Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

APLIKASI MEDIA TERKONDISI SEL PUNCA MESENSIMAL DALAM TERAPI PENYAKIT DEGENERATIF DAN PENYEMBUHAN LUKA Widhiastuti, Stefani Santi
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 1 (2020): February 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.666 KB) | DOI: 10.24002/biota.v5i1.2963

Abstract

Penyakit degeneratif seperti stroke, jantung, hipertensi, dan diabetes merupakan penyakit yang banyak dialami seseorang seiring dengan bertambahnya usia. Terapi dengan obat-obatan maupun dengan operasi telah banyak digunakan Namun pada beberapa kasus, hasilnya belum maksimal. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sel punca juga dikembangkan sebagai terapi regeneratif, tidak hanya untuk pengobatan penyakit degeneratif namun juga untuk penyembuhan luka akibat trauma fisik maupun penyakit yang lain. Salah satu macam sel punca yang banyak digunakan adalah sel punca mesensimal (SPM). Meskipun sel punca memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai terapi penyakit degeneratif dan penyembuhan luka, namun proses diferensiasinya dalam tubuh belum terkontrol dengan maksimal, sehingga banyak peneliti mengembangkan penggunaan media terkondisi sel punca mesensimal (MT-SPM) sebagai terapi alternatif. MT-SPM yang merupakan medium cair tempat tumbuh SPM terbukti memiliki efek serupa dengan SPM, sehingga dapat digunakan dalam terapi penyakit stroke, jantung, diabetes, dan penyembuhan luka.
Aplikasi Media Terkondisi Sel Punca Mesensimal dalam Terapi Penyakit Degeneratif dan Penyembuhan Luka Stefani Santi Widhiastuti
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 1 (2020): February 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i1.2963

Abstract

Penyakit degeneratif seperti stroke, jantung, hipertensi, dan diabetes merupakan penyakit yang banyak dialami seseorang seiring dengan bertambahnya usia. Terapi dengan obat-obatan maupun dengan operasi telah banyak digunakan Namun pada beberapa kasus, hasilnya belum maksimal. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sel punca juga dikembangkan sebagai terapi regeneratif, tidak hanya untuk pengobatan penyakit degeneratif namun juga untuk penyembuhan luka akibat trauma fisik maupun penyakit yang lain. Salah satu macam sel punca yang banyak digunakan adalah sel punca mesensimal (SPM). Meskipun sel punca memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai terapi penyakit degeneratif dan penyembuhan luka, namun proses diferensiasinya dalam tubuh belum terkontrol dengan maksimal, sehingga banyak peneliti mengembangkan penggunaan media terkondisi sel punca mesensimal (MT-SPM) sebagai terapi alternatif. MT-SPM yang merupakan medium cair tempat tumbuh SPM terbukti memiliki efek serupa dengan SPM, sehingga dapat digunakan dalam terapi penyakit stroke, jantung, diabetes, dan penyembuhan luka.
PENGARUH MEDIA TERKONDISI SEL PUNCA MESENSIMAL TERHADAP EKSPRESI GEN TRANSCRIPTION FACTOR 7-LIKE 2 (TCF7L2) TIKUS MODEL DIABETES MELITUS TIPE 2 Stefani Santi Widhiastuti; Bernadia Branitamahisi; Nor Sri Inayati; Ida Ayu Preharsini; Demas Bayu Handika; Ahmad Hamim Sadewa; Abdurahman Laqif; Sofia Mubarika Haryana
BERITA BIOLOGI Vol 19, No 2 (2020)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v19i2.3830

