Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Level of Understanding of The Health Protocol Slaughtering Qurban Animal During COVID 19 Pandemic in West Kotawaringin District Ayutha Wijinindyah; Ida Ketut Mudhita
Bantara Journal of Animal Science Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/bjas.v3i2.1953

Abstract

Slaughtering of animal qurban is a form of worship Muslim. In the current pandemic situation, it is necessary to pay attention to the procedure of slaughtering animal qurban so that their implementation is in accordance with health protocols. This is to make the slaughter of animal qurban in accordance with Islamic law and minimize the pread of covid 19. The data analysis technique in this study was descriptive quantitative with purposive sampling and the analyzed using research instruments. The result show that the public already understands the health protocol for slaughtering animal qurban during pandemic in New Normal. This can been that 92% of the understanding of the slaughter animals is very good. In conclusion, offices generally know health protocol and are able to apply them to sacritificial animal slaughtering activities. 
Alternative Use of Tamarind Pretreatment in Making Eggshell Flour Ayutha Wijinindyah; Jerry Selvia; Husnul Chotimah; Ida Ketut Mudhita
Bantara Journal of Animal Science Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/bjas.v4i2.2950

Abstract

The use of acid pretreatment in the manufacture of eggshell flour is an alternative way to speed up drying time, reduce product odor, and facilitate the absorption of nutrients when consumed. Tamarind is one type of acidifying agent that is widely available around, both sold commercially and naturally. This study aims to examine the differences in the use of various types of tamarind pretreatment in the process of making eggshell flour. The type of acid used as pretreatment was Tamarind in Lombok, Kalimantan, and Java. The method of this research is to soak egg shells with various types of tamarind mentioned above for 3 (three) hours. Parameters observed were proximate analysis (water content, ash, fat, protein, crude fiber, carbohydrates) and minerals (calcium and phosphorus), pH and yield. The results show that there are differences in the administration of acid pretreatment to the observed parameters. The results of the treatment showed that the best proximate value was obtained in the Lombok tamarind pretreatment and the main control, as well as the yield and calcium levels. The best value of phosphorus content was in the use of Lombok tamarind pretreatment and the main control.
Potensi dan Karakteristik Bubuk Cangkang Telur yang Dibuat dengan Perendaman Asam Alami Ayutha Wijinindyah; Jerry Selvia; Husnul Chotimah; Susan E. Lumban Gaol
Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 25, No 1 (2023): Jurnal Peternakan Indonesia
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jpi.25.1.57-69.2023

Abstract

Bahan pangan sumber zat gizi yang jarang dimanfaatkan namun jumlahnya berlimpah adalah cangkang telur. Penggunaan pretreatment asam untuk mempercepat waktu pengeringan, meminimalkan kehilangan zat gizi, menghilangkan aroma amis pada produk bubuk, meningkatkan daya larut dan efisiensi penyerapan di usus. Tujuan penelitian ini adalah melihat perbedaan kadar proksimat, dan mineral (kalsium dan fosfor) bubuk cangkang telur pretreatment asam yakni menggunakan asam jeruk nipis, belimbing wuluh dan asam jawa. Penelitian ini adalah penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pembuatan Serbuk cangkang telur yakni dengan merebus cangkang telur pada suhu 1000C selama 30 menit dan merendam cangkang telur dengan larutan asam yakni asam dan jawa, belimbing wuluh dan jeruk nipis sebanyak 0,5% selama 3 jam. Proses pengeringan dilakukan pada oven suhu 950C selama 3 jam hingga dilakukan proses penepungan. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan nilai gizi akibat pretreatment asam pada pembuatan bubuk cangkang telur. Penggunaan jeruk nipis 0,5% memberikan potensi terbaik pada pengolahan bubuk cangkang telur.
EVEKTIVITAS PERENDAMAN KELUBI (ELEIODOXA CONFERTA) TERHADAP KADAR MIKROBA DAN KALSIUM TEPUNG CANGKANG TELUR Susan Lumban Gaol; Ayutha Wijinindyah; ida ketut mudhita
Bantara Journal of Animal Science Vol 5, No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/bjas.v5i1.3685

