Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PSIKOEDUKASI UNTUK MENINGKATKAN COPING SKILL PADA SISWA/I SMA NEGERI 2 LHOKSEUMAWE UNTUK MENGURANGI KEKERASAN VERBAL Nur Afni Safarina; M. Fikri Jaka Pratama; Khaira Maulida Permata; Tiyo Dermawansyah; Nova Ramadhini Rifmi Hasibuan; Anggraini, Leni; Kyla Shafwa Julia; Bella Aditia; Fatia, Fatia
Jurnal Pengabdian Kolaborasi dan Inovasi IPTEKS Vol. 2 No. 5 (2024): Oktober
Publisher : CV. Alina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59407/jpki2.v2i5.1370

Abstract

Tujuan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan coping siswa dalam menghadapi kekerasan verbal yang sering terjadi di lingkungan sekolah, dengan harapan membantu mereka mengatasi tekanan sosial dan emosional yang muncul akibat bullying. Kegiatan psikoedukasi ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Lhokseumawe dengan melibatkan 47 siswa sebagai peserta. Metode yang digunakan meliputi ceramah, diskusi aktif, dan role-play, di mana siswa diajarkan konsep coping skill serta strategi untuk mengelola emosi, seperti mindfulness dan komunikasi asertif. Hasil kegiatan menunjukkan respon antusias dan partisipasi aktif dari siswa selama sesi diskusi, serta minat tinggi terhadap materi yang diberikan. Berdasarkan survei lapangan, kekerasan verbal ringan ditemukan di antara siswa, dan kegiatan psikoedukasi ini berhasil meningkatkan pemahaman serta keterampilan mereka dalam menghadapi situasi tersebut. Kegiatan ditutup dengan refleksi pengalaman bullying siswa melalui "CERITA YUK." Psikoedukasi ini diharapkan memberikan dampak jangka panjang dalam menciptakan lingkungan sekolah yang lebih positif dan mendukung pengembangan keterampilan sosial serta emosional siswa.                                                                                                          Kata kunci : Copping Skill, Bullying, Siswa
Ekplorasi Peran Lintas Sektor dalam Membangun Kesehatan Mental Remaja Suku Osing sebagai Daerah Zero Suicide Cases Putri, Novita Surya; Ikhsan, Maulana Malik; Anggraini, Leni; Firda, Ani; Yuliyasari, Ricka Ayu; Sholihin, Sholihin
Nursing Information Journal Vol. 4 No. 2 (2025): In Progress Issue
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKES Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54832/nij.v4i2.960

Abstract

Latar belakang: Remaja merupakan masa transisi dari seorang anak menuju ke tahap dewasa, sehingga terdapat perubahan seperti aspek fisik, sosial mental dan emosional, remaja diharapkan dapat beradaptasi dengan baik pada usia ini. Remaja suku osing memiliki kemampuan asertif (kemampuan apa yang diinginkan, dirasakan, dipikirkan kepada orang lain) yang cukup tinggi dibandingkan dengan remaja suku lainnya. Tujuan mengeksplorasi peran lintas sektor dalam kesehatan mental remaja suku osing sebagai daerah zero suicide cases. penelitian ini adalah mengesplorasi peran stressor sosial dan lingkungan. Metode: Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sejumlah 3 partisipan yang mewakili dari setiap sektor. Partisipan penelitian 1) Sektor pemerintah desa yaitu Kepala Desa Kemiren, 2) Sektor Pendidikan Non Formal yaitu Kepala Sekolah Adat Osing Pesinauan, dan sektor kesehatan yaitu perawat wilayah Desa Kemiren. Penelitian menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur. Data dikumpulkan kemudian ditranskrip dan dianalisis menggunakan metode Colaizzi. Analisis pengkodean menggunakan software Nvivo 12. Hasil: Teridentifikasi 4 tema dan 8 subtema pada panelitian ini. Tema yang teridentifikasi 1) Pemberdayaan, 2) Dukungan pemerintah, 3) Pendidikan non formal, 4) Pencegahan penyakit. Kesimpulan: Peran lintas sektor pada Desa Kemiren seperti sektor pemerintahan desa, masyarakat sekitar yang mewujudkan adanya sanggar kesenian dan sekolah adat pesinauan dengan tujuan melestarikan budaya, yang secara langsung mengaktifkan generasi muda agar tidak hanya mempelajari budaya asing. Pembelajaran yang diberikan tersebut membuat emosi dan energi perubahan segala aspek yang dialami oleh remaja tersalurkan sehingga terjadinya relaksasi otot dan terstimulasinya hormon kebahagiaan yaitu hormon endorphine.
Ekplorasi Peran Lintas Sektor dalam Membangun Kesehatan Mental Remaja Suku Osing sebagai Daerah Zero Suicide Cases Putri, Novita Surya; Ikhsan, Maulana Malik; Anggraini, Leni; Firda, Ani; Yuliyasari, Ricka Ayu; Sholihin, Sholihin
Nursing Information Journal Vol. 4 No. 2 (2025): Nursing Information Journal
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKES Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54832/nij.v4i2.960