Abstract

Diabetes mellitus type 2 is the most common type of diabetes. This study was conducted to determine the effect of Mesenchymal Stem Cell-Conditioned Medium (MSC-CM) in Homeostatic Model Assessment of β-cell function (HOMA-β) value, normal Langerhans cells, and Transcription Factor 7-Like 2 (TCF7L2) gene expression in type 2 diabetic rats model. As many as 27 male Sprague Dawley rats were divided into 3 study research groups: normal control (9 normal rats), diabetic control (9 type 2 diabetic rats, induced by 60 mg/kg BW Streptozotocin and 120 mg/kg BW Nicotinamide i.p.), and treatment (9 type 2 diabetic rats treatment with 0.1 ml/200g BW MSC-CM i.p.). On day 30 after therapy, the expression of TCF7L2 gene was performed with real time-quantitative PCR (RT-qPCR). The HOMA-β value were calculated based on Fasting Insulins (FINs) levels and Fasting Blood Glucose (FBG) levels data from other research team members. Based on results, MSC-CM increases the HOMA-β value and amount of normal Langerhans cells of treatment group that indicates amelioration effect of MSC-CM, but there was no significant difference in TCF7L2 gene expression level between diabetic control and treatment group.  
FORMULASI LOTION EKSTRAK METHANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera) DENGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Lotion Formulation of Moringa Leaves (Moringa Oleifera) Methanol Extract with Antibacterial Activity) Stefani Santi Widhiastuti
BERITA BIOLOGI Vol 21, No 1 (2022)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v21i1.4293

Abstract

ABSTRACTThe skin has an important function in the body's first line of defense. Lotion is used to maintain skin health, one of which is from microorganism infection by the presence of antibacterial substances in the formula. One of the plants that has antibacterial activity is Moringa (Moringa oleifera). The aim of this study was to make a lotion formula containing methanol extract of Moringa leaves which has antibacterial activity. The research was carried out from the extraction stage, phytochemical assay, lotion formulation, and antibacterial activity assay of the extract and lotion. Based on the results of phytochemical assay, methanol extract of Moringa leaves contains saponins, flavonoids, tannins, alkaloids and steroids, but does not contain triterpenoids. Moringa leaves extract has antibacterial activity against E. coli, S. aureus, and P. aeruginosa, where the activity increases along with increasing extract concentration. The lotion formula with 3% extract content is the optimum formula with the best antibacterial activity compared to other formulas, lotion base, and positive control with very strong antibacterial activity, seen from the inhibition zone diameter of more than 20 mm against E. coli, S. aureus, and P. aeruginosa. Keywords: kelor (Moringa oleifera), antibacterial activity, lotion ABSTRAK Kulit memiliki fungsi penting dalam pertahanan pertama tubuh. Lotion digunakan untuk menjaga kesehatan kulit salah satunya dari infeksi mikroorganisme dengan adanya kandungan zat antibakteri dalam sediaan. Salah satu tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri adalah kelor (Moringa oleifera). Tujuan penelitian ini adalah membuat formula lotion dengan kandungan ekstrak methanol daun kelor yang memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian dilakukan mulai dari tahap ekstraksi, uji kandungan fitokimia ekstrak, uji aktivitas antibakteri ekstrak, pembuatan formula lotion dan uji aktivitas antibakteri lotion. Berdasarkan hasil uji fitokimia, ekstrak methanol daun kelor mengandung saponin, flavonoid, tanin, alkaloid dan steroid, namun tidak mengandung triterpenoid. Ekstrak methanol daun kelor memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli, S. aureus, dan P. aeruginosa, dimana aktivitasnya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Formula lootion dengan kandungan ekstrak sebesar 3% merupakan formula optimum dengan aktivitas antibakteri paling baik dibandingkan formula lain, basis lotion, maupun kontrol positif dengan aktivitas antibakteri sangat kuat, dilihat dari diameter zona hambat lebih dari 20 mm terhadap bakteri E. coli, S. aureus, and P. aeruginosa. Kata kunci: kelor (Moringa oleifera), aktivitas antibakteri, lotion
Pengaruh Media Terkondisi Sel Punca Mesensimal (MT-SPM) terhadap Histopatologi Pankreas Tikus Model DM Tipe 2 Stefani Santi Widhiastuti; Bernadia Branitamahisi; Nor Sri Inayati; Ida Ayu Preharsini Kusuma; Demas Bayu Handika; Ahmad Hamim Sadewa; Sofia Mubarika Haryana; Abdurahman Laqif
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 3, No 3 (2018): October 2018
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v3i3.1900

