Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

MARKETING STRATEGY FOR TAMAKREASI MINIGP EVENT Mohammad Fahreza; Yuanita Indriani
Jurnal Co Management Vol. 1 No. 1 (2019): Jurnal Ilmiah Manajemen dan Ilmu Sosial : Co-Management
Publisher : IKOPIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (577.004 KB) | DOI: 10.32670/comanagement.v2i1.168

Abstract

Euphoria of race event in Indonesia are very big and have many opportunity to make profit. With more than one million productive young people, Bandung has the big market target to fulfill the passion and enthusiastic race lovers. And also the growth sales of the motorcycle make and supporting component to the continuity progress on its demand highly contributing for the race event.Tamakreasi is a company based in Jakarta as a company in MICE (meetings, incentives, conferencing, exhibitions) industry. Their second MiniGP event will be held in Bandung in uncommon event place because they could not find an appropriate trade center or mall like their first event in Jakarta. That is why the probability of low traffic is considering high in their second event in Bandung. Internal analysis consists of STP and Marketing Mix analysis. On STP analysis, author found out that Tamakreasi MiniGP event targeted the costumers who lived in Bandung, like to watch unique motorcycle 208 Co-Management Vol. I, No. 2, Juni 2019race event, minimum education is high school, male gender, almost all generation, and living their lives as above middle social class. On marketing mix analysis, author found out that Tamakreasi want to deliver unique race competition experience both for their visitors and for their sponsors. External analysis consist of Porter 5 force analysis. What author found on Porter 5 forces analysis is that competitiveness tension of this industry is high, because from 5 forces there are three forces that considering high which are threat of substitutes, bargaining power of suppliers, and industry rivalry. Root caused analysis addressed three problems and two sub-problems, they are limited marketing communication activities, people did not familiar with their next venue in Bandung, and race circuit is in uncommon event space. Tamakreasi use marketing communication tools that combined as their promotional mix to solve these problems.To fix these problems, Tamakreasi use marketing communication tools which consists of Advertising, Public Relation, and Social Media. Advertising channel consists of brochure, x-banner, and billboard. Public relation channel consists of radio, TV, magazine, newspaper, and community. Social media channel consists of Facebook fan page, Instagram, youtube channel, and buzzer or social media influencer. The combination between all of these marketing communication tools called promotional mix. Promotional mix used as the strategy to overcome the issue that Tamakreasi face.
Kajian Media Online: Best Practice Manajemen Badan Usaha Milik Desa Dalam Menciptakan Ekonomi Inklusif : Kasus BUMDES Ponggok Tirta Mandiri Klaten Jawa Tengah Ami Purnamawati; Yuanita Indriani
Coopetition : Jurnal Ilmiah Manajemen Vol. 12 No. 2 (2021): Coopetition: Jurnal Ilmiah Manajemen
Publisher : Program Studi Magister Manajemen, Institut Manajemen Koperasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32670/coopetition.v12i2.453

Abstract

One of Indonesia policies to strengthen village economy is founding a village company owned by a smallest local government as the implementation of the Law No 32/2004 concerning Regional Administration. As the new economic institution, some villages still face many obstacles for understanding and implementing the law, finding business ideas, not to mention human resources as well as effective management. Ponggok Village managing its company effectively and creating inclusive economy is urgent to study as the best practice. It manages some business units (fish pond rent, convention hall, event organizer, mini market, family tourist attraction and underwater tourist attraction). In 2018 Tirta Mandiri – the name of the company - gained 16 billion rupiahs. It relies on the underwater attraction, as the main income. By using qualitative method, the online media news contents of the success were analyzed. The results show the potencies of initiating the water attraction business are the political will of the village head, natural resources and cooperation with a university; while people awareness, limited human resources and financial capital are the obstacles. The milestone of underwater attraction popularity begins by a visitor’s promotion on social media and other effective managements are the cooperation with a bank and implementation of people ownership policy. Those cause some progressive outputs which are the business management is getting improved; therefore it can hire more employees, is able to complete the facilities, and to conduct people welfare based programs. For maintaining the developed business existence, the stakeholders’ commitment, competence, consistence and creativity must be put on the first place.
Koperasi Sebagai Wahana Pembelajaran, Serta Pembentukan Perilaku Berkoperasi: Studi Kasus Pada Koperasi Mahasiswa Kota Bandung Yuanita Indriani
Coopetition : Jurnal Ilmiah Manajemen Vol. 12 No. 3 (2021): Coopetition: Jurnal Ilmiah Manajemen
Publisher : Program Studi Magister Manajemen, Institut Manajemen Koperasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32670/coopetition.v12i3.750

