Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KKN DI KAMPUNG MOYANG, DISTRIK PRAFI, KABUPATEN MANOKWARI: Community Service through the KKN Program in Kampung Moyang, Prafi District, Manokwari Regency Mutakim Takim; Julius D. Nugroho; Mahmud; Imam A. Salim; Luisa N. Laos; Dewi Meilani; Kornelius Kolo; Olce Y. Mandacan; Nari Iwou; Adomina J. Wanggai; Yohanan Y. Mamesah; Yulince M. Awom
IGKOJEI: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2022): IGKOJEI: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/igkojei.v3i2.300

Abstract

ABSTRACT  This activity aims to identify development problems and find solutions to problems through the establishment of KKN programs to encourage community development in Kampung Moyang, Prafi District, Manokwari Regency. The method of this service activity is through assistance and counseling to the community in the form of training, lectures, and direct socialization in several programs that have been planned based on the results of preliminary observations at the KKN location. The health sector activities carried out are distributing masks and posters of healthy lifestyles, counseling on good and correct toothbrushes, and healthy gymnastics for PKK mothers and children. The field of village administration through the making of PKK program signboards, PKTMB signage boards, 7K signboards, and village administration maps. The environmental sector through community service work activities with residents and the manufacture of trash cans. The field of education through activities introduces letters, numbers, and coloring pictures. In addition, other supporting activities were carried out in the economic and cultural fields, namely through activities to make cassava-based chips with PKK mothers and introduce Papuan folk songs to children. The results of the implementation of the activity showed that training and mentoring, as well as socialization in Kampung Moyang, were able to have a positive impact on increasing the knowledge, attitudes, and skills of the people of Kampung Moyang. The KKN group has been able to identify development problems in Kampung Moyang and has been able to provide solutions for the improvement of Kampung Moyang.  Keywords: KKN; Moyang Village; PKM.   ABSTRAK  Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan pembangunan serta mencari solusi pemecahan masalah melalui pembentukan program-program KKN untuk mendorong pembangunan masyarakat di Kampung Moyang Distrik Prafi Kabupaten Manokwari. Metode kegiatan pengabdian ini melalui pendampingan dan penyuluhan kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan, ceramah dan sosialisasi secara langsung pada beberapa program yang sudah direncanakan berdasarkan hasil observasi awal di lokasi KKN. Kegiatan bidang kesehatan yang dilaksankan adalah membagikan masker dan poster pola hidup sehat, penyuluhan sikat gigi yang baik dan benar serta senam sehat untuk ibu-ibu PKK dan anak-anak. Bidang administrasi kampung melalui pembuatan papan plang program PKK, papan plang PKTMB, papan plang 7K dan peta adminitrasi kampung. Bidang lingkungan melalui kegiatan kerja bakti bersama warga dan pembuatan tempat sampah. Bidang pendidikan melalui kegiatan memperkenalkan huruf, angka dan mewarnai gambar. Selain itu, dilakukan kegiatan pendukung lainya dalam bidang ekonomi dan budaya yaitu melalui kegiatan pembuatan keripik berbahan dasar singkong bersama ibu-ibu PKK dan memperkenalkan lagu daerah Papua kepada anak-anak. Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukan bahwa pelatihan dan pendampingan serta sosialisasi di Kampung Moyang mampu memberikan dampak positif terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat Kampung Moyang. Kelompok KKN sudah mampu mengidentifikasi permasalahan pembangunan di Kampung Moyang dan sudah mampu memberikan solusi untuk perbaikan Kampung Moyang. Kata kunci: Kampung Moyang; KKN; PKM
POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA ALAM DANAU ANGGI GIDA Ronald Dowansiba; Yohanes Y. Rahawarin; Mahmud
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 3 No 2 (2017): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol3.Iss2.75