Abstract

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling banyak terjadi. Berbagai macam terapi telah digunakan untuk menangani DM (Diabetes Mellitus) tipe 2, namun masih terdapat keterbatasan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh MT-SPM terhadap histopatologi pankreas dan jumlah sel normal Langerhans pada tikus model diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan desain Posttest Control Group. Sebanyak 27 ekor tikus Sprague Dawley jantan dibagi menjadi 3 kelompok: kontrol normal (K(-)) yaitu 9 tikus sehat, kontrol diabetes (K(+)) yaitu 9 tikus yang diinduksi DM tipe 2 dengan 60 mg/kg BB STZ (i.p) dan 120 mg/kg BB NA (i.p), dan kelompok perlakuan (P) yaitu 9 tikus yang diinduksi DM tipe 2 dan diberi perlakuan dengan 0,1 ml/200 g BB (i.p) setiap 3 hari selama 10 kali. Pada hari ke-30 setelah perlakuan, tikus dikorbankan dan diambil jaringan pankreasnya untuk diuji histopatologi dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Hasil tersebut dianalisis dengan program Image J. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perbaikan pada profil histopatologi pankreas dan terdapat peningkatan jumlah sel normal di islet Langerhans pada kelompok perlakuan yang diberi MT-SPM dibandingkan kelompok kontrol positif.
Pelatihan dan Pendampingan Prapanen, Panen dan Pascapanen kepada Petani Jahe Area Paroki Boro, Kabupaten Kulon Progo junedi, sendy; Ines Septi Arsiningtyas; P Kianto Atmodjo; Exsyupransia Mursyanti; Boy Rahardjo Sidharta; Stefani Santi Widhiastuti
Jurnal Atma Inovasia Vol. 3 No. 5 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v3i5.7594

Abstract

Paroki Santa Theresia Lisieux (STL) Boro terletak pada area pengembangan pariwisata sehingga berpotensi menjadi desa wisata dengan amenitas khas berupa jahe emprit. Produksi jahe pada area ini memiliki keterbatasan kuantitas, kontinuitas, dan kualitas karena minimnya pengetahuan dan ketrampilan petani dalam penanaman dan pemeliharaan tanaman serta pengolahan rimpang jahe menjadi produk jadi. Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta memberikan pelatihan dan pendampingan untuk memperbaiki pengetahuan dan ketrampilan petani jahe di area Paroki STL Boro. Pelatihan dan pendampingan dibagi menjadi tujuh kali pertemuan yang terdiri dari sosialisasi dan evaluasi pengetahuan dalam bentuk kuesioner, dilanjutkan dengan pelatihan tentang prapanen, panen, pascapanen primer dan sekunder, serta yang terakhir adalah evaluasi berupa diskusi dan kuesioner. Topik pertemuan pascapanen sekunder terdiri dari pembuatan produk kesehatan (serbuk jahe instan) dan produk kosmetik (lulur jahe). Hasil analisis data kuesioner secara semikuantitatif menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan petani sebesar 75% antara sebelum dan sesudah pelatihan. Dengan adanya pelatihan, petani di Paroki STL Boro mampu menghasilkan produk jahe instan yang telah dipasarkan secara terbatas.
Salep Ektrak Daun Jamblang (Syzygium cumini) sebagai Penghambat Bakteri Propionibacterium acnes Penyebab Jerawat Setiawan, Pamela Felita; Alvina, Devi; Subandriyo, Jessica Rieko; Meisy; Paramitha, Prizka Kezia; Widhiastuti, Stefani Santi
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 9, No 1 (2024): February 2024
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v9i1.6552

