Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Komposisi Kimia Pencemar Partikulat Kasar dan Halus di DKI Jakarta Pada Musim Hujan dan Musim Kemarau Driejana Driejana; Andi Iin Nindy Karlinda Kadir; Muhayatun Santoso
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 18, No 3 (2020): November 2020
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.18.3.522-530

Abstract

Partikulat yang memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia dikategorikan berdasarkan ukurannya yaitu PM10 berukuran <10 μm dan PM2.5 berukuran <2,5 μm.  Dampak terhadap kesehatan akan semakin besar pada ukuran partikulat yang semakin kecil, serta tergantung pada komposisi kimia yang dikandungnya. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui perbedaan komposisi kimia partikulat halus (PM2.5) dan partikulat kasar (PM10-2,5) pada musim hujan dan musim kemarau, serta sumber-sumber pengemisinya. Sampling dilakukan di DKI Jakarta menggunakan alat Gent stacked filter sampler unit pada musim hujan. Hasil pengukuran total massa partikulat dan komposisinya dibandingkan dengan pengukuran pada studi sebelumnya yang dilakukan pada musim kemarau. Massa partikulat ditentukan menggunakan alat neraca semi Mikro Mettler Toledo. Untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung di dalam filter kasar maupun halus digunakan Epsilon 5 EDXRF spectrometer. Analisis korelasi pada komposisi kimia digunakan untuk memprediksi sumber-sumber pengemisi. Hasil perhitungan konsentrasi rata-rata PM2,5 dan PM10-2,5 lebih rendah pada musim hujan dibandingkan dengan pada musim kemarau. Konsentrasi rata-rata partikulat halus di musim hujan adalah sebesar 15,31±0,41 µg/m3 dan partikulat kasar sebesar 28,69±0,56 µg/m3 sedangkan di musim kemarau sebesar 26,76±0,22 µg/m3 dan 35,05±0,28 µg/m3.  Hasil uji t menunjukan bahwa pada musim hujan dan musim kemarau terdapat perbedaan yang signifikan pada komponen kimia penyusun partikulat halus, yaitu BC, Al, Si, S, K, Ca, Ti, Ni, Zn, As.  Untuk partikulat kasar unsur yang menunjukkan perbedaan signifikan adalah Al, Si, S, K, Ca, V, Ni, Cu, As, Cl. Perbedaan konsentrasi rata-rata ini kemungkinan disebabkan oleh terjadinya deposisi basah. Berdasarkan analisis sumber pencemar,  PM2,5 ¬diprediksi berasal dari debu tanah/soil, emisi kendaraan dan pembakaran biomassa serta industri, sedangkan PM(10-PM2,5) bersumber dari garam-garam lautan (sea salt), debu tanah, dan industri.ABSTRACTParticulate matters (PM) have negative impacts on the environment and human health. PM were categorized based on their size, namely PM10 with size <10 μm (coarse) and PM2,5 with size <2.5 μm (fine). The impact on health will be greater at the smaller particulate size, and depending on their chemical composition. This study is focused on the chemical composition of fine and coarse particulate matter in the rainy and dry seasons as well as their potential sources. Sampling was carried out in DKI Jakarta using a Gent stacked filter sampler unit during the rainy season. The measurement results of total particulate mass and its composition were compared with measurements of a previous study conducted during the dry season. The particulate mass was determined using a Mettler Toledo semi-balance instrument. Furthermore, to determine the elements contained in the coarse and fine filters, an Epsilon 5 EDXRF spectrometer was used. Correlation analysis of the chemical composition were used to predict the emission sources. The results demonstrated that the average concentration of PM2,5 and PM(10-2,5) were lower in the rainy season than in the dry season. The average concentration of fine particulates in the rainy season was 15,31 ± 0,41 µg/m3 and coarse particulates was 28,69 ± 0,56 µg/m3. In the dry season it was 26,76 ± 0,22 µg/m3 and 35,05 ± 0,28 µg/m3. The t-test result showed that there was a significant difference between fine particles composition in the rainy season, particularly for BC, Al, Si, S, K, Ca, Ti, Ni, Zn, As. For coarse particulates, the elements that show significant differences were Al, Si, S, K, Ca, V, Ni, Cu, As, Cl. The concentration difference was likely due to wet deposition. Based on the analysis of pollutant sources, PM2,5 was predicted to come from soil dust, vehicle emissions and combustion of biomass and fuel industry, while PM (10-PM2,5) (coarse particles) came from sea salt, ground dust, and industry.
KUALITAS SANITASI LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL MASYARAKAT DI KELURAHAN TAIPA KOTA PALU Pratiwi, Anita; Andi Iin Nindy Karlinda Kadir; Awwalini Maghfirah Salim; Darasita Zahra Dayanun; M.Marjan; Alricha
Hexagon Vol 6 No 2 (2025): Vol. 6 No. 2 (2025): HEXAGON - Edisi 12
Publisher : Fakultas Teknologi Lingkungan dan Mineral - Universitas Teknologi Sumbawa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36761/hexagon.v6i2.5806