Abstract

University Students, are millennials, which makes up almost 60 percent of the total population of Indonesia, do not understand and are not interested in cooperatives, even though the founders of the nation emphasized that the most suitable economic structure for the Indonesian people is cooperatives. There are indications that students' interest in cooperating through Student Cooperatives is still minimal. Some of the questions that arise are: why Student Cooperatives are not attractive to students, whether Student Cooperatives is a good place to learn cooperative values, and whether students who have joined the cooperative have a preference for developing cooperatives in the future. This study uses quantitative methods, the locus of research is the city of Bandung, the number of Kopma samples is 5, determined purposively. Research respondents were students (as members, administrators and supervisors as well as managers). The results showed that Kopma had provided cooperative experiences for its members, and the experiences gained were in the form of negative experiences and positive experiences; Students who get positive experiences from Student Cooperatives have a high tendency to replicate cooperative activities in the community.
CAPACITY BUILDING BAGI PETUGAS PENYULUH KOPERASI LAPANGAN (PPKL) : (Program Perkuatan Bagi PPKL yang Ditugaskan di Provinsi Jawa Barat) Yuanita Indriani
E-Coops-Day Vol. 1 No. 1 (2020): E-Coops-Day : Jurnal Ilmiah Abdimas
Publisher : LPPM Universitas Koperasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.126 KB)

Abstract

Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) adalah personil yang direkrut dan diangkat oleh Kementerian Koperasi dan UKM RI yang ditempatkan dan diberi tugas khusus untuk menjalankan tugas pendampingan dan pembinaan dalam upaya mengembangkan koperasi di seluruh NKRI. Peran dan fungsi PPKL menjadi sangat penting dan perlu mengingat berbagai hal, diantaranya adalah: keterbatasan jumlah SDM Kementerian Koperasi dan UKM di tingkat pusat serta jumlah SDM pada Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Penyuluhan adalah proses pendidikan, proses komunikasi dan proses perubahan, dengan demikian, seorang Penyuluh koperasi haruslah seorang pendidik, komunikator dan penggerak. Dengan demikian, PPKL harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, baik dari aspek pengetahuan dan pemahaman tentang perkoperasian, kemampuan berkomunikasi serta kemampuan untuk melakukan persuasi kepada anggota koperasi dan masyarakat untuk berubah ke arah yang lebih baik dan telah ditentukan serta disepakati bersama. Di lain pihak PPKL memiliki latar belakang yang sangat beragam, baik latar belakang pendidikan formalnya maupun pengalamannya, sehingga pengetahuan dan pemahaman nya terhadap koperasi juga beragam, dan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugasnya diperlukan kegiatan penguatan dalam bentuk kegiatan Capacity Building bagi tenaga PPKL. Output kegiatan ini adalah terbangunnya kompetensi 130 orang PPKL yang ditempatkan di Provinsi Jawa Barat. Outcome kegiatan adalah tercapainya berbagai indikator kinerja PPKL, melaluipenetapan tujuan yang lebih jelas dan terukur, pelaksanaan bimbingan dan dampingan yang lebih efektif, serta pelaporan hasil kerja yang lebih baik. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan kegiatan adalah pelatihan yang dilakukan secara klasikal yang terdiri dari materi pengantar, materi inti dan materi pendukung. Kegiatan capacity building diikuti dengan kegiatan Konsultasi Manajemen Koperasi.
BIMBINGAN TEKNIS PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA KOPERASI: Kasus Pembinaan Sumber Daya Manusia Koperasi Di Kabupaten Bandung Yuanita Indriani
E-Coops-Day Vol. 1 No. 2 (2020): E-Coops-Day : Jurnal Ilmiah Abdimas
Publisher : LPPM Universitas Koperasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.162 KB)