Abstract

Jerawat merupakan gangguan pada permukaan tubuh yang umumnya sering muncul pada wajah. Bakteri Propionibacterium acnes merupakan salah satu bakteri penyebab jerawat. Penggunaan antibiotik memiliki efek samping pada resiko hipersensitivitas atau alergi, sehingga penggunaan bahan alami sebagai obat herbal menjadi alternatif pengobatan yang baik. Salah satu bahan alami dengan potensi antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri P. acnes adalah daun tanaman jamblang dengan kandungan antibakteri. Metode pengujian daun jamblang berupa pembuatan ekstrak daun jamblang, skrining fitokimia ekstrak, formulasi salep, uji zona hambat dan uji stabilitas produk salep. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan salep ekstrak daun jamblang dalam menghambat bakteri penyebab jerawat P. acnes, serta sifat fisik dan stabilitasnya selama penyimpanan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak daun jamblang memiliki kandungan flavonoid, triterpenoid, tannin, saponin, dan alkaloid. Hasil terbaik pada uji zona hambat ekstrak dan salep tampak pada konsentrasi 10% yang memiliki aktivitas antibakteri paling baik terhadap P. acnes dengan diameter zona hambat 9,17 mm, sedangkan hasil uji stabilitas terbaik pada salep konsentrasi 15% dengan pH 6,5 ± 0,5, daya sebar 3,17 ± 0,26, daya lekat >2 menit. 
Pelatihan Guru Biologi dan Siswa SD-SMA/SMK di Pontianak untuk Meningkatkan Pengalaman Belajar di Bidang Bioteknologi Mursyanti, Exsyupransia; Stefani Santi Widhiastuti; Dewi Retnaningati
Jurnal Atma Inovasia Vol. 2 No. 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.709 KB) | DOI: 10.24002/jai.v2i1.4624

Abstract

 Abstract — Pontianak is the center of education in the province of West Kalimantan. In the implementation of education and learning, the interaction between competent teachers and active students can improve the quality of education. Therefore, a service activity was made that aims to ensure quality educational services in accordance with the times. This service activity is entitled Training and Assistance for Biology Teachers and Elementary-SMA/SMK Students at Karya Yosep Elementary School, St. Peter's Middle/High School, St. Mary's Vocational School with the theme Biotechnology and its Applications for the Welfare of Human Life. The method used is contextual learning which is packaged with a webinar model which includes 2 sessions, namely the delivery of material and discussion sessions. This activity is divided into 3 stages, namely the preparation, implementation, and evaluation stages. Overall, the activity went smoothly. This activity can increase the knowledge of Biology teachers and students in partner schools about the field of biotechnology, and participants can practice and apply the material received in everyday life. More than 85% of the participants from the group of teachers, elementary-junior high school students, and high school/vocational school students thought that the material provided was in accordance with the needs.Keywords — training, teachers, students, biotechnology.
Pelatihan Pengolahan Produk dari Bunga Mawar pada Masyarakat di Kawasan Sapuangin, Merapi, Klaten Widhiastuti, Stefani Santi; Mursyanti, Exsyupransia; Sidharta, Bernardus Boy Rahardjo; Atmodjo, Patricius Kianto; Junedi, Sendy; Arsiningtyas, Ines Septi; To'bungan, Nelsiani
Jurnal Atma Inovasia Vol. 3 No. 6 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v3i6.8082

