Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Urgensi Materi Maqashid al-Syariah pada Mata Pelajaran PAI Ade Dedi Rohayana
Edukasia Islamika Volume 4, Number 2 2019, Edukasia Islamika: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Faculty of Education and Teacher Training, Institut Agama Islam Negeri Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.453 KB) | DOI: 10.28918/jei.v4i2.2302

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan urgensi materi maqashid al-syariah dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan usaha yang bisa dilakukan guru dalam mentransformasikan nilai-nilai maqashid al-syariah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis library research. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, urgensi materi maqashid al-syariah dalam mata pelajaran PAI adalah untuk menanamkan pemikiran dan pemahaman yang baik dan benar kepada para peserta didik tentang tujuan pokok dari ditetapkannya syariat Islam, yaitu: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta benda. Kelima hal inilah yang menjadi substansi ajaran al-Qur’an dan Hadits yang akan mengantisipasi para peserta didik terpengaruh oleh paham intoleransi dan radikalisme agama. Kedua, usaha yang bisa dilakukan oleh guru PAI dalam mentransformasikan nilai-nilai maqashid al-syariah kepada para siswa antara lain: guru PAI harus mampu memahami konsep maqashid al-syariah sebagai tujuan utama pensyariatan dari setiap ajaran Islam termasuk yang terkadung dalam materi PAI, guru PAI harus mampu menguasai konsep tentang sabab al-nuzul dari suatu ayat atau sabab al-wurud dari suatu hadits, sehingga dalam memahami dan menyampaikan ayat al-Qur’an atau Hadits tidak terjebak hanya pada tataran tekstual semata, dan guru PAI harus mampu memiliki pengetahuan yang luas tentang tafsir al-Qur’an mu’tabar sehingga mampu memberikan sebuah simpulan tentang hikmah al-tasyri’ yang bermuara pada maqashid al-syariah.
Dauru Kafa'ati Thullab Kuliyyah Al-Syari'ah Jami'ah Pekalongan Al- 'Islamiyyah Al-Hukumiyah 'Ala Al-Lughah Al-'Arabiyyah Fi Ta'liimi Ushul Fiqh Ade Dedi Rohayana
Jurnal Alsinatuna Vol 3 No 1 (2017): December 2017
Publisher : Arabic Education Program IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/alsinatuna.v3i1.1175

Abstract

This study is aims to know the role of Arabic competence in ushul fiqh teaching and learning of students of sharia faculty in Pekalongan State Islamic Institution. This qualitative research uses descriptive method. Ushul fiqh is one of the compulsory subjects for students of sharia faculty. The students' ability in Arabic has an important role in understanding ushul fiqh cases that is islamic proposition used in deciding laws. This islamic proposition is based on Koran and Hadith. To understand this islamic proposition, they need Arabic. Beside that, lots of terminologies in ushul fiqh take source from arabic laguage. Sharia faculty’s students learn the language in Intensive Arabic class in the 1st year of their study in Pekalongan State Islamic institute.
Urgensi Materi Maqashid al-Syariah pada Mata Pelajaran PAI Ade Dedi Rohayana
Edukasia Islamika Volume 4, Number 2 2019, Edukasia Islamika: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Faculty of Education and Teacher Training, Institut Agama Islam Negeri Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/jei.v4i2.2302

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan urgensi materi maqashid al-syariah dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan usaha yang bisa dilakukan guru dalam mentransformasikan nilai-nilai maqashid al-syariah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis library research. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, urgensi materi maqashid al-syariah dalam mata pelajaran PAI adalah untuk menanamkan pemikiran dan pemahaman yang baik dan benar kepada para peserta didik tentang tujuan pokok dari ditetapkannya syariat Islam, yaitu: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta benda. Kelima hal inilah yang menjadi substansi ajaran al-Qur’an dan Hadits yang akan mengantisipasi para peserta didik terpengaruh oleh paham intoleransi dan radikalisme agama. Kedua, usaha yang bisa dilakukan oleh guru PAI dalam mentransformasikan nilai-nilai maqashid al-syariah kepada para siswa antara lain: guru PAI harus mampu memahami konsep maqashid al-syariah sebagai tujuan utama pensyariatan dari setiap ajaran Islam termasuk yang terkadung dalam materi PAI, guru PAI harus mampu menguasai konsep tentang sabab al-nuzul dari suatu ayat atau sabab al-wurud dari suatu hadits, sehingga dalam memahami dan menyampaikan ayat al-Qur’an atau Hadits tidak terjebak hanya pada tataran tekstual semata, dan guru PAI harus mampu memiliki pengetahuan yang luas tentang tafsir al-Qur’an mu’tabar sehingga mampu memberikan sebuah simpulan tentang hikmah al-tasyri’ yang bermuara pada maqashid al-syariah.
Riba dalam Tinjauan Al-Quran Ade Dedi Rohayana
Religia Vol 18 No 1: April 2015
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v18i1.622