Abstract

Kabupaten Bandung sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang lokasinya sangat berdekatan dengan pusat pemerintahan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, memiliki karakteristik penduduk yang relatif sama dengan masyarakat Jawa Barat pada umumnya. Rata-rata lama sekolah (RLS) Kabupaten Bandung pada tahun 2017 menunjukkan pendidikan formal yang ditempuh oleh rata-rata masyarakat hanya sampai tingkat Sekolah Lanjutan Pertama (SLP), dan kondisi lebih buruk terjadi pada sekitar 30 hingga 50 tahun lampau. Terdapat korelasi positif antara tingginya tingkat pendidikan formal dengan kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan berbagai dinamika dan perubahan lingkungan mikro dan makro, termasuk di dalamnya dalam memanfaatkan teknologi informasi dan jejaring kerjasama usaha. Dalam kaitannya dengan Sumber Daya Manusia (SDM) koperasi, diperlukan upaya peningkatan pengetahuan praktis berkoperasi bagi insan koperasi yang memiliki keterbatasan latar belakang pendidikan formal. Karena pendidikan formal yang telah ditempuh oleh para Pengurus Koperasi di Kabupaten Bandung adalah sesuatu yang telah terjadi, di lain pihak dinamika dan perubahan terus terjadi dengan sangat pesat, maka untuk mengantisipasi dan mempersiapkan SDM Koperasi, diperlukan tindakan pengayaan pengetahuan dan praktik berkoperasi yang baik dan benar melalui kegiatan bimbingan teknis. Output bimbingan teknis ini adalah meningkatnya pengetahuan berkoperasi dari 81 orang Pengurus Koperasi di Kabupaten Bandung, khususnya dalam mengukur potensi dan pengembangan usaha koperasi, pembukuan dan akuntansi koperasi yang terstandar dan sesuai dengan aturan yang berlaku serta strategi menghantarkan manfaat tertinggi bagi anggotanya. Bimbingan teknis ini dilaksanakan dengan menggunakan metode klasikal, dengan teknik penyampaian materi yang beragam yaitu ceramah, diskusi, role playing dan bedah kasus koperasi. Simpulan dari kegiatan bimbingan teknis ini adalah bahwa bimbingan teknis yang telah diselenggarakan dapat dikatakan efektif, hal ini terlihat hasil post test yang menunjukkan peningkatan pengetahuan peserta bimbingan teknis. Rekomendasi yang disampaikan adalah bahwa bimbingan teknis ini selayaknya dilakukan secara terus menerus dan merupakan kesatuan dengan kegiatan pendampingan.
Capacity Building Bagi Pembina Koperasi: Program Perkuatan Bagi Aparatur Sipil Negara Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Bandung - Provinsi Jawa Barat Yuanita Indriani
E-Coops-Day Vol. 2 No. 1 (2021): E-Coops-Day : Jurnal Ilmiah Abdimas
Publisher : LPPM Universitas Koperasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (711.867 KB) | DOI: 10.32670/ecoopsday.v2i1.462 for articles

