3.40690

Abstract

Kotoran kelelawar mengandung banyak unsur hara yang tinggi (N, P, K, Ca, Mg, S), namun di sisi lain hasil buangan kelelawar ini mengandung C/N rasio yang rendah sehingga perlu dilakukan suatu proses untuk meningkatkan C/N rasio yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar nitrat dan fosfat pada pupuk guano serta pemanfaatannya untuk pertumbuhan anggur laut (Caulerpa racemose). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2021 bertempat di Teaching Factory Budidaya, Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pembuatan pupuk guano dilakukan menggunakan kotoran kelelawar, EM4, gula merah, terasi, dan air tawar sebagai pelarut yang difermentasikan selama 12 hari dan dilakukan pengujian sampel setiap tiga hari sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kotoran kelelawar secara alami mengandung kadar fosfat dan nitrat berturut-turut sebesar 1,030 mg/L dan 2,308 mg/L. Kadar fosfat dan nitrat selama 12 hari fermentasi mengalami penurunan dan kenaikan dan diperoleh hasil kadar fosfat dan nitrat pada hari ke-12 sebesar 1,302 mg/L dan 2,296 mg/L. Peningkatan dan penurunan kadar fosfat dan nitrat berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme yang terdapat di dalam EM4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk guano mengandung kadar fosfat dan nitrat yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman dan terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan anggur laut (C. racemose) dengan menaikkan bobot anggur laut dan panjang serta jumlah ramuli. Pupuk guano yang diperoleh dapat dijadikan alternatif pengganti pupuk organik yang harganya relatif mahal di Kota Kupang.
TEKNIK PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariapenus) DI MUNIR KOI NGRAJEK 3 MUNGKID, JAWA TENGAH ukat, alda; Kusuma, Ni Putu Dian; Valentine, Riris Yuli
FISHERIES Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 5 No 2 (2023): Oktober
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v5i2.67

Abstract

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui teknik pembenihan ikan lele sangkuriang (Clarias gariapinus), mengetahui perhitungan fekunditas (F), Fertilization rate (FR), Hatching rate (FR), Hatching rate (HR), Survival rate (SR), mengidentifikasi berbagai kendala serta solusi dalam kegiatan pembenihan ikan lele sangkuriang di Munir Koi Ngrajek 3, Mungkid Magelang, Jawa Tengah. Kegiatan dilakukan mulai dari persiapan induk, pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan telur, perawatan telur, perawatan benih dan pemanenan benih. Induk ikan lele sangkuriang yang digunakan dalam penelitian memiliki berat 1,8 kg, dengan perbandingan 1:1. Pakan benih ikan lele sangkuriang yang diberikan berupa pakan alami cacing sutera. Pemanenan benih dilakukan dengan dua cara yaitu pemanenan sebagian dan pemanenan total.
PELATIHAN BUDIDAYA ANGGUR LAUT (Caulerpa sp.) BAGI MASYARAKAT DESA BOLOK, KECAMATAN KUPANG BARAT, NTT Valentine, Riris Yuli; Sartika Tangguda; Dimas Rizky Hariyadi; I Nyoman Sudiarsa
Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia Vol 1 No 2 (2021): Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppi.v1i2.116

Abstract

ABSTRAK Anggur laut (Caulerpa sp.) merupakan salah satu jenis rumput laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, pangan fungsional, dan obat.Sebagian kecil masyarakat wilayah Nusa Tenggara Timur telah mengenal anggur laut, namun pemanfaatannya masih sangat terbatas sebagai bahan makanan segar saja atau disebut dengan lawar. Anggur laut tersebut diperoleh dari alam sehingga ketersediaannya sangat tergantung dari alam dan kondisi musim. Budidaya merupakan cara yang dapat dilakukan untuk memastikan ketersediaan dan jumlah anggur laut sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara berkelanjutan. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan sosialisasi tentang budidaya serta potensi anggur laut, dan memberikan pelatihan tentang budidaya anggur laut bagi masyarakat Desa Bolok.Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bermitra dengan Kelompok Tani Rumput Laut “UT LATU” yang beralamat di Dusun III, Desa Bolok, Kupang Barat, NTT.Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah sosialisasi tentang budidaya anggur laut, manfaat anggur laut, produk olahan anggur laut dan tahap kedua adalah pelatihandengan tahapan persiapan alat dan bahan, penimbangan bibit anggur laut, penanaman dalam media tanam berupa PE, penambahan pupuk Guano, pemasukan media tanam ke dalam kontainer box, monitoring pertumbuhan, panen, dan pengawetan sederhana anggur laut.Pada saat panen diperoleh bobot anggur laut berkisar antara 680 – 1210 g dari bobot awal 400 g selama pemeliharaan 30 hari, pertumbuhan relatif diperoleh nilai 70 – 203%. Setelah kegiatan ini dilaksanakan, masyarakat mulai menyadari akanmanfaat anggur laut, dan dapat ditumbuhkan pada kontainer box yang diletakkan di pekarangan rumah sehingga dapat menjadi alternatif kegiatan budidaya oleh masyarakat.
Manajemen Pemberian Pakan Pada Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Di Balai Benih Ikan (BBI) Lewa, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur Mata, Thalita C.M.M.; Tangguda, Sartika; Valentine, Riris Yuli
JURNAL MEGAPTERA Vol 1, No 1 (2022): Jurnal Megaptera (JMTR)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jmtr.v1i1.11836

