Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Peran Organisasi Massa Perempuan (Muslimat Nu) dalam Mewujudkan Moderasi Beragama di Jember Syaikhu, Ach.; Syaifullah, M. Agus; Nilna Ghina, Nabila; Ratu Balqis, Rizqiyah
AS-SUNNIYYAH Vol 1 No 02 (2022): Maret
Publisher : UAS PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perempuan merupakan salah satu unsur penting dalam mewujudkan moderasi beragama. Perlibatan wanita secara aktif dalam usaha mewujudkan masyarakat beragama yang toleran juga sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan peran organisasi massa perempuan (Muslimat NU) dalam proses mewujudkan moderasi agama. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun hasil dari penelitian adalah peran Muslimat NU Cabang Jember telah menggambarkan cukup detail indikator utama kerukunan umat beragama yang terdiri atas toleransi, kesetaraan, dan kerja sama. Hal ini dapat terlihat dari program kerja PC Muslimat NU sendiri seperti adanya pengajian, dan rutinitas yang lain dan bentuk sinergitas bersama organisasi terkait untuk mewujudkan moderasi beragama seperti tergabungnya Muslimat NU Cabang Jember ke dalam forum Sila Emas.
Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Dipesantren Syaikhu, Ach; Ratu Balqis, Rizqiyah; Jauhari Faruq, Dukan
AS-SUNNIYYAH Vol 2 No 01 (2022): September
Publisher : UAS PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62097/assunniyyah.v2i01.1175

Abstract

Banyaknya kasus penyimpangan perilaku dikalangan remaja Indonesia adalah tanda bahwa lemahnya peran pendidikan dalam membangun karakter dan budaya bangsa dikalangan remaja. Pengembangan karakter dan budaya bangsa sangat penting untuk membentuk generasi bangsa agar ciri khas sopan santun nusantara tetap tercermin pada diri bangsa Indonesia. dapat dilihat disetiap lembaga pendidikan formal, nilai-nilai karakter budaya bangsa hanya digaungkan tanpa dilaksanakan sesuai dengan tradisi khas bangsa Indonesia. Tidak hanya pada pendidikan formal, pada lembaga pesantren pun sangat penting di adakan pengembangan karakter dan budaya bangsa. Pesantren merupakan salah satu pendidikan alternati yang masih relevan untuk melahirkan genersi yang berbudaya. Karena pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama saja, tetpi juga ilmu-ilmu umum yang bertujuan menyimbangkan kehidupan. Tanpa adanya keseimbangan karakter dan hilangnya nilai budaya maka sebuah bangsa akan terancam. Jurnal ini disusun dengan tujuan menjelaskan tentang pengembangan nilai karakter dan budaya pada pesantren. Metode yang digunakan deskriptif analitis terhadap konsep-konsep kunci. Analisis data dengan tehnik content analisis. Hasil penelitian merumuskan bahwa untuk mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat dilakukan apabila mengikuti empat cara, yaitu: 1). Keteraturan interior, 2) koherensi, 3) keteguhan, 4) kesetiaan. Sedangkan untuk mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa di pesantren dapat dilakukan jika pesntren tetap konsiste dalam: 1) membentuk manusia rabbani, yakni yang sempurna ilmu dan taqwanya kepada Allah SWT; 2) membina manusia-manusia unggul yang bashthatan fil ‘ilmi wal jismi; dan 3) pesantren mempersiapkan generasi yang tafaquh fiddin.
Penguatan Moderasi Beragama dan Kearifan Lokal Melalui Manajemen Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Sholihah, Mar’atus; In'Ratnasari, Khurin; Ratu Balqis, Rizqiyah
Pandalungan: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 1 No 2 (2023): April
Publisher : Universitas Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62097/pandalungan.v1i2.1427

Abstract

Radikalisasi di zaman teknologi ini tidak hanya menyasar para mahasiswa,namun juga mulai dikembangkan lebih luas lagi ke usia anak-anak. Pendoktrinan radikalisasi di usia-usia ini semakin berbahaya, dikarenakan nilai-nilai radikalisme akan lebih kuat melekat dalam alam bawah sadar mereka. Radikalisasi di dunia anak dibuktikan dengan berbagai data dari berita yang muncul terkait penanaman nilai radikasime di lingkungan anak pada beberapa tahun belakangan. Portal berita seperti Tempo, ABC dan Kompas sama-sama menunjukkan kepada masyarakat Indonesia bahwa radikalisasi anak sudah dimulai di jenjang pendidikan usia dini, bahkan. Anak-anak diajarkan oleh gurunya sendiri tentang cerita-cerita perang di Israel dan Palestina, serta tidak adanya upacara bendera dan cerita-cerita tentang kebudayaan setempat. Oleh karena itu tujuan daripendampingan ini yaitu Memberikan penguatan moderasi beragama dan kearifan lokal melalui manajemen core curriculum di Lembaga Pendidikan,metode pengabdian yang digunakan menggunakan PAR ( (Participatory Action Research). Hasil dari dampingan yaitu Bentuk penguatan moderasi beragama dapat dituangkan kedalam menajemen kurkulum MI dengan mata pelajaran, muatan local maupun kebiasaan embiasaan tersebut menjadi produk budaya siswa dan dapat dimanfaatkan dan diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat (pemberdayaan), Implikasi penguatan moderasi beragama dan kearifan lokal agar siswa yang memiliki budaya berpikir moderat dala, pemikiran, tingkah laku, maupun kebiasaan dalam lingkungan masyarakat.
Distraksi Digital Atau Kemerosotan Literasi Menjelajahi Peran Fomo Dalam Praktik Literasi Sekolah Dasar Ratu Balqis, Rizqiyah; Syaikhu, Ach
Auladuna: Jurnal Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Vol 5 No 2 (2023): Oktober
Publisher : Program Studi PGMI, Universitas Al Falah As Sunniyah Kencong Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62097/au.v5i2.1598