Abstract

Tujuan dan sasaran pembinaan dan pengembangan koperasi dan UMKM oleh Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bandung adalah untuk meningkatkan tata kelola kelembagaan dan usaha koperasi yang lebih baik, meningkatkan kontribusi koperasi dan UMKM dalam sektor ekonomi dan meningkatkan daya saing. Sasarannya adalah meningkatnya tatakelola kelembagaan, Meningkatkan usaha dan meningkatkan produktivitas meningkatkan standarisasi dan perlindungan produk koperasi dan UMKM. Setiap elemen dalam struktur organisasi Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bandung merupakan sebuah sistem yang terkait erat satu dengan lainnya, oleh karena itu komunikasi, koordinasi dan sinkronisasi kerja di antara elemen tersebut harus terselenggara dengan sangat baik dan efektif. Hasil evaluasi dan pengamatan awal menunjukkan adanya potensi masalah dalam koordinasi dan sinkronisasi kerja di antara elemen dalam struktur organisasi, oleh karena itu dianggap perlu dan penting untuk dilakukan kegiatan pencairan yang dikemas dalam kegiatan Capacity Building bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bandung. Kegiatan ini diharapkan menjadi salah satu solusi dari permasalahan komunikasi, koordinasi dan sinkronisasi kerja di antara aparat dalam upaya meningkatkan capaian tujuan dan sasaran Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bandung.
Membangun Kepercayaan Diri Pengurus Menuju Koperasi Maju Dan Modern : Bimbingan Teknis dalam Upaya Mewujudkan Koperasi Maju dan Modern di Kota Depok Yuanita Indriani
E-Coops-Day Vol. 2 No. 2 (2021): E-Coops-Day : Jurnal Ilmiah Abdimas
Publisher : LPPM Universitas Koperasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32670/ecoopsday.v2i2.915 for articles

Abstract

Sebagai sebuah badan usaha, koperasi dituntut untuk dapat menjalankan fungsi dan perannya dalam memenuhi kebutuhan anggota secara profesional dan efisien. Dengan demikian koperasi harus mampu membangun jejaring kerjasama usaha baik secara vertikal, horizontal maupun diagonal. Kemampuan Pengurus untuk membangun jejaring usaha, sangat dipengaruhi oleh kepercayaan diri Pengurus dalam menjalin jaringan kerjasama, yang ditentukan oleh sejauhmana kesadaran, kemauan dan kemampuan Pengurus untuk berubah dan menciptakan manfaat koperasi bagi anggotanya dan mengelola koperasi yang adaptif terhadap perubahan dengan baik dan profesional. Upaya awal memengaruhi Pengurus untuk melakukan perubahan, dilakukan dengan memberikan wawasan kondisi perusahaan yang adaptif terhadap perubahan, demikian halnya, koperasi pun harus dapat mengantisipasi berbagai perubahan, untuk itu Pengurus koperasi harus mau dan mampu berubah dalam mengelola dan menjalankan usaha koperasi agar koperasi mampu beradaptasi dengan dinamika perubahan dan mampu memberikan manfaat terbaik bagi anggotanya. Kegiatan penyuluhan sebagai upaya meningkatkan kesadaran Pengurus untuk berubah menjadi tujuan utama kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini.
Bimbingan Teknis Peningkatan Kemampuan Bernegosiasi Bagi Pengurus Koperasi Penyelenggara Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Di Kabupaten Bandung Yuanita Indriani
E-Coops-Day Vol. 3 No. 1 (2022): E-Coops-Day : Jurnal Ilmiah Abdimas
Publisher : LPPM Universitas Koperasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (698.375 KB) | DOI: 10.32670/ecoopsday.v3i1.1400 for articles

Abstract

Integrasi antar koperasi penyelenggara kegiatan usaha simpan pinjam merupakan strategi yang paling sesuai dengan peningkatan skala ekonomi koperasi yang pada praktiknya dapat ditempuh melalui berbagai cara, di antaranya adalah dengan meningkatkan jumlah anggota dan membangun jejaring kerjasama usaha antar koperasi baik secara horizontal, vertikal, maupun diagonal. Permasalahan yang sering muncul pada upaya koperasi untuk membangun jejaring kerjasama, adalah kemampuan Pengurus untuk bernegosiasi. Bimbingan Teknis ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengurus dalam bernegosiasi untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam bernegosiasi secara efektif. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan teknis ini, adalah gabungan dari beberapa metode yang dianggap paling tepat dan dapat meningkatkan efektivitas pelaksanaan bimbingan teknis, yaitu ceramah, diskusi, contoh kasus dan praktik bernegosiasi. Bimbingan teknis ini dapat dikatakan berhasil, yang ditunjukkan oleh kehadiran, keaktifan dan antusiasme peserta serta hasil penilaian pre-test dan post-test.
Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Koperasi Bagi Pengurus Koperasi: Program Perkuatan Bagi Pengurus Koperasi di Kota Cimahi - Provinsi Jawa Barat Yuanita Indriani
E-Coops-Day Vol. 3 No. 2 (2022): E-Coops-Day : Jurnal Ilmiah Abdimas
Publisher : LPPM Universitas Koperasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (755.686 KB) | DOI: 10.32670/ecoopsday.v3i2.2428 for articles