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan objek dan daya tarik wisata danau Anggi Gida dan untuk mengetahui faktor-faktor pendukung wisata alam serta sikap dan persepsi masyarakat daerah terhadap pengembangan kawasan wisata danau Anggi Gida. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data secara observasi melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua danau yaitu danau Anggi Gida dengan luas 2.500 ha dan Anggi Giji dengan luas 1.800 ha. Secara fungsi, kawasan ini memiliki peran yang demikian penting dalam upaya pelestarain flora, fauna dan keberadaan komunitas masyararakat. Secara khusus kawasan tersebut ditumbuhi oleh vegetasi pinggiran danau yang khas, diantaranya yaitu pohon (Ficus sp.), pohon arwob (Dodonea fiscosa), alang-alang danau (Imperata cylindrica). Sebagian besar responden berpersepsi positif terhadap pengembangan ODTW danau Anggi Gida dengan persentase tertinggi sebesar 81,44%, sementara responden yang memilih netral sebesar 12,5% dan responden yang berpersepsi negatif (menolak) cukup kecil yaitu hanya sebesar 6,06%.
Evaluasi Daya Dukung dan Skenario Konservasi DAS Wosi di Kabupaten Manokwari, Papua Barat Mahmud Mahmud; Danang Wijaya; Wahyudi Wahyudi; Ambar Kusumandari
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 15 No 2 (2021): September
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1603.398 KB) | DOI: 10.22146/jik.v15i2.1759

Abstract

Around 12.62% of watersheds in Indonesia are damaged and need restoration immediately to prevent floods, landslides, and other related disasters. This study aimed to evaluate the Wosi watershed and formulate conservation scenarios to improve its conditions. The data collection included hydrology (quantity, continuity, and water quality), land (critical land index, percentage of vegetation cover, and erosion index), socio-economic (population pressure, welfare level, existence, and regulations enforcement), building investment (city classification and water building value classification), and the use of space (protected areas and cultivation areas). The evaluation of carrying capacity used a scoring analysis. The scenarios formulation used the information on potential carrying capacity and conservation strategies. The results suggested that the carrying capacity of the Wosi watershed from 2016-2019 had fallen into "bad" and "very bad" categories. To improve these conditions, the government can assign the riparian areas as a government asset, build ponds and dikes in the flood-prone areas, apply small recharge pond (SRP) on the cacao plantations, and assign Wosi Rendani protected forest (HLWR) as an urban forest. The implementation of these conservation strategies will result in the improvement of (a) the carrying capacity of the Wosi watershed and (b) the status into the "good" category to support environmentally friendly development in Manokwari city.
Skenario Konservasi Tanah pada Perkebunan Sawit sebagai Upaya Mitigasi Limpasan Permukaan pada DAS Arui, Kabupaten Manokwari, Papua Barat Mahmud Mahmud
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 28 No. 1 (2023): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.28.1.129

Abstract

Indonesia, a country with high forest and land potential for economic growth, still relies on utilizing these two potentials. This study aims to create a conservation scenario in palm oil plantations that are expected to be able to mitigate surface runoff. The data collected include hydrology, land, area of oil palm plantations, and topography, which were analyzed based on threats and potential conservation that can be applied. Conservation scenarios that need to be carried out are: deadlock alley ditch (dad), mixed tree and palm oil plantations, planting oil palm without land cultivation, and immersing mulch. The simulation results of the dad design, if it rains heavily, all of the rainwater in the palm oil fields can be accommodated without a runoff. Mixed tree and oil palm plants are expected to maintain the availability of nutrients, increase the income of oil palm smallholders, and have a good impact on soil fertility. Planting oil palm without land cultivation is expected to reduce surface runoff, increase water infiltration into the soil, and expand water catchment areas. The immersion of palm mulch is expected to help retain soil moisture, add nutrients, enhance the soil's ability to absorb water, and prevent erosion. Conservation scenarios in the long term, such as dad, mixed tree and oil palm plantations, oil plantations without land cultivation, and mulch immersion, are expected to be able to mitigate flooding. Keywords: Arui watershed, conservation scenario, mitigation, oil palm, surface runoff
Biophysical characteristics of Wosi Watershed area in Manokwari Regency, Indonesia Mahmud; Abdul Aziz; Danang Wijaya; Wahyudi; Bambang Nugroho; Denisa Melanesia
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 13 No 1 (2023): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.13.1.88-101