Abstract

Roses are one of the commodities in the Sapuangin area, Pemalang, Klaten. The fluctuating selling price and short shelf life make fresh roses only a secondary product. Therefore, a training is needed to process rose flowers into products with high economic value and longer shelf life. This community service aims to enhance the community's knowledge in processing various products from rose flowers. The activities include survey, socialization, training implementation, and evaluation. The training consists of 7 topics from June to July 2023, where participants receive oral explanations and practical demonstrations of the materials provided. The evaluation includes assessing the participants' knowledge through questionnaires given at the beginning and end of the community service, as well as satisfaction evaluation. The entire community service runs smoothly, with participants able to practice making raw materials, solid soap, bath salts, aromatherapy candles, rosewater, and hand sanitizer. Participants also learn about the different types of roses. The average score of the questionnaires from 15 respondents before the training was 21.33 ± 2.61, increasing by 53.49% to 32.74 ± 3.90 from 19 respondents. 68.42% of participants expressed very satisfied, and 31.58% expressed satisfied with participating in the community service activities. In conclusion, the community service has improved the knowledge and skills of the Sapuangin Village community in creating products from rose flowers that have higher economic value and longer shelf life. Keywords — roses, soap, candles, hand sanitizer, rosewater   Abstrak— Mawar merupakan salah satu komoditi di kawasan Sapuangin, Pemalang, Klaten. Harga jual yang tidak menentu dan masa simpan pendek menyebabkan mawar segar hanya menjadi produk sampingan. Oleh karena itu diperlukan kegiatan pelatihan pengolahan bunga mawar menjadi produk dengan nilai ekonomis tinggi dan masa simpan panjang. Pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengolah bunga mawar menjadi berbagai macam produk. Kegiatan meliputi tahap survey, sosialisasi, pelaksanaan pelatihan, dan evaluasi. Pelatihan terdiri dari 7 materi mulai Juni-Juli 2023, dimana peserta diberi penjelasan secara lisan dan mempraktekkan secara langsung materi yang diberikan. Evaluasi meliputi evaluasi tingkat pengetahuan melalui kuesioner yang diberikan di awal dan di akhir kegiatan pengabdian, serta evaluasi kepuasan. Seluruh kegiatan pengabdian berjalan lancar, peserta dapat mempraktekkan pembuatan simplisia, sabun padat, garam mandi, lilin aromaterapi, air mawar dan handsanitizer. Peserta juga mengetahui jenis-jenis bunga mawar. Nilai rata-rata kuesioner dari 15 responden sebelum pelatihan adalah 21,33 ± 2,61, meningkat sebesar 53,49% menjadi 32,74 ± 3,90 dari 19 responden. 68,42% peserta menyatakan sangat puas dan 31,58% menyatakan puas mengikuti kegiatan pengabdian. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat Desa Sapuangin dalam membuat produk dari bunga mawar yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dengan masa simpan panjang.   
Pelatihan propagasi anggrek skala rumah tangga kepada kelompok wisata di kawasan Sapuangin, Merapi, Klaten Mursyanti, Exsyupransia; Nelsiani To’bungan; Pantalea Edeilweiss Vitara; Bernardus Boy Rahardjo Sidharta; Patricius Kianto Atmodjo; Sendy Junedi; Stefani Santi Widhiastuti
Jurnal Atma Inovasia Vol. 4 No. 3 (2024)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sapuangin area is one of supporting areas for Mount Merapi National Park (TNGM). The endemic Merapi orchid is widely cultivated by people in the Sapuangin, using conventional cultivation. Sapuangin’s youth, who are members of a tourism group (POKWIS) have never received training regarding orchid propagation using in vitro culture principles. This is important to support orchid conservation activities carried out by POKWIS in the Sapuangin greenhouse. Based on requests from the community, lecturers and educational laboratory staff concentrating on Technobio-Industrial Studies, Faculty of Biotechnology, Universitas Atma JayaYogyakarta, provided a series of training on in vitro orchid culture, for household scale. This activity is expected to provide knowledge and skills regarding orchid cultivation techniques for the community. The activity was held on 12-20 December 2023. The training activity was divided into several topics, namely introduction to orchid types and their uses, principles of in vitro orchid culture, introduction to tools, methods for sterilizing and sowing orchid seeds, pollination/pollination, overplanting, and acclimatization. The training carried out can provide additional knowledge for the community regarding in vitro orchid cultivation techniques. The implementation of the training was considered very useful and by community needs, the training resource was competent, the implementation time was by the plan, and was supported by complete facilities and infrastructure. The community hopes for ongoing guidance and assistance regarding orchid propagation in the future.