Abstract

Koperasi sebagai salah satu pelaku ekonomi di Indonesia dituntut untuk dapat memainkan perannya dengan baik, terlebih koperasi mengemban tugas untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan sekaligus menjadi gerakan ekonomi masyarakat. Adaptasi koperasi terhadap berbagai perubahan yang sangat dinamis dan tidak terhindarkan, mengharuskan koperasi melakukan berbagai terobosan, agar koperasi dapat tetap eksis bahkan terus tumbuh dan berkembang dalam upaya memenuhi kebutuhan anggotanya. Peningkatan kapasitas Pengurus dalam pengelolaan organisasi dan usaha koperasi di tengah perubahan yang cenderung tidak menentu dapat dilakukan melalui bimbingan teknis. Output kegiatan bimbingan teknis peningkatan kapasitas pengelolaan koperasi bagi pengurus adalah meningkatnya pengetahuan para pengurus koperasi di wilayah Kota Cimahi agar menyadari bahwa kondisi tengah berubah, dan koperasi perlu segera beradaptasi terhadap perubahan tersebut agar koperasi dapat tetap melayani dan memenuhi kebutuhan anggotanya dengan baik. Bimbingan teknis berjalan lancar dan baik, hal ini ditunjukkan oleh antusiasme para Pengurus sebagai peserta bimbingan teknis dalam mengikuti setiap sesi bimbingan teknis dengan antusias dan aktif. Simpulan dari kegiatan teknis ini diantaranya adalah bahwa Koperasi yang menjadi peserta pelatihan telah mulai melakukan berbagai langkah perubahan dalam melakukan pelayanan kepada anggotanya, diantaranya dengan melakukan layanan melalui aplikasi WhatsApp, bahkan ada juga yang telah memanfaatkan aplikasi
Sosialisasi Perkoperasian bagi Notaris Pembuat Akta Koperasi Provinsi Jawa Barat dalam Peningkatan Pemahaman Tentang Perkoperasian Yuanita Indriani
E-Coops-Day Vol. 4 No. 1 (2023): E-coops-day : Jurnal Ilmiah Abdimas
Publisher : LPPM Universitas Koperasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55904/ecoopsday.v4i1.3113 for articles

Abstract

Cooperatives as one of the economic actors in Indonesia are required to be able to compete with other economic actors. Therefore, as a business entity, cooperatives need to obtain certainty and equal legal standing with other economic actors. In this case, the establishment and drawing up of a cooperative deed is carried out by a Notary, as with the establishment of other legal entities. TheDecree of the State Minister for Cooperatives and Small and Medium Enterprises of the Republic of Indonesia Number 98 of 2004, confirms that a Notary is an official who has the authority to make deeds of establishment and other deeds related either directly or indirectly to cooperative organizational and business activities. To increase the effectiveness of increasing the competitiveness of cooperatives through the availability of legal standing’ Cooperatives are the same as other business actors, so the Notary who makes cooperative deeds needs to understand the characteristics of cooperative organizations as a socio-economic system and is also required to become a community economic movement. An understanding of the characteristics of the cooperative organization is used as the basis or basis for notaries to make the deed of establishment of cooperatives, however, when making the deed of establishment of cooperatives or other deeds related to cooperatives, the deed maker must have a good understanding of cooperatives because the deed made will have legal force and must be legally accountable. For this reason, a cooperative socialization program was implemented for Notaries who make Cooperative Deeds.