Abstract

Dalam era digital yang semakin berkembang, anak-anak usia sekolah dasar semakin terpapar pada teknologi yang menawarkan akses tak terbatas ke informasi dan interaksi sosial. Namun, kehadiran teknologi juga membawa resiko, termasuk Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang dapat memengaruhi praktik literasi anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran FOMO dalam praktik literasi anak-anak usia sekolah dasar. Melalui tinjauan literatur mendalam, kami mengevaluasi dampak FOMO terhadap keterlibatan dalam membaca, menulis, dan keterampilan literasi lainnya di kalangan siswa sekolah dasar. Kami juga mengidentifikasi strategi pendidikan yang dapat membantu mengatasi efek negatif FOMO pada praktik literasi anak-anak. Hasilnya menyoroti pentingnya pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara penggunaan teknologi, FOMO, dan pembelajaran literasi di kalangan siswa sekolah dasar
EFEKTIVITAS TEKNIK MODELING DENGAN PENDEKATAN REBT UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY SISWA Aminullah, Aminullah; Ratu Balqis, Rizqiyah; Hanifah, Siti
Journal of Education Counseling Vol 2 No 2 (2023): Juni
Publisher : Universitas Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62097/jec.v2i2.1418

Abstract

Memiliki tingkat Self Efficacy yang tinggi adalah sebuah keharusan seorang siswa yang sedang menempuh pendidikan, yang mana kesehariannya akan dihadapkan dengan berbagai situasi dan tantangan. Untuk meningkatkan self efficacy siswa diperlukan pendekatan dan penerapan teknik yang tepat untuk meningkatkan self efficacy siswa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan. pendekatan REBTdengan teknik modeling. Karena REBT merupakan salah satu pendekatan dalam konseling yang berorientasi pada perubahan pemikiran yang irasional menjadi rasional dan teknik modeling merupakan salah satu teknik yang ada dalam pendekatan ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah, Apakah teknik modeling dengan pendekatan REBT efektif untuk meningkatkan self efficacy siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Ma’arif NU Kencong tahun pelajaran 2022/2023. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan jenis penelitian eksperimen dan desain One Group Pretest Posttest Design, dengan teknik penentuan sampel purposive sampling dengan jumlah sampel 15 siswa. Teknik pengumpulan data meliputi Angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu uji paired sample t-test dengan menggunakan SPSS versi 25.0 dengan hasil analisis yaitu, Pertama variabel Y diperoleh hasil t hitung 4.668 dan nilai sig. 0,000, Kedua Subvariabel Yı diperoleh hasil t hitung 3.724 dan nilai sig. 0,002, Ketiga Sub variabel Y₂ diperoleh hasil t hitung 3.495 dan nilai sig. 0,004, Keempat Sub variabel Y₃ diperoleh hasil t hitung 5.496 dan nilai sig.0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hₐ diterima, artinya Pertama Teknik modeling dengan pendekatan REBT efektif untuk meningkatkan self efficacy siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Ma’arif NU Kencong tahun pelajaran 2022/2023.
TECHNOFERENCE IN PARENTING: IMPLICATIONS FOR PARENT–CHILD EMOTIONAL INTERACTION IN THE DIGITAL ERA Ratu Balqis, Rizqiyah; Putri Maja Mulia Kulzum
Auladuna: Jurnal Pendidikan Dasar Islam Vol 12 No 2 (2025): DECEMBER
Publisher : Department of Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Alauddin Makass

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/auladuna.v12i2a3.2025

Abstract

The phenomenon of technoference, the disruption of social interactions due to parental use of gadgets, is increasingly evident in family life in the digital era. This condition impacts the quality of communication and emotional closeness between parents and children, especially elementary school-aged children (7–12 years old) who are at a sensitive stage of social-emotional development. This study aims to explore parents' experiences of technoference in parenting patterns and its implications for emotional interactions with children. A qualitative approach with a phenomenological design was used, involving 13 parents selected through purposive sampling. Data were obtained through in-depth interviews and validated with member checking, then analyzed using the Colaizzi method. The results of the study revealed three main themes: (1) weakening emotional bonds when parents' attention is distracted by gadgets, (2) emotional ambivalence in the form of guilt and justification for gadget use, and (3) protective strategies based on local wisdom and religious values ​​such as eating together, congregational prayer, tadarus (recitation of the Koran), and traditional games. These findings confirm that technoference has a negative impact on family emotional interactions but can be minimized through strengthening character education. The implication is that the results of this study can be the basis for developing family-based digital literacy programs to strengthen the emotional bond between children and parents in the digital era.