Abstract

Pakan adalah salah satu faktor utama yang harus diperhatikan untuk pertumbuhan ikan lele. Ketersediaan pakan dalam proses budidaya harus memperhatikan beberapa hal antara lain adalah jumlah, tepat waktu, berkesinambungan, memenuhi syarat gizi, mudah dicerna, dan disukai ikan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui manajemen pemberian pakan yang tepat dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan membandingkan 2 perlakuan, yaitu perlakuan A (FF 4 kali, FR 10%) dan perlakuan B (FF 3 kali, FR 8%). Penelitian dilakukan pada 6 Desember 2021 – 28 Januari 2022 di BBI Lewa, Sumba Timur, NTT. Parameter yang diamati adalah pertambahan bobot mutlak, pertambahan panjang mutlak, SGR, EPP, FCR, dan SR. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan A menghasilkan pertambahan bobot mutlak (5,8 gram), pertambahan panjang mutlak (9,2 cm), SGR (16,5%), dan SR (91%) yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan B. Namun EPP dan FCR yang lebih baik diperoleh pada perlakuan B, yaitu 89,6% dan 1,0. Dengan demikian disimpulkan bahwa FF 4 kali dengan FR 10% memberikan hasil pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan FF 3 kali dengan FR 8%.Feed is one of the main factors that must be considered for the growth of catfish. Availability of feed in the cultivation must pay attention to several things, including the amount, on time, sustainable, meets nutritional requirements, is easy to digest, and likes fish. The purpose of this study was to determine the appropriate management of feeding in supporting the growth and survival of sangkuriang catfish. The method used in this research is descriptive method by comparing 2 treatments, treatment A (FF 4 times, FR 10%) and treatment B (FF 3 times, FR 8%). The research was conducted on December 6, 2021 – January 28, 2022 at BBI Lewa, East Sumba, NTT. Parameters observed were absolute weight gain, absolute length gain, SGR, EPP, FCR, and SR. The results showed that treatment A resulted in absolute weight gain (5.8 grams), absolute length gain (9.2 cm), SGR (16.5%), and SR (91%) which were higher than treatment B. However, EPP and FCR that better was obtained in treatment B, 89.6% and 1.0, respectively. It was concluded that 4 times FF with 10% FR gave better growth and survival results than 3 times FF with 8% FR.
Analisis Bibliometrik Tren dan Kebijakan Sosial Ekonomi Akuakultur 2015-2025 Poltak, Hendra; Ernawati, Ernawati; Puspitasari, Asthervina Widyastami; Suhermanto, Achmad; Valentine, Riris Yuli
Jurnal Pari Vol 11, No 1 (2025): Juli 2025
Publisher : BPPSDMKP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jp.v11i1.15973

