Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Aktivitas Bertelur dan Frekuensi Pendaratan Penyu Hijau (Chelonia mydas) di Pantai Pangumbahan Sukabumi Riska Rismawati; Diana Hernawati; Diki Muhamad Chaidir
Metamorfosa: Journal of Biological Sciences Vol 9 No 1 (2022)
Publisher : Prodi Magister Ilmu Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p21

Abstract

Penyu hijau (Chelonia mydas) merupakan salah satu hewan yang dilindungi yang memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan di laut. Pantai Pangumbahan adalah salah satu habitat bertelur penyu hijau di Indonesia yang terdiri dari enam stasiun pendaratan dengan panjang 2,3 Km. Keberhasilan peneluran penyu hijau sangat dipengaruhi oleh kondisi habitat dan aktifitas yang terdapat didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi pendaratan penyu hijau (Chelonia mydas) di setiap stasiun dan mendeskripsikan aktivitas bertelur penyu hijau di Pantai Pangumbahan. Metode yang digunakan adalah observasi, dengan penentuan titik penelitaian menggunakan purposive sampling. Aktifitas bertelur penyu hijau terdiri dari sepuluh tahapan dimulai dari muncul di bibir pantai, kemudian merangkak naik ke pesisir pantai, mencari tepat bertelur yang sesuai, membuat lubang (body fitt), memadatkan lubang badan, membuat lubang kecil untuk meletakan telur, sampai bertelur, kemudian setelah bertelur penyu hijau menutup lubang yang dibuatnya dan membuat lubang kamuflase sebelum kembali ke laut. Jumlah penyu hijau yang mendarat selama bulan Maret adalah sebanyak 47 ekor. Hasil analisis frekuensi pendaratan penyu hijau tertinggi terdapat di stasiun 2 dan staisun 3 yaitu 35,48% termasuk kedalam kategori jarang. Kemudian frekuensi stasiun 1 19,35%, frekuensi stasiun 4 yaitu 16,13%, frekuensi staisun 5 yaitu 22, 58% dan frekuensi staisun 6 yaitu 0% termasuk kedalam kategori sangat jarang. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan dalam upaya pegelolaan konservasi penyu hijau (Chelonia mydas).
Analisis Miskonsepsi Peserta Didik pada Materi Sistem Saraf Menggunakan Four-Tier Diagnostic Test Tezar Rivaldo Pakpahan; Diana Hernawati; Ryan Ardiansyah
BIOEDUSCIENCE Vol 4 No 1 (2020): BIOEDUSCIENCE
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.173 KB) | DOI: 10.29405/j.bes/4127-364844

Abstract

Background: Biologi memiliki beberapa konten materi yang erat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Selayaknya materi Biologi dapat dipahami dan diterapkan dengan baik oleh peserta didik. Namun banyak peserta didik yang kesulitan memahami suatu konsep bahkan mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi merupakan suatu kesalahpahaman yang bila tidak didiagnosis akan menyebabkan rantai kesalahpahaman yang berkepanjangan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan analisis deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis miskonsepsi peserta didik pada materi sistem saraf. Sumber data penelitian adalah kelas XI MIPA-1 SMAN 2 Tasikmalaya yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa tes diagnostik Four-tier test dan Wawancara untuk menganalisis miskonsepsi peserta didik. Hasil: Penelitian terhadap 35 orang subyek menunjukkan pesentase miskonsepsi peserta didik sebesar 8,1% dengan kategori rendah. Adapun sumber miskonsepsi terdiri dari guru, siswa, buku dan bimbel. Sumber miskonsepsi yang memiliki kontribusi paling besar adalah peserta didik dengan persentase 68,6% yang disebabkan oleh pemikiran asosiatif siswa, reasoning yang salah dan minat belajar yang rendah. Kesimpulan: Miskonsepsi peserta didik pada materi sistem saraf di kelas XI-MIPA1 SMAN 2 Tasikmalaya tergolong rendah dan sumber miskonsepsi terbesar adalah peserta didik itu sendiri. Dengan demikian agar peserta didik dapat menghindari miskonsepsi pada pembelajaran, maka peserta didik perlu mengomunikasikan pemahamannya dengan guru, memilih buku yang kredibel, dan menghindari bimbel yang memiliki tutor tidak sesuai kualifikasi.
KEMAMPUAN ARGUMENTASI DAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK KELAS XI MIPA PADA MATERI SEL RistiHilda Fadlika; Diana Hernawati; Vita Meylani
LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA Vol. 12 No. 1 (2022): Mei 2022
Publisher : Faculty of Teaching and Education, University of Wiraraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24929/lensa.v12i1.156