Abstract

Sanitasi lingkungan yang baik merupakan bagian penting dalam menciptakan kualitas hidup masyarakat yang sehat dan aman. Kelurahan Taipa di Kota Palu mengalami perkembangan infrastruktur dan jumlah penduduk yang cukup pesat, namun masih terdapat tantangan dalam aspek sanitasi dan pengelolaan limbah rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi sanitasi lingkungan masyarakat di Kelurahan Taipa serta dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Metode penelitian yang digunakan yakni deskriptif kuantitatif dengan pendekatan survei terhadap 512 kepala keluarga, yakni observasi lapangan, wawancara, dan kuesioner. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat menggunakan sumur bor sebagai sumber air bersih dan air minum, dengan penggunaan air PDAM yang masih terbatas. Hampir seluruh rumah tangga telah memiliki jamban sehat dan menggunakan tangki septik sebagai tempat pembuangan tinja. Namun, pengelolaan minyak jelantah dan kegiatan pembakaran sampah masih menjadi isu lingkungan yang memerlukan perhatian. Sebagian besar lantai dan dinding rumah telah memenuhi standar kesehatan lingkungan. Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun sanitasi dasar telah dikategorikan cukup baik, masih dibutuhkan upaya edukasi dan perbaikan sistem pengelolaan limbah agar kesehatan lingkungan masyarakat dapat terjaga secara berkelanjutan.
Analisis Hubungan Total Suspended Particulate (TSP) Dan Kecepatan Angin Di Jalan Raya Kota Makassar Salim, Awwalini Maghfirah; Pratiwi, Anita; Dayanun, Darasita Zahra; Pratiwi, Siti Rahmatia; Kadir, Andi Iin Nindy Karlinda; Alricha
Hexagon Vol 6 No 2 (2025): Vol. 6 No. 2 (2025): HEXAGON - Edisi 12
Publisher : Fakultas Teknologi Lingkungan dan Mineral - Universitas Teknologi Sumbawa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36761/hexagon.v6i2.5838

Abstract

Aktivitas transportasi yang menggunakan kendaraan berbahan bakar fosil menyumbang pencemaran udara dalam bentuk gas dan partikel. Kualitas udara yang buruk di wilayah perkotaan umumnya disebabkan oleh tingginya kadar polutan dari emisi gas buang kendaraan, baik milik pribadi maupun umum. Salah satu kota yang mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah kendaraan adalah Kota Makassar. Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor berdampak pada meningkatnya emisi yang mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan masyarakat. Salah satu jenis polutan yang dihasilkan kendaraan bermotor adalah Total Suspended Particulate (TSP). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat konsentrasi TSP dalam udara ambien serta hubungannya dengan kecepatan angin. Data diperoleh melalui pengukuran langsung menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS). Penelitian dilakukan pada enam ruas jalan di Kota Makassar selama tiga waktu sibuk (peak hour) setiap harinya di masing-masing lokasi. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi TSP tertinggi mencapai 398,67 ?g/Nm³, yang tercatat di Jalan Perintis Kemerdekaan. Angka ini melebihi ambang batas kualitas udara ambien berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999. Analisis korelasi antara kecepatan angin dan konsentrasi TSP menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat, dengan nilai korelasi sebesar 0,709.