Jamaluddin, Yuliana
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pelatihan Baca Tulis Al-Quran (BTQ) Pada Mahasiswa Baru di IAIN Manado. Jafar, Muhammad Kamil; Dzatun, St. Nur Syahidah; Jamaluddin, Yuliana; Anwariyah, Munawaroh
TARSIUS : Jurnal Pengabdian Tarbiyah, Religius, Inovatif, Edukatif & Humanis Vol 4 No 2 (2022): 2022 Volume 4 Nomor 2
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Al-Quran merupakan pedoman hidup untuk umat Islam, sehingga proses belajar dimulai dari usia anak-anak hingga dewasa. Proses belajar Al-Quran ini merupakan proses untuk dapat memahami makna Al-Quran secara benar. Sehingga kita dituntut untuk dapat membaca dan menulis dengan baik dan benar. Melalui program pelatihan baca tulis Al-Quran yang dikemas untuk mahasiswa baru. Dalam pelatihan ini mahasiswa belajar mengenai makharijul huruf, Panjang pendek, tajwid dan kaidah penulisan sehingga tidak terjadi perubahan makna pada ayat Al-Quran. Hasil menunjukkan bahwa pelatihan baca tulis Al-Quran dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan mahasiswa untuk membaca dan menulis (imlak) Al-Quran
Akademi Digital Lansia (ADL) Pada Jemaah Lansia GMIM Yarden Singkil Kampung Islam Kota Manado. Jafar, Muhammad Kamil; Taufani, Taufani; Jamaluddin, Yuliana; Basri, Faisal
TARSIUS : Jurnal Pengabdian Tarbiyah, Religius, Inovatif, Edukatif & Humanis Vol 5 No 1 (2023): 2023 Volume 5 Nomor 1
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/tarsius.v5i1.574

Abstract

Akademi digital lansia (ADL) merupakan salah satu program dari Tular Nalar yang dilaksanakan oleh MAFINDO. Tujuan dari kegiatan ini memberikan pelatihan literasi digital kepada warga lansia yang memiliki rentan usia dari 50 – 70 tahun agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengengola aplikasi daring yang mereka miliki, terutama dalam menghindari penipuan-penipuan dari berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab. Dalam pelatihan ini mereka diberikan pengetahuan berkenaan dengan algoritma dalam pencaharian youtube dan keterampilan melakukan verifikasi berita serta website yang berbahaya untuk melakukan pencurian data pribadi. Hasil menunjukkan bahwa melalui akademi digital lansia dapat memberikan mereka pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah berbagai kejahatan di dunia digital.
RESEPSI SHALIHAH DALAM Q.S. AN-NISA/4: 34 Agatasari, Fibrina; Rajafi, Ahmad; Jamaluddin, Yuliana
Al-Mustafid: Journal of Quran and Hadith Studies Vol 2 No 1 (2023): June
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/mustafid.v2i1.561

Abstract

Rumah tangga abdi negara tidak bisa terlepas dari commuter marriage. Suami yang berstatus prajurit wajib siap sedia dalam penugasannya dimana pun dan kapan pun. Hal itu juga serentak mengingatkan istri untuk senantiasa berperan sebagai istri shalihah yang qanitat dan hafizhah lil ghaib, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resepsi shalihah dalam Q.S. An-Nisa/4: 34 di PERSIT Kartika Candra Kirana Cabang LI. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deskriptif dengan menggunakan metode living Qur’an, dengan teori resepsi Al-Qur’an yang membahas tentang peran pembaca atas respon dan reaksi dalam memahami ayat Al-Qur’an. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa, resepsi organisasi Persatuan Istri Tentara (PERSIT) Kartika Candra Kirana mewujudkan dua ciri shalihah pada sifat dan watak PERSIT KCK diantaranya, suci, setia, bijaksana, dan tanggung jawab. Selanjutnya terdapat tiga bentuk resepsi Al-Qur’an yang terbangun pada PERSIT Kartika Candra Kirana Cabang LI: Pertama, resepsi eksegesis (merespon dan memahami) tentang shalihah dalam Q.S. An-Nisa/4: 34 melalui pembacaan terjemah, ceramah, pengajian, serta media sosial; Kedua, resepsi estetika dengan menerapkan praktik menjaga diri melalui pakaian yang dikenakan itu menutup aurat, sedangkan untuk non muslim pakaiannya rapi dan sopan; Ketiga, resepsi fungsional yang salah satu bentuknya dengan resign dari pekerjaan diluar kota untuk fokus mendidik anak, dll. Serta sikap hafizhah lil ghaib yang diyakini sebagai bentuk perlindungan partisipan demi keselamatan suami dalam penugasan dengan cara membatasi pergaulan (hindari ghibah, dan menjaga dari zina), dll.
Resepsi Masyarakat Muslim Manado terhadap Makna Awliya' dalam al-Qur'an Gani, Weli; Jamaluddin, Yuliana
Al-Mustafid: Journal of Quran and Hadith Studies Vol 1 No 1 (2022): June
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/mustafid.v1i1.467

Abstract

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan umat Islam tentang boleh atau tidaknya memilih pemimpin Non-Muslim. Salah satu ayat yang sering kali dianggap sebagai dalil larangan memilih pemimpin Non-Muslim adalah Q.S. Al-Maidah/5:51. Di dalam ayat tersebut terdapat term awliya’ yang diperdebatkan maknanya oleh para mufasir. Ada yang memaknai awliya’ sebagai pemimpin, teman dekat, pelindung ataupun pengayom. Bagi kalangan yang memaknainya sebagai pemimpin meyakini bahwa Al-Qur’an melarang dengan tegas memilih pemimpin yang tidak beragama Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi resepsi atau ragam penerimaan masyarakat muslim Manado terhadap makna awliya’ dalam Q.S. Al-Maidah/5:51, dan implikasinya terhadap pemahaman mereka terkait kepemimpinan Non-Muslim dalam konteks politik di Kota Manado. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif, dengan melibatkan informan dari kalangan tokoh agama Islam, tokoh politik Islam, dan tokoh organisasi kemasyarakatan. Dari penelitian tersebut ditemukan empat model resepsi atau penerimaan terhadap makna awliya’ dalam Q.S. Al-Maidah/5:51 dalam kaitannya dengan kepemimpinan Non-Muslim. Kelompok pertama yang memaknai kata awliya’ sebagai pemimpin dan secara tegas melarang untuk memilih pemimpin Non Muslim. Kelompok kedua memaknai kata awliya’ sebagai pemimpin namun dalam relitasnya masih mempertimbangkan kondisi sosial. Kelompok ketiga memaknai awliya’ bukan sebagai pemimpin. Kelompok keempat adalah kelompok yang tidak memahami konsep awliya’ dalam Al-Qur’an.