Tulisan ini menganalisis peluang paradiplomasi sebagai strategi dalam membangun ketahanan pangan melalui studi kasus Provinsi Lampung, Indonesia, dan Provinsi Los Rios, Ekuador. Ketahanan pangan menjadi isu global yang semakin kompleks akibat perubahan iklim, pandemi, konflik geopolitik, dan ketimpangan ekonomi yang menyebabkan terganggunya rantai pasok dan produksi pangan. Kondisi ini mendorong perlunya pendekatan baru yang melibatkan aktor-aktor sub-nasional, seperti pemerintah daerah, dalam menjalin kerja sama internasional yang responsif dan adaptif. Dalam konteks ini, paradiplomasi memberikan ruang bagi daerah untuk menjalin kemitraan lintas batas secara langsung tanpa harus melalui jalur diplomatik formal pemerintah pusat. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi strategi, tantangan, dan hasil paradiplomasi kedua provinsi dalam memperkuat ketahanan pangan yang berkelanjutan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dan teknik analisis tematik terhadap data sekunder dari dokumen kebijakan, laporan internasional, dan publikasi akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paradiplomasi membuka peluang transfer teknologi pertanian berkelanjutan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan lintas daerah, serta pengembangan rantai nilai pangan yang berbasis keunggulan lokal. Meskipun belum terdapat MoU resmi, strategi paradiplomasi informal seperti partisipasi dalam pameran internasional, kunjungan delegasi, dan pertemuan dagang telah menjadi langkah awal yang efektif. Studi ini menyimpulkan bahwa paradiplomasi merupakan instrumen strategis yang dapat direplikasi oleh daerah lain dalam membangun ketahanan pangan lokal yang inklusif dan berdaya saing global.