Abstract

Tingkat limbah dari cangkang telur semakin meningkat. Limbah cangkang telur perlu di manfaatkan menjadi tepung cangkang yang banyak mengandung kalsium dan bisa menurunkan tingkat pembuangan limbah di Indonesia. Cangkang telur merupakan sumber kalsium yang ketersediaannya melimpah namun belum banyak dimanfaatkan. Tanaman Buah kelubi merupakan salah satu jenis buah rasa asam yang dapat ditemukan di daerah tertentu, seperti Sumatera di daerah  Kalimantan. Senyawa, flavonoid, saponin, dan alkaloid dilaporkan terkandung dalam buah Eleiodoxa conferta Kelubi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan extrak air buah kelubi terhadap kadar mikroba dan kalsium tepung cangkang telur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini uji bakteri escherichia coli dan salmonella sp menggunakan metode MPN (Most Probable Number). Sedangkan uji kadar kalsium Empat perlakuan tiga ulangan uji kalsium, perendaman 3 jam, perendaman 4 jam, perendaman 5 jam dan perendaman tanpa campuran air kelubi. Hasil penelitian menunjukkan terhadap kadar kalsium bahwa semakin tinggi pemberian air buah kelubi maka kadar Ca tepung cangkang semakin meningkat. Namun uji kadar mikroba tidak memberikan efektivitas yang berbeda  dalam hasil tersebut tidak ditemukannya bakteri Salmonella sp dan Escherichia Coli artinya dalam penambahan air kelubi dapat memberikan efek yang baik terhadap kadar Ca dan tepung cangkang aman dikonsumsi dengan perendama suhu ruang. Kata kunci: Air Kelubi (Eleiodoxa conferta), mikroba, cangkang telur
Alternative Use of Tamarind Pretreatment in Making Eggshell Flour Ayutha Wijinindyah; Jerry Selvia; Husnul Chotimah; Ida Ketut Mudhita
BANTARA JOURNAL OF ANIMAL SCIENCE Vol 4 No 2 (2022)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/bjas.v4i2.2950

