Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Psikologi Modern Perspektif Malik Badri (Analisis Kritis Atas Paradigma Psikoanalisa Dan Behaviourisme) Arroisi, Jarman; Alfiansyah, Iqbal Maulana; Perdana, Martin Putra
Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam Vol 12, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/alqalb.v12i1.1722

Abstract

Abstract: Malik Badri sees that concepts in Western psychology, especially in the flow of Behaviourism and psychoanalysis are very contradictory and problematic. Human beings and their souls, which are the main study of psychology, are mistakenly perceived by both schools, they assume that human beings are nothing but passive machines and filled with impulses of lust or libido. This is very contrary to the view of Islam, in fact, man is a creature whose fitrah is good and in addition to environmental factors, he is also influenced by internal factors in him such as feelings, beliefs, and so This research is library research where researchers take references from books, journals, and scientific papers figures. This research is urgent in order to prove the dangerous aspects of both schools of psychoanalysis and behaviorism. so that Muslim scholars, especially those engaged in Islamic psychology, are able to be selective in studying this flow.The results of this study are the conclusion that the flow of modern psychology, which in this context is psychoanalysis and behaviorism, is very dry about Islamic values because it is influenced by the philosophy of positivism, namely atheism and is also misguided in understanding human characteristics and chaotic in explaining the spiritual and religious processes of humans in Indonesia.
Konsep Kebahagiaan dalam buku Tasawuf Modern karya Hamka Ihsan, Nur Hadi; Alfiansyah, Iqbal Maulana
Analisis: Jurnal Studi Keislaman Vol 21 No 2 (2021): Analisis : Jurnal Studi Keislaman
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/ajsk.v21i2.9636

Abstract

Setiap manusia pasti menginginkan ketentraman dan kebahagiaan, tetapi meskipun berbagai cara telah diusahakan kenyataannya tidak semua orang mampu mewujudkan keinginannya itu. Dalam tema kebahagiaan, disiplin ilmu tasawuf mempunyai definisi dan konsep, serta panduan kepada manusia agar dapat mencapai kebahagiaan. Salah satu ulama di Indonesia yang terkenal dalam bidang tasawuf adalah Hamka, ini dibuktikan dengan karyanya yang berjudul “Tasawuf Modern”. Dalam penelitian ini, penulis akan membahas konsep kebahagiaan perspektif Hamka dalam bukunya “Tasawuf  Modern”. Penelitian kepustakaan ini menggunakan metode deskriptif dan analisis konten. Dalam buku tasawuf modern karya Hamka memuat sebuah upaya untuk mengembalikan tasawuf kepada makna sejatinya yaitu penyucian jiwa, mengisinya dengan segala akhlak yang terpuji dan mengeluarkan segala akhlak yang tercela. Menurut Hamka, kebahagiaan sejati adalah ketika seseorang mengenal dan dekat dengan Tuhanya. Untuk mengenal Tuhannya, seseorang haruslah menapaki jalan spiritual dan rasional yang akan mengantarkanya pada kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat. Hamka juga menilai sesuatu secara proporsional, terutama pendapatnya bahwa kebahagiaan bisa di dapatkan pula di dunia, yang merupakan tanggapanya atas konsep para sufi yang mencela dan menganggap dunia sebagai petaka dan penghalang kebahagiaan.
Perpetual Peace: An Analysis of Kant Alfiansyah, Iqbal Maulana; Latief, Mohamad; Taslim, Naqia Salsabila
NALAR Vol 6 No 2 (2022): Spirituality and Religious Moderation in Indonesia
Publisher : Faculty of Ushuluddin, Adab, and Da'wah, State Islamic University of Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23971/njppi.v6i2.3978

Abstract

This study critically discussed the concept of 'perpetual peace' according to Immanuel Kant. For Kant, peace is absolute, and war must be avoided. Kant's concept of peace departs from his philosophical ideas about humans and ethics. According to the researcher's hypothesis, Kant's concept of peace is problematic and not compatible with the concept of peace in Islam. This study aimed to describe Immanuel Kant's concept of perpetual peace and the concept of peace in Islam. In addition, it also analyzed how Kant's concept of perpetual peace is viewed from the Islamic worldview. This research was library research, and the methods used were descriptive, analytical, and comparative. This research concluded that Kant's concept of peace had several philosophical and practical problems. Philosophically, Kant's concept of peace revolves around the concept of man, ethics, and causality, which tend to deny the element of God in it. In practical terms, Kant's idea that war should not exist is a dream that is difficult to realize. His opinion about the peace triangle also leaves many problems.
PENDIDIKAN AQIDAH SEBAGAI LANDASAN KARAKTER SESEORANG DI PERGURUAN TINGGI Rahman, Ryan Arief; Ashari, Mohammad Ali; Kusuma, Amir Reza; Alfiansyah, Iqbal Maulana
JURNAL ILMIAH EDUNOMIKA Vol. 8 No. 1 (2024): EDUNOMIKA
Publisher : ITB AAS Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/jie.v8i1.11640

Abstract

Aqidah jiwa menjadi hal yang penting untuk membentuk manusia. intensitas penelitian terhadap wacana pengembangan Namun, apabila kita sadari menurut Mohd Zaidi Ismail bahwa daya khayal ini memiliki dua segi, yakni segi yang menuruti serangkaian aturan tertentu (muntaẓam) dan segi yang bebas dari aturan-aturan tersebut (ghayr muntaẓam). Dalam hal ini al-Attas, sepertinya juga memiliki terma yang sepadan yakni, orderly dan non-orderly fashion. Hal demikian, nyatanya pun selaras dengan pandangan Syed Muhammad Nauqib al-Attas dalam karyanya Prolegomena terkait daya tersebut. Dalam hal ini al-Attas pun juga telah membagi dua bentuk imajinasi, yaitu sensitive imajinasi dan rasional imajinasi. Dimana jenis yang pertama ini hanya menerima dari data inderawi dan jenis kedua lebih kepada intelek atau alam batin yang tinggi.Di samping itu al-Attas juga menegaskan bahwa dalam perolehannya terhadap ilmu perlu adanya bantuan atas daya imajinasi. Sebagaimana yang beliau tuliskan bahwa “Thought (al-fikr) is the soul’s movement towards meaning, and this needs imagination (al-khayal)