Abstract

Artikel ini membahas tentang riba menurut al- Qur'an. Dalam konteks masyarakat kontemporer, pemahaman kaum muslim hingga saat ini masih terjadi perbedaan pemikiran tentang konsep riba. Karena itu, kajian tentang riba masih dirasa aktual sampai sekarang, terutama kajian riba menurut al-Quran juga hadis sebagai rujukan utama kaum muslim. Beberapa ayat tentang riba dikaji dalam tulisan ini berdasarkan konsep turunnya ayat, baik ayat riba turun di Mekah maupun di Madinah. Alasan hukum dari ayat-ayat tersebut juga dijelaskan untuk memperkuat argumen. Berdasarkan kajian, tampak bahwa riba yang sudah jelas haram dalam al-Quran adalah riba pada masa jahiliyah yang diberi nama riba nasi’ah atau riba fahisy atau rabh murakkab atau faidah murakkabah. Riba yang seperti ini diharamkan secara pasti oleh Nash al-Quran, sedangkan kata adh’afan mudha’afah sebagai penjelasan khusus (incident clarifier) dan ilustrasi keadaan manusia pada masa jahiliyah, selain menjelaskan ketercelaan perbuatan tersebut yang mengandung penganiayaan dan penindasan kepada mereka yang sedang kesulitan. Kata adh’afan mudha’afah tidak menjelaskan bahwa riba yasir (riba yang sedikit) adalah halal, karena itu bukan maksud ayat ini, selain karena riba itu baik sedikit maupun banyak tetap diharamkan dan termasuk dosa besar. Dalam ayat juga dijelaskan bahwa riba yang diharamkan merugikan salah seorang tanpa satu sebab kecuali keterpaksaannya, serta menguntungkan pihak lain tanpa usaha kecuali penganiayaan dan ketamakan. Hal ini berbeda dengan investasi yang memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.
Dauru Kafa'ati Thullab Kuliyyah Al-Syari'ah Jami'ah Pekalongan Al- 'Islamiyyah Al-Hukumiyah 'Ala Al-Lughah Al-'Arabiyyah Fi Ta'liimi Ushul Fiqh Ade Dedi Rohayana
Jurnal Alsinatuna Vol 3 No 1 (2017): December 2017
Publisher : Arabic Education Program IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/alsinatuna.v3i1.1175

Abstract

This study is aims to know the role of Arabic competence in ushul fiqh teaching and learning of students of sharia faculty in Pekalongan State Islamic Institution. This qualitative research uses descriptive method. Ushul fiqh is one of the compulsory subjects for students of sharia faculty. The students' ability in Arabic has an important role in understanding ushul fiqh cases that is islamic proposition used in deciding laws. This islamic proposition is based on Koran and Hadith. To understand this islamic proposition, they need Arabic. Beside that, lots of terminologies in ushul fiqh take source from arabic laguage. Sharia faculty’s students learn the language in Intensive Arabic class in the 1st year of their study in Pekalongan State Islamic institute.
Riba dalam Tinjauan Al-Quran Ade Dedi Rohayana
Religia Vol 18 No 1: April 2015
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v18i1.622

Abstract

Artikel ini membahas tentang riba menurut al- Qur'an. Dalam konteks masyarakat kontemporer, pemahaman kaum muslim hingga saat ini masih terjadi perbedaan pemikiran tentang konsep riba. Karena itu, kajian tentang riba masih dirasa aktual sampai sekarang, terutama kajian riba menurut al-Quran juga hadis sebagai rujukan utama kaum muslim. Beberapa ayat tentang riba dikaji dalam tulisan ini berdasarkan konsep turunnya ayat, baik ayat riba turun di Mekah maupun di Madinah. Alasan hukum dari ayat-ayat tersebut juga dijelaskan untuk memperkuat argumen. Berdasarkan kajian, tampak bahwa riba yang sudah jelas haram dalam al-Quran adalah riba pada masa jahiliyah yang diberi nama riba nasi’ah atau riba fahisy atau rabh murakkab atau faidah murakkabah. Riba yang seperti ini diharamkan secara pasti oleh Nash al-Quran, sedangkan kata adh’afan mudha’afah sebagai penjelasan khusus (incident clarifier) dan ilustrasi keadaan manusia pada masa jahiliyah, selain menjelaskan ketercelaan perbuatan tersebut yang mengandung penganiayaan dan penindasan kepada mereka yang sedang kesulitan. Kata adh’afan mudha’afah tidak menjelaskan bahwa riba yasir (riba yang sedikit) adalah halal, karena itu bukan maksud ayat ini, selain karena riba itu baik sedikit maupun banyak tetap diharamkan dan termasuk dosa besar. Dalam ayat juga dijelaskan bahwa riba yang diharamkan merugikan salah seorang tanpa satu sebab kecuali keterpaksaannya, serta menguntungkan pihak lain tanpa usaha kecuali penganiayaan dan ketamakan. Hal ini berbeda dengan investasi yang memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.
Tārīkh Dukhūl al-Lughah al-‘Arabīyah wa-Intishāruhā fī Indonesia Ade Dedi Rohayana
ALSINATUNA Vol 1 No 2 (2016): June 2016
Publisher : Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/alsinatuna.v1i2.6772