Abstract

Flood is number one Indonesian natural disaster in the last 10 years and its occurrence at Manokwari is frequently reported. Biophysical condition is playing a key role in carrying capacity of this catchment area.This study is to determine biophysical characteristics of Wosi Watershed to manage and mitigate flooding in Manokwari. Spatial analysis and field observation methods were used to collect the data. Biophysical variables are rainfall, watershed morphometric, slope, and land used. Carrying capacity is measured using flow regime coefficient and annual flow coefficient. The results showed that the heavy rainfall (> 100 mm) throughout the ten years with 10.5 wet months at average resulting very wet tropical climate. This watershed has an area of 2,346.32 ha, its circumference of 29.95 km2 with river length of 8.38 km resulting 0.33 (triangle) and 1.027 (triangle) for Rc and Re, respectively. This morphometry is rectangular and slightly oval(triangular) formed of four rivers with drainage pattern of dendritic, which resembles the shape of a tree branch/twig. Steep slopes are dominant (58.5%), with non-forest area (62%) of the flat and steep slope for settlement (698 ha), and flat slope for mixed dry farming (707 ha). From 2016-2020, river water flow changes rapidly from low to very high to generate flooding, but the carrying capacity is sometime changeable from good to bad. Water drainage, retaining walls, replantation, early warning system, and flooding leaflets mitigation campaign, are structural and non-structural mitigation could be parallelly conducted to manage and mitigate the flooding risks in future.
Dampak Perusakan Antropogenik Terhadap Sedimentasi dan Erosi Pada Hutan Lindung Wosi Rendani Di Kabupaten Manokwari Mahmud
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 25 No 1 (2023): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jitl.25.1.30-39

Abstract

Communities who live around the forest in supporting their daily lives cannot be separated from interactions with the forest, including protected forests impact that triggers erosion, sedimentation, flooding and landslides. This study aims to identify the anthropogenic destruction in Protected Forest of Wosi Rendani (PFWR) and its impact on sediment and erosion. The research was conducted through surveys and data analysis by scoring. The head of the KPHL, forest rangers and retired Forestry Service employees were selected in a purposive sampling. The results showed that anthropogenic activities in the PFWR area included forest encroachment, illegal logging, shifting cultivation by burning, soil extraction and C excavation, conversion to built-up areas. Anthropogenic activities have an impact on increasing sediment from high to very high and erosion in the very high category. The increase in sediment and erosion caused by shrinkage and destruction of PFWR is now remaining 26% which if not managed properly will trigger floods and flash floods.
Tata Niaga, Nilai Ekonomi dan Kualitas Kulit Kayu Masohi di Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat Siti Hanafiah Hegemur; wahyudi sayuti pono; Bambang Nugroho; Mahmud
Median : Jurnal Ilmu Ilmu Eksakta Vol. 16 No. 2 (2024): Jurnal Median
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33506/md.v16i2.3591

Abstract

Massoi (Cryptocarya massoi (Oken) Kostem) is non-timber forest products of spices utillized for as food flavour, traditional medicine, and pharmacheutical material. This research is designed to describe the market chain, economic values, natural disturbance in local farming lands, natural regenarion, legal harvesting permit, and evaluate masohi bark quality to SNI 7941:2013, and determine an intervention for to increase the added values for local farmers. This research was undertaken in 13 villages at 6 subdistricts in Fakfak district West Papua. Interviews based on the questioner and field survey were conducted to collect the data. The results indicated that qualitatively local farming land for Masohi is 102,5 ha in total with for an average distance of 3.23 km form their homes. These farming land are scattered in both secondary and primary forest, cultivated with agroforestry system and planted insite ot in between Myristica trees. Regenerations are done using local nursery and natural sapling from the mother trees. Prices of the dried masohi bark have vary, at farmer IDR 50.000 – 60.000/kg, local collecter traders IDR 70.000/kg and legal harvesting permit holders for IDR 120.000/kg. An innovation for producing packaging masohi products with labels, standaritation and certification could provide significant impact on the added value for local farmers. The majoritas (53,85%) for legal harvesting permit is non-local communities. Local regulation is needed to gain the added values for masohi farmers. Masohi bark collected from Fakfak district could be utilized for raw material for Jamu and essential oil but properly drying is required to reduce the moisture content and elimate fungi contamination.
Karakteristik Daerah Aliran Sungai Klawoguk Di Kota Sorong, Papua Barat Daya Mahmud; Danang Jatmika Wahyu Wijaya; Wahyudi; Bambang Nugroho; Febriza Dwiranti; Mutakim
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 26 No 1 (2024): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jitl.26.1.1-11