Abstract

The use of acid pretreatment in the manufacture of eggshell flour is an alternative way to speed up drying time, reduce product odor, and facilitate the absorption of nutrients when consumed. Tamarind is one type of acidifying agent that is widely available around, both sold commercially and naturally. This study aims to examine the differences in the use of various types of tamarind pretreatment in the process of making eggshell flour. The type of acid used as pretreatment was Tamarind in Lombok, Kalimantan, and Java. The method of this research is to soak egg shells with various types of tamarind mentioned above for 3 (three) hours. Parameters observed were proximate analysis (water content, ash, fat, protein, crude fiber, carbohydrates) and minerals (calcium and phosphorus), pH and yield. The results show that there are differences in the administration of acid pretreatment to the observed parameters. The results of the treatment showed that the best proximate value was obtained in the Lombok tamarind pretreatment and the main control, as well as the yield and calcium levels. The best value of phosphorus content was in the use of Lombok tamarind pretreatment and the main control.
Alternatif Olahan Bubuk Tabur dan Teh dari Kakalai, Kelor dan Cangkang Telur Sebagai Pangan Lokal Sumber Zat Besi dan Kalsium Ayutha Wijinindyah; Susan E. Lumban Gaol; Husnul Chotimah
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 6 (2023): Membangun Tatanan Sosial di Era Revolusi Industri 4.0 dalam Menunjang Pencapaian Susta
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahan pangan lokal saat ini banyak dimanfaatkan sebagai sumber zat gizi. Salah satu pangan lokal yang ada di Kalimantan adalah kalakai. Dikombinasikan dengan kelor yang juga memiliki kandungan zat besi tinggi dan sumber kalsium dari limbah cangkang telur yang belum banyak dimanfaatkan, selanjutnya keriga bahan tersebut dikombinasikan dan dilakukan proses pengeringan. Daun kalakai dan kelor dikeringkan dengan oven suhu 50 C, sedangkan limbah cangkang telur setelah dibersihkan dan direbus selama 15 menit, selanjutnya dikeringkan di oven suhu 950 C. Ketiga bahan tersebut kemudian diblender dan disaring hingga menjadi bubuk kalakai, kelor dan cangkang telur. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat alternatif pemberian bubuk kalakai, kelor dan cangkang telur dengan berbagai variasi dan pencelupan, terhadap kadar zat besi dan kalsium. Hasil memperlihatkan bahwa pemberian bubuk kalakai, kelor dan cangkang telur dengan variasi berbeda dan metode pencelupan secara signfikan berpengaruh terhadap kadar zat besi dan kalsium. Hasil terbaik kadar zat besi didapat pada variasi (kelor : cangkang : kalakai) yakni (0,5 : 0,5 : 2) yakni 81,11±0,23 ppm; dan hasil terbaik kadar kalsium pada variasi (kelor : cangkang : kalakai) yakni (0,5 : 2 : 0,5) yakni 240101,11 ± 312,76 ppm. Pemberian dalam bentuk teh dengan pencelupan 1 menit kurang efektif dalam memberikan nilai gizi zat besi dan kalsium Kata Kunci : bubuk, kalakai, kelor, cangkang telur, zat besi, kalsium
Efek Marinasi Limbah Kulit Nanas dan Jahe Terhadap Kualitas Daging Sapi Wijinindyah, Ayutha; Gaol, Susan E. Lumban; Pujiastuti, Asih; Prayuda, Fajar Galih
Proceedings Series on Physical & Formal Sciences Vol. 7 (2024): Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian dan Perikanan
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pspfs.v7i.1193

Abstract

Daging merupakan sumber protein yang mudah didapat dan banyak dimanfaatkan. Banyak cara digunakan untuk mengempukkan daging sehingga mudah diolah. Limbah kulit nanas merupakan bahan tidak terpakai yang berpotensi untuk mengempukkan daging karena mengandung enzim bromelin. Penambahan jahe diharapkan mampu mempercepat proses pengempukan dan mempertahankan kualitas daging karena jahe mengandung enzim protease yang juga berperan untuk mengempukkan daging. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek marinasi kulit nanas dan jahe terhadap kualitas fisik daging yakni dengan parameter kadar air, pH, susut masak, dan organoleptik. Penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap yakni dengan 4 perlakuan, dan 3 ulangan. Metode pada penelitian ini adalah eksperimen dengan pemberian jahe 10g pada setiap perlakuan dan tambahan kulit nanas P0 (0 g), P1 (20 g), P2 (25 g) dan P3 (30 g) dengan berat daging 50 g dan dimarinasi selama 1 jam. Hasil memperlihatkan perendaman kulit nanas dengan berbagai perlakuan dan jahe memberikan hasil beda nyata (p<0,05) pada kadar air, susut masak, aroma, tekstur dan rasa daging. Adapun hasil tidak beda nyata pada pH dan warna daging. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat dikembangkan variasi lama marinasi dan persentase penambahan jahe dan kulit nanas.
KUALITAS DAGING ITIK YANG DIRENDAM JUS BUAH NANAS (ANANAS COMASUS L. MERR) : EFFECT OF GIVING PINEAPLLE JUICE (ANANAS COMASUS L. MERR) ON QUALITY OF DUCK MEAT Runi; Wijinindyah, Ayutha; Wulandari, Lies Tiarini
Journal of Animal Research and Applied Science Vol. 4 No. 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/aras.v4i2.30358