Abstract

Kemampuan Argumentasi dan Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Kelas XI MIPA Pada Materi Sel. Pendidikan abad 21 menuntut peserta didik untuk mengembangkan kemampuan argumentasi dan literasi sains. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kemampuan argumentasi dan literasi sains pada materi sel di kelas XI MIPA SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020 – Januari 2021. Metode penelitian yang digunakan adalah korelasional. Sampel yang digunakan berjumlah 38 orang dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa soal uraian kemampuan argumentasi yang mengacu pada indikator Toulmin dan soal uraian kemampuan literasi sains yang mengacu pada PISA. Hasil kemampuan argumentasi diukur menggunakan soal uraian yang terdiri dari 13 soal kemampuan argumentasi dan 16 soal kemampuan literasi sains. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji korelasi bivariat. Hasil penelitian disimpulkan terdapat korelasi antara kemampuan argumentasi dengan literasi sains peserta didik dengan koefisien korelasi sebesar 0,426 dengan kategori sedang. Kata kunci: Korelasi; Kemampuan Argumentasi; Kemampuan Literasi Sains ABSTRACT Argumentation ability and science literacy in cell material in grade XI MIPA SMA Negeri 22 Tangerang Regency. 21st century education requires learners to develop the skills of argumentation and science literacy. Therefore, this study aims to find out the correlation between argumentation ability and science literacy in cell material in grade XI MIPA SMA Negeri 22 Tangerang Regency. This research was conducted in November 2020 – January 2021. The research method used is correlational. The samples used amounted to 38 people with purposive sampling techniques. The research instrument used is a description of argumentation ability that refers to the Toulmin indicator and a description of science literacy ability that refers to PISA. The results of argumentation ability are measured using a description question consisting of 13 questions of argumentation ability and 16 questions of science literacy ability. The data analysis technique used is bivariate correlation test. The results concluded that there is a correlation between the ability of argumentation and science literacy of learners with a correlation coefficient of 0.426 with a moderate category. Keywords: Correlation; Argumentation Ability; Science Literacy Ability
Persepsi Pemahaman Argumentasi Ilmiah Peserta Didik di MTsN 11 Tasikmalaya Amiruddin Amiruddin; Aripin Aripin; Nana Nana; Diana Hernawati; Liah Badriah
JURNAL PENDIDIKAN MIPA Vol 15 No 1 (2025): JURNAL PENDIDIKAN MIPA
Publisher : Pusat Publikasi Ilmiah, STKIP Taman Siswa Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37630/jpm.v15i1.2192

Abstract

Hasil penelitian di beberapa daerah di Indonesia dan beberapa negara menunjukkan keterampilan argumentasi peserta didik masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pemahaman peserta didik terhadap argumentasi ilmiah di MTsN 11 Tasikmalaya . Populasi penelitian ini berjumlah 586 peserta didik dan sampel sebanyak 155 peserta didik kelas IX yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Instrumen utama yang digunakan adalah angket berbasis skala Likert, sementara wawancara dengan peserta didik dan guru IPA dilakukan sebagai data sekunder. Komponen argumentasi ilmiah yang diukur meliputi klaim, bukti, jaminan, dan dukungan. Proses analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif mencakup empat langkah utama: (1) menghitung total skor rata-rata setiap komponen argumentasi ilmiah, (2) mengkonversi skor, dan (3) menghitung rata-rata persentase pemahaman peserta didik per komponen, dan (4) mengelompokkannya berdasarkan kategori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pemahaman peserta didik terhadap komponen argumentasi ilmiah masih rendah di semua indikator. Berdasarkan hasil wawancara penyebab utama rendahnya pemahaman peserta didik terhadap argumentasi ilmiah adalah kurangnya pengalaman secara praktis dalam pembelajaran dalam melatihkan argumentasi ilmiah. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlunya perubahan strategi pengajaran dengan pendekatan berbasis masalah, inkuiri, dan penemuan, serta pengembangan bahan ajar yang melatih keterampilan argumentasi ilmiah.
Korelasi antara Plant Awareness Disparity dan Kemampuan Identifikasi Tumbuhan pada Mahasiswa Putra, Rinaldi Rizal; Diana Hernawati; Fitriani, Rita
Biosel Biology Science and Education Vol. 14 No. 1 (2025): BIOSEL (Biology Science and Education: Jurnal Penelitian Sains dan Pendidikan)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/bs.v14i1.9263