Abstract

Banjir telah menjadi musibah terbesar dalam dasawarsa terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik DAS (Daerah Aliran Sungai) Klawoguk yang diharapkan dapat berkonstribusi dalam perencanaan, pengelolaan dan mitigasi banjir di Kota Sorong. Penelitian ini menggunakan metode survey, analisis spasial dan pengamatan lapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAS Klawoguk memiliki tipe iklim tropik sangat basah dengan curah hujan sepanjang tahun tanpa dikenali musim kemarau. DAS berbentuk lonjong berdampak air semakin lama untuk mencapai titik akir air. Topografi datar seluas 2.599,30 ha telah menjadi wilayah perkotaan Provinsi Papua Barat Daya meliputi kelurahan Sawagumu, Malaingkedi, Klasabi, Kalwalu dan Klamana yang menjadi langganan banjir. Dalam tujuh bulan terakhir koefisien regim aliran (KRA) berubah – ubah didominasi sangat rendah yang berarti aliran air pada sungai Klawoguk lebih stabil. Sedimen didominasi sangat tinggi dan adanya degredasi hutan lindung oleh pengambilan tanah dan galian C yang menyebabkan peningkatan hasil sedimen pada sungai.
Etika Bertamu dalam Al-Qur’an (Analisis Penafsiran Ibnu Katsir Surat An-nur Ayat 27-29) Hasyim, Imam; ., Mahmudi
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 3 No. 2 (2018): Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada surah An-Nur ayat 27-29 ini berbicara mengenai etika bertamu. Adapun hukum, petunjuk dan pelajaran yang dapat kita ambil di antaranya adalah: Disunahkan ketika bertamu untuk mendahuluinya dengan salam sebelum meminta izin.Haram hukumnya bagi seseorang memandang ke dalam rumah yang bukan rumahnya tanpa izin.Tidak diperbolehkan meminta izin lebih dari tiga kali. Dalam artian jika telah meminta izin sebanyak 3 kali namun tidak ada jawaban dari pemilik rumah maka hendaklah pihak yang bertamu menunda keinginginannya.Jangan hanya mengatakan “saya” ketika ditanya oleh sipemilik rumah “siapa ini?” sebab hal tersebut dapat mengakibatkan kebingunan lantaran pemilik rumah tidak mengetahui secara pasti siapa yang bertamu.Sepantasnya bagi orang yang meminta izin tidak mengetuk pntu terlalu keras. Karena ini termasuk kurang mempunyai etika.Diriwayatkan dari Anas bin Malik, beliau berkata, “Pintu kediaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diketuk dengan menggunakan kuku.” (HR.Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad). Jika pemilik rumah menyuruh kembali, maka orang yang meminta izin harus kembali. Namun demikian bukan berarti pemilik rumah memiliki kebebasan untuk mengusir tamunya. Tetap harus menjaga perasaan yang bertamu. Tidak diperbolehkan memasuki rumah yang di dalamnya tidak ada seorang pun. Namun hal ini berbeda jika rumah atau tempat kediaman yang akan dimasuki sudah tidak ada penghuninya atau memang sudah tidak dihuni lagi. Sebagai tuan rumah haruslah memuliakan tamu. Dalam artian penyajiannya tidak bermaksud untuk bermegah-megah dan berbangga-bangga, tetapi bermaksud untuk mencontoh Rasulullah SAW dan para Nabi sebelum beliau, seperti Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Beliau diberi gelar “Abu Dhifan” (Bapak para tamu) karena betapa mulianya beliau dalam menjamu tamu.