Abstract

Duck meat is a source of animal protein. Duck meat is widely used in various food preparations. The aim of this research was to determine the effect of giving pineapple juice on the physical and chemical quality of duck meat. The experimental design used complete randomization with four treatments and three replications. The treatments applied were : P0 : duck meat (without the additional of pineapple juice), P1 : duck meat + 25% pineapple juice, P2 : duck meat + 50% pineapple juice, P3 : duck meat + 75% pineapple juice. The data obtained was analysed using analysis of variance (ANOVA) and continued with wether three was a real influence. The variables observed include physical (pH) and chemical quality (water content, protein content and fat content). The result showed that giving pineapple juice to duck meat had a significant effect (P<0,05) on the quality of pH and water content, but thre was no significant difference (P>0,05) on protein and fat content of duck meat. Providing pineapple juice up to 50% can reduce the pH and water content, while up to 75% it has no effect on the protein and fat of duck meat.
Morphoanatomy and size of male Alabio ducks (Anas platyrhynchos) reproductive organs of starter period Setiyono, Eko; Wijinindyah, Ayutha; Atang, Atang; Wibowo, Eko Setio; Sugiharto, Sugiharto
Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi Vol 12 No 1 (2024)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Sci and Tech, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/bio.v12i1.41342

Abstract

The testes are vital for spermatogenesis and steroid hormone production, thus serving as a critical biomarker for monitoring testicular function through organ development analysis. Until now, there has been no information on the morphoanatomical development of testicular organs in day-old Alabio ducks (DOD). This knowledge is crucial for optimizing reproductive strategies and manipulations. This study aimed to determine the growth and morphoanatomical development of testes in Alabio ducks during the starter period. A purposive sample of forty DOD male Alabio ducks was observed and measured weekly for eight weeks. Variables included testicular morphoanatomy, weight, liver weight, gonadal-somatic index (GSI), and hepatic-somatic index (HSI). Results indicate that bean-shaped, creamy-white testes are located in the abdominal cavity near the spine, attached dorsally and anterior to the kidneys. Testicular weight, length, reproductive tract weight and length, and GSI peaked at eight weeks (0.768 ± 0.06 g, 1.73 ± 0.20 cm, 0.79 ± 0.02 g, and 13.32 ± 0.65, respectively; p < 0.01). Testicular weight, liver weight, GSI, and HSI differed significantly weekly (p < 0.01). In conclusion, testicular weight in Alabio ducks increases steadily during the first eight weeks, with bean-shaped testes developing bilaterally in the abdominal cavity, attached dorsally and constrained by the mesorchial ligament.
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KONSEP DAGING SAPI “ASUH” : Potrait of Knowledge About the Concept of “ASUH” Meat Wijinindyah, Ayutha; Pujiastuti, Asih; Eko Candra Pratama; Ida Ketut Mudhita
Wahana Peternakan Vol. 8 No. 1 (2024): Wahana Peternakan
Publisher : Faculty of Animal Science, University of Tulang Bawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37090/jwputb.v8i1.1407

Abstract

Daging merupakan salah satu sumber protein yang banyak diolah dan dikonsumsi oleh responden. Meski demikian, banyak responden yang tidak mengetahui ciri-ciri daging yang layak untuk dikonsumsi. Pemerintah menerapkan daging ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal) sebagai parameter daging berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan responden terhadap daging ASUH. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey yang dilakukan pada panelis masyarakat Kotawaringin Barat dengan mengajukan pertanyaan terkait parameter daging Aman, Sehat, Utuh dan Halal. Pengujian Dilakukan dengan SPSS melalui uji crosstab dan chi square. Hasil memperlihatkan bahwa pengetahuan responden terkait daging ASUH sebanyak 24,07% memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 59,26% memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 16,67% memiliki tingkat pengetahuan rendah. Secara umum tingkat pengetahuan terkait daging ASUH pada responden yakni dalam taraf “cukup” yakni dengan nilai 82.14%. Adapun faktor-faktor yang mendukung parameter (jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, tingkat ekonomi dan sumber informasi) tidak berhubungan secara siginifikan dengan tingkat pengetahuan responden terhadap daging ASUH.   Kata kunci: ASUH, Daging sapi, Pengetahuan