Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

SIBLING RELATIONSHIPS IN LOUISA MAY ALCOTT LITTLE WOMEN (1868) Syarifah, Syarifah; Rosalina, Afni; Sinaga, Raffles Marinato; Wulandari, Ika
JOURNAL OF LAW AND GOVERNMENT SCIENCE Vol 10, No 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan sifat hubungan persaudaraan karakter utama dalam novel Little Women karya Louisa May Alcott. Novel ini dipilih sebagai sumber data karena mengandung genre psikologis dan merepresentasikan sifat-sifat hubungan persaudaraan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan teori kepribadian Sigmund Freud dengan pendekatan psikologi sastra, terkait dengan teori hubungan persaudaraan oleh Nina Howe. Teori Howe membagi hubungan persaudaraan menjadi empat sifat: intimasi, keserasian, kesetiaan dan kecemburuan. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif yang berfokus pada bahasa yang mengandung pemikiran, sikap dan tindakan karakter yang membentuk dialog antar karakter sebagai sumber data melalui langkah-langkah pengumpulan data, tampilan data, identifikasi data dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intimasi dalam hubungan persaudaraan ditunjukkan oleh Beth, keserasian tercermin baik oleh Meg dan Jo yang memiliki perspektif sama dengan Amy dan Beth, dan kesetiaan terlihat jelas ketika Jo memilih untuk memaafkan Amy sebagai saudarinya dan melepaskan kemarahannya; yang terakhir adalah kecemburuan yang jelas terlihat oleh Amy ketika ia secara terus terang mengatakan bahwa semua saudara perempuannya tidak menderita sebanyak dirinya, namun kecemburuan tersebut tidak bertahan lama.Kata Kunci: sibling relationship, intimacy, congeniality, loyalty, jealousyThis research aims to highlight the natures of sibling relationships of main character found in the novel Little Women by Louisa May Alcott The novel is chosen as the source of data because this novel has psychological genre and represents the natures of sibling relationship. The study is conducted based on  personality theory of  Sigmund Freud under the approach of psychology of literature,  connected to the sibling relationships theory by Nina Howe. Howe’s theory divides sibling relationships into four natures; they are intimacy, congeniality, loyalty and the last is jealousy. The method used in this study is descriptive qualitative method focused on the language containing thought, attitude, and action of the characters forming dialogues among the characters as the source of data through the steps as   data collection, data display, data identification and conclusion. The results show that intimacy in sibling relationship is shown by Beth, congeniality is reflected well by Meg and Jo having the same perspective with Amy and Beth, and loyalty is well seen when Jo chooses to forgive Amy as her sister and let her anger go away for she choose to stay when she can go away; the last is jealousy that is clearly seen by Amy when she straightforwardly says that all of her sisters do not suffer as much as she, but that jealousy does not last longer.Keywords: sibling relationship, intimacy, congeniality, loyalty, jealousy
VIOLENCE AGAINST WOMEN IN KHALED HOSSEINI’S NOVEL A THOUSAND SPLENDID SUNS Rosalina, Afni; Syarifah, Syarifah; Marianto, Raffles; Herawati, Herawati
JOURNAL OF LAW AND GOVERNMENT SCIENCE Vol 10, No 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menganalisis bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan dalam novel A Thousand Splendid Suns karya Khaled Hosseini dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif karena isu-isu yang diangkat terkait dengan masalah sosial terutama tindakan yang dilakukan oleh anggota masyarakat dalam menangani perlakuan terhadap perempuan. Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan terus menjadi epidemi global yang membunuh, menyiksa, dan melukai, secara fisik, psikologis, seksual, dan ekonomi. Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan merupakan salah satu pelanggaran hak asasi manusia yang paling meluas, yang mengingkari kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam hal keamanan, martabat, harga diri, dan hak mereka untuk menikmati kebebasan fundamental. Elemen kunci dari kekerasan dalam rumah tangga adalah ketidaknyamanan yang dialami perempuan dalam hubungan tertentu. Teori feminis yang menyatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan meliputi pengalaman perempuan, kualitas dalam kesetaraan, perbedaan, seksualitas, patriarki, dan dominasi digunakan sebagai dasar penelitian. Temuan penelitian menunjukkan bahwa ada tiga bentuk kekerasan dalam rumah tangga: kawin paksa, kekerasan dalam rumah tangga, dan penganiayaan. Kawin paksa dipicu oleh tradisi dan ideologi keluarga dan turunannya adalah kekerasan dalam rumah tangga dan penganiayaan. Dengan ini terlihat bahwa ketiga bentuk kekerasan tersebut saling terkait.Kata kunci: perkawinan paksa, kekerasan dalam rumah tangga, penganiayaan.The research is aimed at proving and analyzing forms of violence against women in the novel A Thousand Splendid Suns written by Khaled Hosseini by means of descriptive qualitative method as the issues are related to social matters especially the actions taken by members of society dealing with the treatments to women. Violence against women and girls continues to be a global epidemic that kills, tortures, and maims, physically, psychologically. sexually and economically. It is one of the most pervasive violations of human rights, denying equality between men and women in terms of security, dignity. self-worth, and their right to enjoy fundamental freedoms. The key element of domestic violence is inconvenience experienced by women in certain relationships. Feminist theory stating that violence against women cover women's expesience, quality in equality, difference, sexuality patriarchy and domination is used as the base of the research. The findings show that there are three forms of domestic violence: forced marriage, domestic violence and abuse. Forced marriage is triggered by tradition and family ideology and the derivates are domestic violence and abuse. By this it is seen that the three forms of violence are inter-related.Keywords: forced marriage, domestic violence, abuse.
EDUKASI PENCEGAHAN BULLYING PADA SISWA SD NEGERI 03 DESA SUMBER MAKMUR MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN EDUKATIF Wulandari, Cindi Putri; Mayfarah, Winda; Asrilda, Ayu Lestari; Yanti, Puja Irma; Dewi, Ratna Sari; Kristiana, Vera; Rosalina, Afni
Prioritas: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 7 No. 02 (2025): EDISI SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Harapan Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bullying merupakan salah satu bentuk kekerasan yang sering terjadi di lingkungan sekolah dasar dan dapat berdampak negatif terhadap perkembangan psikologis maupun akademik siswa. Edukasi tentang pencegahan bullying perlu diberikan sejak dini dengan metode yang menarik dan sesuai usia. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan memberikan pemahaman kepada siswa SDN 03 Desa Sumber Makmur tentang bahaya bullying dan cara mencegahnya melalui pendekatan permainan edukatif. Metode pelaksanaan mencakup penyuluhan interaktif, diskusi kelompok, dan permainan edukatif seperti “Tebak Aksi Anti- Bullying”, Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pemahaman siswa tentang konsep bullying, dampaknya, serta sikap untuk menghindarinya. Pendekatan permainan edukatif terbukti efektif dalam menarik perhatian siswa dan membuat proses belajar lebih menyenangkan. Program ini diharapkan menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman.
Discourse Criticism in Social Media: A Critical Discourse Analysis of Youth Identity Representation on Instagram Rosalina, Afni; Suhadi, Jumino; Pratiwy, Devi
Journal of English Language and Education Vol 10, No 6 (2025)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jele.v10i6.1644

Abstract

This study aims to examine how youth identities are represented within social media discourse, particularly on the Instagram platform. Employing Critical Discourse Analysis (CDA) based on Norman Fairclough’s framework, this research explores the relationship between language, power, and ideology in the production and consumption of digital content. The data were collected from Instagram posts and captions that depict Indonesian youths’ lifestyle, self-expression, and social image. The findings reveal that youth identity representations on Instagram are often constructed through consumptive symbols, visual aesthetics, and narratives of freedom and authenticity. However, beneath these narratives lie the hegemonic influence of popular culture and social pressure to perform an idealized self-image. The study concludes that social media functions not merely as a space for self-expression but as an arena of discursive struggle where meanings and power relations shape youth identities. This research contributes to critical discussions on how digital media mediates the construction of identity in contemporary society.