Abstract

As the language of Islam, Arabic has an important position for Indonesian people. There has been no research result which shows when the study of Arabic come, initiated, and developed for the first time. The developed assumption is that Arabic is already known by Indonesian people since Islam is known and adhered by majority of our nation. The aim of this paper is to provide a clear picture of Islamic world related to the history of Arabic language in Indonesia.
Islamic Law as the Authoritative Source in State Administration of Indonesia Sopyan, Yayan; Yazwardi; Ade Dedi Rohayana; Imam Yahya; Ismail
Hikmatuna : Journal for Integrative Islamic Studies Vol 8 No 2 (2022): Hikmatuna: Journal for Integrative Islamic Studies, December 2022
Publisher : Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/hikmatuna.v8i2.6195

Abstract

Many academicians regret the removal of seven words in the Jakarta Charter and consider this a political defeat for Muslims. If the words had not been removed, Islamic law would be simple in its implementation in Indonesia. There was a new hope when the Presidential Decree of July 5th, 1959, stated to return to the 1945 Constitution. The Presidential Decree emphasized that the Jakarta Charter was a series of units in the Constitution. In other words, Islamic laws in the state   administration system in Indonesia could be the authoritative source. This means that Islamic law has a chance to contribute to the Indonesian legal system. This qualitative research used a normative approach in which information was gained from several reliable sources, such as books and journals, to explore and figure out any perspectives about the status of Islamic law as the authoritative source in the state administration of Indonesia. This research showed that Islamic law as the authoritative source could contribute to the legal order applied in Indonesia. As a political product, the law relies on the political situation; nevertheless, Muslims cannot maximize their political roles given the hindrances from external and internal factors. Hence, there is a need to build awareness of Muslims, particularly those becoming lawmakers, to be capable of introducing Islamic laws to the public through the objectification of Islamic laws. Substantially, Islamic law is superior in giving justice, benefits, and legal certainty.
Community Empowerment Based on Local Potentials Through the Creation of “Cassava Nugget” Products in Dukuh Binangun, Werdi Village, Paninggaran District Rizqi Toyibah; Happy Sista Devy; M. Sultan Mubarok; Ade Dedi Rohayana; Ali Muhtarom; Tamamudin; Marotina, Nia; Fadillah Syaufii, Farah; Hermawan Adinugraha, Hendri
International Journal Of Community Service Vol. 1 No. 1 (2021): May 2021 (Indonesia - Malaysia )
Publisher : CV. Inara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51601/ijcs.v1i1.7

Abstract

The problems studied in this study are how the process of potential-based community empowerment through processing of cassava nugget product creations and how the results of community empowerment based on local potential through processing of cassava nugget product creations in Hamlet Binangun, Werdi village, Paninggaran district. The objectives of this study include (1) to determine the process of community empowerment based on local potential through the processing of cassava nugget product creations in Binangun hamlet, Werdi village, Paninggaran sub-district (2) to find out the results of community empowerment activities based on local potential through the processing of cassava nugget product creations in Binangun village hamlet. Werdi, Paninggaran sub-district. This service method uses a descriptive qualitative approach. The results of research from community empowerment activities based on local potential through the processing of cassava nugget product creations are fostering an entrepreneurial spirit, utilizing existing natural potential, increasing skills by creating products that have selling value, and increasing family income or income.
Islamic Law as the Authoritative Source in State Administration of Indonesia Sopyan, Yayan; Yazwardi; Ade Dedi Rohayana; Imam Yahya; Ismail
Hikmatuna : Journal for Integrative Islamic Studies Vol 8 No 2 (2022): Hikmatuna: Journal for Integrative Islamic Studies, December 2022
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/hikmatuna.v8i2.6195

Abstract

Many academicians regret the removal of seven words in the Jakarta Charter and consider this a political defeat for Muslims. If the words had not been removed, Islamic law would be simple in its implementation in Indonesia. There was a new hope when the Presidential Decree of July 5th, 1959, stated to return to the 1945 Constitution. The Presidential Decree emphasized that the Jakarta Charter was a series of units in the Constitution. In other words, Islamic laws in the state   administration system in Indonesia could be the authoritative source. This means that Islamic law has a chance to contribute to the Indonesian legal system. This qualitative research used a normative approach in which information was gained from several reliable sources, such as books and journals, to explore and figure out any perspectives about the status of Islamic law as the authoritative source in the state administration of Indonesia. This research showed that Islamic law as the authoritative source could contribute to the legal order applied in Indonesia. As a political product, the law relies on the political situation; nevertheless, Muslims cannot maximize their political roles given the hindrances from external and internal factors. Hence, there is a need to build awareness of Muslims, particularly those becoming lawmakers, to be capable of introducing Islamic laws to the public through the objectification of Islamic laws. Substantially, Islamic law is superior in giving justice, benefits, and legal certainty.