Abstract

Latar belakang: Remaja merupakan masa transisi dari seorang anak menuju ke tahap dewasa, sehingga terdapat perubahan seperti aspek fisik, sosial mental dan emosional, remaja diharapkan dapat beradaptasi dengan baik pada usia ini. Remaja suku osing memiliki kemampuan asertif (kemampuan apa yang diinginkan, dirasakan, dipikirkan kepada orang lain) yang cukup tinggi dibandingkan dengan remaja suku lainnya. Tujuan mengeksplorasi peran lintas sektor dalam kesehatan mental remaja suku osing sebagai daerah zero suicide cases. penelitian ini adalah mengesplorasi peran stressor sosial dan lingkungan. Metode: Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sejumlah 3 partisipan yang mewakili dari setiap sektor. Partisipan penelitian 1) Sektor pemerintah desa yaitu Kepala Desa Kemiren, 2) Sektor Pendidikan Non Formal yaitu Kepala Sekolah Adat Osing Pesinauan, dan sektor kesehatan yaitu perawat wilayah Desa Kemiren. Penelitian menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur. Data dikumpulkan kemudian ditranskrip dan dianalisis menggunakan metode Colaizzi. Analisis pengkodean menggunakan software Nvivo 12. Hasil: Teridentifikasi 4 tema dan 8 subtema pada panelitian ini. Tema yang teridentifikasi 1) Pemberdayaan, 2) Dukungan pemerintah, 3) Pendidikan non formal, 4) Pencegahan penyakit. Kesimpulan: Peran lintas sektor pada Desa Kemiren seperti sektor pemerintahan desa, masyarakat sekitar yang mewujudkan adanya sanggar kesenian dan sekolah adat pesinauan dengan tujuan melestarikan budaya, yang secara langsung mengaktifkan generasi muda agar tidak hanya mempelajari budaya asing. Pembelajaran yang diberikan tersebut membuat emosi dan energi perubahan segala aspek yang dialami oleh remaja tersalurkan sehingga terjadinya relaksasi otot dan terstimulasinya hormon kebahagiaan yaitu hormon endorphine.
Perbandingan Sistem Politik dan Kekuasaan Indonesia-Australia Juri; Anggraini, Leni; Hardian, Mirza; Erlande, Rike
Nakhoda: Jurnal Ilmu Pemerintahan Vol 23 No 2 (2024)
Publisher : Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/njip.v23i2.738

Abstract

This research compares the political systems and power structures of Indonesia and Australia, focusing on their similarities and This study compares the political systems and power structures of Indonesia and Australia using a qualitative approach through a comparative literature review. Indonesia adopts a presidential republic system. In contrast, power in Australia is distributed among the executive, legislative, and judicial branches under a constitutional monarchy (Westminster system) through a parliamentary model. The primary objective of this study is to identify the similarities and differences in democratic practices, the distribution of power, and the level of public trust in state institutions. The findings indicate that both countries share similarities in democratic practices, such as the regular conduct of elections and the implementation of the principle of Trias politica, which divides power into three main branches: the executive, the legislative, and the judiciary. However, notable differences are evident in their governmental structures. In Indonesia, the president serves as both head of state and head of government. In contrast, in Australia, the monarch plays a ceremonial role, while the prime minister, elected through parliamentary support functions as the head of government. There are also differences in terms of tenure. In Indonesia, members of the legislature serve five-year terms, while in Australia they serve three-year terms. Moreover, the Australian prime minister has no fixed term limit, as tenure depends on continued parliamentary support. In Australia, public trust in state institutions is generally higher due to greater transparency, accountability, and more effective law enforcement. Meanwhile, Indonesia faces ongoing challenges such as corruption and public dissatisfaction with the performance of state institutions, which results in comparatively lower levels of public trust.