Abstract

Plant awareness disparity (PAD) is a phenomenon that indicates individuals' lack of attention or awareness towards plants in their surrounding environment. This gap can affect the ability of pre-service biology teachers to identify plant types. This study aims to analyze the correlation between PAD and plant identification skills in preservice teachers. This study aims to analyze the correlation between PAD and plant identification skills in students. The method used is correlational with instruments in the form of PAD questionnaires and local plant identification tests. The research population was all prospective biology teachers at Siliwangi University, totaling 518 people. Samples were taken using purposive sampling techniques, including 200 preservice biology teachers in grades 1 and 2. Data analysis using a simple regression correlation test, and based on the results of the analysis, it was found that PAD has a significant influence on plant identification ability, with a coefficient of determination (R²) value of 0.75. This shows that 75% of the variation in plant identification ability can be explained by PAD, while 25% is influenced by other factors outside the measured variables. This finding indicates that increasing awareness of plant diversity can improve the skills of prospective biology teachers in identifying plants. The implications of this study indicate the importance of learning strategies to increase awareness of the existence of plants in biology education and improve the plant identification skills of prospective teachers and enrich the botanical literacy of the next generation. Keywords: Plant Awareness Disparity, Plant Identification, Preservice Teacher
Persepsi Pemahaman Argumentasi Ilmiah Peserta Didik di MTsN 11 Tasikmalaya Amiruddin Amiruddin; Aripin Aripin; Nana Nana; Diana Hernawati; Liah Badriah
JURNAL PENDIDIKAN MIPA Vol. 15 No. 1 (2025): JURNAL PENDIDIKAN MIPA
Publisher : Pusat Publikasi Ilmiah, STKIP Taman Siswa Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37630/jpm.v15i1.2192

Abstract

Hasil penelitian di beberapa daerah di Indonesia dan beberapa negara menunjukkan keterampilan argumentasi peserta didik masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pemahaman peserta didik terhadap argumentasi ilmiah di MTsN 11 Tasikmalaya . Populasi penelitian ini berjumlah 586 peserta didik dan sampel sebanyak 155 peserta didik kelas IX yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Instrumen utama yang digunakan adalah angket berbasis skala Likert, sementara wawancara dengan peserta didik dan guru IPA dilakukan sebagai data sekunder. Komponen argumentasi ilmiah yang diukur meliputi klaim, bukti, jaminan, dan dukungan. Proses analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif mencakup empat langkah utama: (1) menghitung total skor rata-rata setiap komponen argumentasi ilmiah, (2) mengkonversi skor, dan (3) menghitung rata-rata persentase pemahaman peserta didik per komponen, dan (4) mengelompokkannya berdasarkan kategori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pemahaman peserta didik terhadap komponen argumentasi ilmiah masih rendah di semua indikator. Berdasarkan hasil wawancara penyebab utama rendahnya pemahaman peserta didik terhadap argumentasi ilmiah adalah kurangnya pengalaman secara praktis dalam pembelajaran dalam melatihkan argumentasi ilmiah. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlunya perubahan strategi pengajaran dengan pendekatan berbasis masalah, inkuiri, dan penemuan, serta pengembangan bahan ajar yang melatih keterampilan argumentasi ilmiah.