This research analyzes the importance of fostering positive character development in Generation Z and Alpha growing up in a transformative digital ecosystem. The contemporary socio-technological dynamics have resulted in significant changes in the construction of identity, interaction patterns, and value orientations of both generations, creating challenges and opportunities in the character education process. Islamic Religious Education (PAI) provides an epistemological and methodological foundation based on tawhid to build strong personal integrity through the application of prophetic learning strategies inspired by the prophetic biography, including uswatun hasanah, ta'widiyah, and ta'ziz al-qiyam. Comparative analysis shows that the distinctive characteristics of both generations require a pedagogical approach that is adaptive, contextual, and integrated within the digital ecosystem, taking into account their visual-experiential learning preferences and collaborative orientation. This study concludes that the tri-central synergy of education is crucial in creating a coherent educational environment. Furthermore, the development of transformative learning models that integrate Islamic values with 21st-century competencies is necessary to produce resilient, integrity-driven Muslim generations capable of making constructive contributions in a global context, without compromising their Islamic identity. Abstrak Penelitian ini menganalisis pentingnya pembentukan karakter positif pada Generasi Z dan Alpha yang berkembang dalam ekosistem digital yang transformatif. Dinamika sosio-teknologis kontemporer telah mengakibatkan perubahan signifikan dalam konstruksi identitas, pola interaksi, dan orientasi nilai kedua generasi, menciptakan tantangan dan peluang dalam proses pendidikan karakter. Pendidikan Agama Islam (PAI) menyediakan dasar epistemologis dan metodologis yang berlandaskan tauhid untuk membangun integritas pribadi yang kuat melalui penerapan strategi pembelajaran profetik yang terinspirasi oleh sirah nabawiyah, termasuk uswatun hasanah, ta'widiyah, dan ta'ziz al-qiyam. Analisis komparatif menunjukkan bahwa karakteristik distingtif kedua generasi memerlukan pendekatan pedagogis yang adaptif, kontekstual, dan terintegrasi dalam ekosistem digital, dengan mempertimbangkan preferensi belajar visual-eksperiensial serta orientasi kolaboratif mereka. Studi ini menyimpulkan bahwa sinergi tri-sentral pendidikan sangat penting dalam menciptakan lingkungan edukatif yang koheren. Selain itu, pengembangan model pembelajaran transformatif yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan kompetensi abad ke-21 diperlukan untuk menghasilkan generasi Muslim yang resilien, berintegritas, dan mampu memberikan kontribusi konstruktif dalam konteks global, tanpa mengurangi identitas keislamannya.