Priscilia, Florentina
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Glaukoma Neovaskular: Deteksi Dini dan Tatalaksana Leonardo, Kevin; Priscilia, Florentina
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 2 (2020): Penyakit Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.108 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i2.349

Abstract

Glaukoma neovaskular merupakan glaukoma sekunder dengan prognosis visus relatif buruk. Hal ini terkait dengan kerusakan saraf mata progresif akibat peningkatan tekanan intraokular (TIO) disertai gangguan aliran darah segmen posterior mata (retina). Penyakit diawali dengan kondisi iskemia retina yang merupakan komplikasi penyakit lain, khususnya retinopati diabetes atau oklusi vena sentral retina. Kondisi iskemia akan memicu neovaskularisasi dan pembentukan membran fibrovaskular di segmen anterior mata, terutama iris dan sudut iridokornea yang pada akhirnya akan mengobstruksi aliran humor akuos mata. Hal terpenting adalah deteksi dini dan mencegah kejadian glaukoma neovaskular.Neovascular glaucoma is a type of secondary glaucoma generally associated with relatively poor visual prognosis. It is characterized by progressive damage of optical nerve caused by increase of intraocular pressure and disturbance of retinal blood flow. The early stage starts with retinal ischemia as a complication from other diseases such as diabetic retinopathy and central retinal vein occlusion. This ischemic condition will drive neovascularization and form a fibrovascular membrane over the anterior segments of the eye, especially iris and iridocorneal angle which can obstruct the aqueous humor. Early detection and prevention are important.
Manifestasi Okular Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Klinis dan pencegahan Priscilia, Florentina; Iskandar, Ferdy; Larasati, Fadima Fitri; Permanik, Gustiandari Fidhya
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 10 (2020): Optalmologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.464 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i10.1078

Abstract

Pandemi global Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) memiliki gejala utama batuk, demam, kelelahan, sesak napas, dan gejala respiratori lainnya. Didapatkan kasus pasien COVID-19 yang memiliki keluhan okular seperti konjungtivitis. Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2), yang merupakan reseptor SARS-CoV-2 juga didapatkan pada sel epitel konjungtiva dan kornea manusia, sehingga memungkinkan transmisi melalui okular. Tatalaksana gejala okular pada COVID-19 hingga saat ini masih terus dikembangkan serta diuji coba.The Global Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pandemic has cough, fever, fatigue, shortness of breath, and other respiratory symptoms as the main symptoms. There were cases of COVID-19 patients with ocular complaints such as conjunctivitis. Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) – SARS-CoV-2 receptor, is also found in human conjunctival and corneal epithelial cells, thus allowing ocular transmission. Treatment for ocular symptoms in COVID-19 are still being developed and tested.
Neuromyelitis Optica Spectrum Disorder (NMOSD): Challenges and Updates Iskandar, Ferdy; Priscilia, Florentina; Casey, Anthea; Sidik, Mohamad
Bahasa Indonesia Vol 23 No 3 (2024): Damianus Journal of Medicine
Publisher : Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/djm.v23i3.3973

Abstract

Pendahuluan: Neuromyelitis optica spectrum disorder (NMOSD) merupakan kondisi autoimun yang ditandai dengan inflamasi pada nervus optikus, saraf spinal, dan sistem saraf pusat. Meskipun NMOSD memiliki angka prevalensi yang relatif rendah, prognosis visual penyakit ini cukup buruk dan laju relapsnya tinggi. Tinjauan pustaka ini diharapkan dapat mendorong pembaca untuk bisa mendiagnosis secara lebih dini untuk menentukan tatalaksana serangan akut dan mencegah serangan berikutnya sesuai dengan kompetensi kedokteran. Metode: Artikel ini disusun berdasarkan kepustakaan yang diperoleh dari database Google Scholar, PubMed, dan ProQuest, menggunakan kata kunci “neuromyelitis optica spectrum disorder” dari publikasi tahun 2012 sampai dengan tahun 2022. Hasil: Penyebab NMOSD hingga saat ini masih tidak diketahui dengan pasti, namun diduga disebabkan oleh kondisi sistem imun humoral di dalam tubuh menyerang astrosit. Kriteria diagnosis NMOSD didasarkan pada konsensus yang dikeluarkan oleh International Panel for Neuromyelitis Optica Diagnosis. Myelitis akut, neuritis optik yang berat, muntah dan cegukan berulang merupakan gejala khas pada NMOSD. Lesi myelitis transversal ekstensif longitudinal merupakan penemuan khas pada magnetic resonance imaging (MRI). Tatalaksana NMOSD pada fase akut berupa kortikosteroid dosis tinggi, sedangkan pada fase pemeliharaan berupa imunosupresan. Kejadian relaps ditemukan pada 90% pasien dan komplikasi yang terjadi dapat berupa disabilitas visual, disabilitas motorik, hingga kematian. Simpulan: Diagnosis NMOSD ditegakkan berdasarkan penemuan klinis, pencitraan, dan laboratorium. Tatalaksana yang tepat dan adekuat berguna untuk mencegah disabilitas dan morbiditas di kemudian hari.