Abstract

Akuakultur berkelanjutan merupakan aspek penting dalam mendukung ketahanan pangan dan konservasi ekosistem laut di tengah tantangan perubahan iklim dan pertumbuhan ekonomi global. Penelitian ini menggunakan pendekatan bibliometrik untuk menganalisis tren publikasi, jaringan konseptual, pola kolaborasi global, dan implikasi kebijakan dalam akuakultur berkelanjutan selama periode 2015–2025 dengan menganalisis 345 dokumen penelitian. Data diperoleh dari basis data Scopus dan dianalisis menggunakan VOSviewer dan OpenRefine. Hasil menunjukkan peningkatan signifikan jumlah publikasi dengan dominasi negara maju serta kemunculan kata kunci utama seperti “sustainability”, “climate change”, dan “blue economy”. Analisis jaringan konseptual mengidentifikasi tujuh klaster tematik utama yang mencakup adaptasi iklim, konservasi ekosistem, ekonomi biru, sosial-ekologi, dan tata kelola kebijakan. Studi ini menegaskan perlunya integrasi multidimensi dalam kebijakan akuakultur berkelanjutan untuk mengoptimalkan manfaat ekonomi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial. Rekomendasi strategis meliputi penguatan kolaborasi internasional, pengembangan teknologi adaptif, dan pemberdayaan komunitas lokal guna mendukung implementasi Sustainable Development Goals (SDGs). Rekomendasi ini memberi manfaat bagi pemerintah dalam perumusan kebijakan berbasis bukti, pelaku industri akuakultur dalam adopsi praktik berkelanjutan, serta peneliti dalam identifikasi kesenjangan penelitian dan arah riset masa depan.Sustainable aquaculture is a crucial aspect in supporting food security and marine ecosystem conservation amidst the challenges of climate change and global economic growth. This study employs a bibliometric approach to analyze publication trends, conceptual networks, global collaboration patterns, and policy implications in sustainable aquaculture from 2015 to 2025 by examining 345 research documents. Data were obtained from the Scopus database and analyzed using VOSviewer and OpenRefine. The results show a significant increase in publication numbers, dominated by developed countries, along with the emergence of key keywords such as 'sustainability,' 'climate change,' and 'blue economy.' The conceptual network analysis identified seven major thematic klasters, including climate adaptation, ecosystem conservation, blue economy, socio-ecology, and policy governance. This study affirms the need for multidimensional integration in sustainable aquaculture policies to optimize economic benefits while preserving environmental sustainability and social welfare. Strategic recommendations include strengthening international collaboration, developing adaptive technologies, and empowering local communities to support the implementation of the Sustainable Development Goals (SDGs). These recommendations benefit governments in evidence-based policymaking, aquaculture industry players in adopting sustainable practices, and researchers in identifying knowledge gaps and future research directions.
GROWTH PERFORMANCE OF WHITELEG SHRIMP (Litopenaeus vannamei) AT DIFFERENT STOCKING DENSITIES IN A POLYCULTURE SYSTEM WITH SEA GRAPE (Caulerpa sp.) Valentine, Riris Yuli; Hariyadi, Dimas Rizky; Tangguda, Sartika
Jurnal Riset Akuakultur Vol 20, No 1 (2025): Maret (2025)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.20.1.2025.49-62

Abstract

This study evaluated the growth performance, survival rate, and water quality improvement in a polyculture system integrating whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei) and sea grapes (Caulerpa sp.) with different shrimp stocking densities. This study employed a completely randomized design with three treatments, each at three levels of shrimp densities (15, 30, and 45 individuals per tank with a capacity of 0.06 m³), integrated with sea grape (50 g) for 60 days. During maintenance, shrimp were fed commercial feed, and no water changes were performed. The results showed that the highest shrimp growth and survival were obtained at a density of 15 individuals per tank, with growth rates of 6.54% day-1 and survival rates of 98% for the shrimp, resulting in optimal growth in Caulerpa sp. In contrast, a higher stocking density (45 individuals per tank) was associated with lower observed growth and survival rate of whiteleg shrimp throughout the culture period. Water quality showed favourable conditions for both, with pH levels (6.5–9.4), dissolved oxygen concentrations (5.0–8.2 mg L-1), and temperatures (26–38°C) within the optimal range. The polyculture system facilitated nutrient recycling, where shrimp waste was utilized by Caulerpa sp., effectively reducing nitrate and phosphate concentrations and preventing eutrophication in all treatments with increased stocking density. The conclusion of this study highlighted the potential of the polyculture system to improve ecological balance and productivity in aquaculture. Lower shrimp stocking densities resulted in high growth and survival, while integrating Caulerpa sp. contributed to environmental sustainability. Penelitian ini mengevaluasi performa pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup, dan perbaikan kualitas air dalam sistem polikultur yang mengintegrasikan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan anggur laut (Caulerpa sp.) dengan kepadatan tebar udang yang berbeda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan, yaitu tiga tingkat kepadatan udang (15, 30, dan 45 ekor per wadah berkapasitas 0,06 m³), masing-masing diintegrasikan dengan anggur laut (50 g) selama 60 hari. Selama pemeliharaan, udang diberi pakan komersial dan tidak dilakukan pergantian air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang tertinggi diperoleh pada kepadatan 15 ekor per wadah, masing-masing sebesar 6,54% per hari dan 98%, serta menghasilkan pertumbuhan Caulerpa sp. yang optimal. Sebaliknya, kepadatan tebar yang lebih tinggi (45 ekor per wadah) menghasilkan pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup udang vaname yang lebih rendah selama masa pemeliharaan. Kualitas air menunjukkan kondisi yang mendukung untuk keduanya, dengan pH (6,5–9,4), oksigen terlarut (5,0–8,2 mg L-1), dan suhu (26–38°C) berada dalam kisaran optimal. Sistem polikultur ini memfasilitasi daur ulang nutrien, di mana limbah udang dimanfaatkan oleh Caulerpa sp., secara efektif mengurangi konsentrasi nitrat dan fosfat serta mencegah eutrofikasi pada semua perlakuan, bahkan dengan peningkatan kepadatan tebar. Kesimpulan dari penelitian ini menyoroti potensi sistem polikultur dalam meningkatkan keseimbangan ekologis dan produktivitas di bidang akuakultur. Kepadatan tebar udang yang rendah menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang tinggi, sementara integrasi dengan Caulerpa sp. berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan.