Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Kecerdasan Budaya Dalam Seni Pertunjukan Nusantara Yulinis, Yulinis
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 5 No 2 (2019): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.293 KB)

Abstract

Tujuan dari penulisan ini adalah melihat perkembangan seni nusantara terutama tari yang berkaitan dengan sejarah pemikiran senimannya. Kecerdasan seniman tradisi dalam mengolah gerak budaya menjadikan karya seni mereka selalu aktual disetiap zaman yang dilaluinya. Sebuah karya lahir merupakan gerakan estetik yang melibatkan budaya, agama dan juga sejarah tempat karya itu dilahirkan. Warisan budaya dan agama, tradisi, dan komunitas serta konflik-konflik yang tejadi pada masa lalu merupakan wilayah yang sering menjadi inspirasi seniman dalam melahirkan karya-karyanya yang monumental. Teknologi boleh berkembang dengan pesat, globalisasi boleh merambah apa saja di dunia ini, tetapi persoalan seni tradisi nusantara merupakan wacana yang bisa beradaptasi dengan perubahan-perubahan tersebut. Sampai hari ini seni tradisi nusantara terus berlanjut tanpa harus kehilangan maknanya. Seniman-seniman yang secara individu telah mencapai taraf yang tinggi di bidang sosial, ekonomi, dan lain-lain, tetapi pada suatu kesempatan mereka tetap menari untuk sosial, ibadah dan, untuk kesenangan batin dan untuk pengabdiannya sebagai manusia yang terikat dengan alam semesta.
IDEOLOGICAL CHANGE OF ULU AMBEK DANCE IN PARIAMAN COMMUNITY, WEST SUMATRA -, Yulinis
E-Journal of Cultural Studies Volume 6, Number 3, November 2013
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.206 KB)

Abstract

ABSTRACT This present study discussed the ideological change of ulum ambek (UA) dance resulting from the impact of globalization. This is indicated by the fact that the young generation is getting less interested in performing UA dance in Pariaman. This study, in which qualitative, critical, holistic, and emancipatoric approaches were used, analyzed the form of, the factor contributing to, the meaning and the impact of the ideological change of UA dance in Pariaman community. The relevant theories used are the theory of ideology, the theory of hegemony, and the theory of semiotics. The data were collected using observation, interview, and documentary techniques, and were qualitatively and interpretatively analyzed. The results of the study showed that the form of the ideological change of UA dance performed in Pariaman was related to the ideology of what is referred to as penghulu (Muslim leader). The values of life such as the learning of good manners or better known as batarik (regulations for conduct) were expressed through UA dance. The meanings of UA dance included knowledge, values, and the belief adhered to in the Pariaman culture. The impact of the ideological change of UA dance was related to the people’s welfare, solidarity, and the balance between human and the nature. The value of tageh constituted the aesthetic meaning of UA dance and the value of creativity constituted the value of creative development and the value of ideological development. Theoretically, this present study revealed that the ideological meaning of UA dance in Pariaman West Sumatra included the aesthetic value referred to as tageh which was related to the aesthetics of UA dance performance and the bataratik value was related to the ideology of the Pariaman community, apart from the appearance of creativity related to the development of UA dance.
STRATEGI PEMBELAJARAN KESENIAN ULU AMBEK PADA MASA PANDEMI DI PARIAMAN Yulinis Yulinis
Melayu Arts and Performance Journal Vol 5, No 1 (2022): Melayu Arts and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v5i1.708

Abstract

This article discusses the ulu ambek art learning strategy during the Covid-19 pandemic in Pariaman, which faces a new problem, namely the prohibition of gathering activities. This situation is certainly very risky for every cultural unit if it is not strong in defending itself. Ulu ambek art inevitably has to try to find alternatives to learning strategies to respond to the pandemic, one of which is to try online learning by utilizing digital technology media. The results of the analysis show that online learning strategies are difficult to apply to the ulu ambek. Because, the art of ulu ambek as an important part of Pariaman culture, holds the values and perceptions of the Pariaman people, especially the value of the leadership of the penghulu. Ulu ambek art is defined as a manifestation of the abstraction of the penghulu in Pariaman, including ideas, behaviors, and results of behavior. Both values and perceptions relate to the psychological aspects of ulu ambek supporters, which are important in directing their behavior, which are difficult to internalize through online learning strategies.Keywords: pandemic; strategy; learning; Pariaman; ulu ambek AbstrakTulisan ini membicarakan tentang strategi pembelajaran kesenian ulu ambek pada masa pandemi Covid-19 di Pariaman, yang menghadapi persoalan baru yaitu dilarangnya kegiatan berkumpul. Keadaan ini tentunya sangat berisiko bagi setiap unit kebudayaan jika tidak kuat dalam mempertahankan dirinya. Seni ulu ambek mau tidak mau harus berusaha untuk menemukan alternatif dari strategi pembelajaran guna menyikapi pandemi, salah satunya adalah mencoba pembelajaran daring dengan memanfaatkan media teknologi digital. Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi pembelajaran daring sulit diterapkan atas ulu ambek. Sebab, seni ulu ambek sebagai bagian penting kebudayaan Pariaman, menyimpan nilai-nilai dan persepsi masyarakat Pariaman, terutama atas nilai kepemimpinan penghulu. Seni ulu ambek didefinisikan sebagai wujud dari abstraksi penghulu di Pariaman, mencakup gagasan, kelakuan, dan hasil kelakuan. Baik nilai-nilai maupun persepsi, berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan para pendukung ulu ambek, yang penting artinya dalam mengarahkan tingkah laku mereka, yang sulit diinternalisasikan melalui trategi pembelajaran daring.Kata Kunci: pandemi; strategi; pembelajaran; Pariaman; ulu ambek
Eksistensi Payung Dalam Kebudayaan Minangkabau Di Era Globalisasi Yulinis Yulinis
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 34 No 2 (2019): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v34i2.711

Abstract

Payung tidak hanya dipergunakan untuk hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari seperti melindungi diri dari kehujanan atau kepanasan. Akan tetapi payung telah menjadi simbol dalam kebudayaan terutama di Minangkabau. Eksistensi payung dalam kebudayaan Minangkabau tentu saja mengalami perkembangan. Payung yang sebelumnya digunakan untuk hal yang praktis, sekarang sudah menjadi simbolis. Perubahan tersebut merupakan sikap terhadap kondisi masyarakat yang telah dipengaruhi oleh globalisasi. Globalisasi membawa penyebaran budaya pluralistik dengan berbagai ideologi yang terkandung di dalamnya yang sulit dihindarkan. Dalam hal ini globalisasi, tidak hanya dalam bidang-bidang tertentu, seperti teknologi, tetapi juga bidang-bidang lainnya sesuai dengan karakter dan makna global itu sendiri. Globalisasi menimbulkan perubahan terhadap sebuah benda seperti payung yang sudah lama melekat dalam diri manusia tradisional. Pengaruh globalisasi menjadikan payung bersifat universal. Payung di Minangkabau telah difungsikan dalam upacara ritual pengangkatan penghulu yang dimaknai sebagai pelindung dari perilaku yang tidak baik. Payung juga menjadi simbol bagi perempuan Minangkabau. Perempuan diibaratkan sebagai payung panji ke Medinah yang bermakna sebagai jalan menuju surga dalam agama Islam. Payung yang dilekatkan kepada perempuan juga bermakna sebagai pemimpin, terutama pemimpin dalam keluarga, pemimpin bagi anak-anaknya di rumah. Payung juga digunakan dalam tari di Minangkabau. Tari payung tercipta sebagai penggambaran cinta dan kasih sayang antara laki-laki dan perempuan. Begitu juga dalam upacara perkawinan, payung menjadi simbol menyatukan dua anak manusia dalam sebuah keluarga.
Estetika Budaya Melayu dalam Tari Zapin Riau Rinto Widyarto; Yulinis Yulinis
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 8, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/jpks.v8i1.19203

Abstract

Tari Zapin Melayu Riau merupakan tari tradisi yang masih eksis di tengah masyarakat Riau. Tari Zapin juga dimiliki oleh Melayu lain di Nusantara. Kajian ini untuk mengetahui bagaimana Melayu sebagai daerah kebudayaan yang sangat luas di Wilayah Indonesia dan negara tetangga (Brunei Darusalam, Malaysia dan Singapura). Luasnya daerah Melayu menjadikannya sebagai induk dari kebudayaan Melayu kecil yang bertebaran. Hal ini diketahui dari penyebutan Melayu Minangkabau, Melayu Riau, dan Melayu Jambi.Metode penelitian terfokus pada kebudayaan yaitu suatu etnis yang dipengaruhi kebudayaan asing yang lambat laun diakomodasi serta diintegrasi, terjadi saling berinteraksi tanpa kehilangan kepribadian dengan teori akulturasi. Terdapat lima kasus menarik yaitu, metode mengobservasi, proses akulturasi; psikologi proses akulturasi; timbulnya inovasi; dan usaha menolak proses akulturasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tari Zapin Melayu Riau merupakan tari yang muncul akibat interaksi antar dua kebudayaan (budaya Melayu dan Arab), dapat dikatakan juga sebagai kesenian produk kebudayaan agama Islam. Awalnya dibawa pedagang Arab di kawasan Selat Malaka awal abad XVI. Kemudian tarian ini mengalami akulturasi dengan budaya lokal Melayu hingga dijadikan budaya baru. Perpanduan dua budaya melahirkan estetika baru yang berbeda dengan estetika Melayu masa lalu dan estetika Arab yang datang ke Riau. Secara estetis, Tari Zapin Melayu Riau menitikberatkan pola mengalun memperlihatkan keindahan gerak kaki dan tangan. Dalam kaidah/estetika Islam, penari tidak bergerak bertentangan nilai dalam agama Islam. Tidak ada gerakan erotis (mengundang nafsu syahwat). Gerakan tari Zapin terinspirasi kegiatan manusia dengan alam (lingkungan). Masing-masing gerakan mengandung makna dan secara berirama serta terpola. Musik pengiringinya ala musik Islami dengan instrumen Marwas dan Gambus
PEMBELAJARAN TARI CANDRA METU MENGGUNAKAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI SMA NEGERI 2 DENPASAR Ni Putu Dian Septiari; Yulinis Yulinis; Ni Wayan Mudiasih
PENSI : Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni Vol 3 No 1 (2023): Pensi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni - Juni 2023
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/pensi.v3i1.2131

Abstract

Penelitian pembelajaran ini bertujuan untuk melestarikan dan mengajarkan kembali tari Candra Metu ciptaan I Nyoman Kaler yang pementasannya sudah jarang ditampilkan, mengakibatkan sedikitnya masyarakat yang mengetahui keberadaan tarian ini. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu efektivitas Cooperative Learning (Pembelajaran Berkelompok) dengan tipe Jigsaw pada peserta didik kelas X ekstrakurikuler tari di SMA Negeri 2 Denpasar. Berpijak pada alasan tersebut maka dilakukan penelitian pembelajaran ini dengan mengambil topik tari Candra Metu dan Cooperative Learning tipe Jigsaw, dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah, tanya jawab, demosntrasi, drill and practice dan modelling the way. Metode-metode tersebut digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran tari Candra Metu pada ekstrakurikuler tari di SMA Negeri 2 Denpasar. Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa pada awal pertemuan ekstrakurikuler, tari Candra Metu memiliki kendala yaitu sedikitnya jumlah dokumentasi video mengenai tari Candra Metu. Hal ini berdampak kepada peserta didik yang kesulitan untuk mempelajari tari Candra Metu, maka dari itu peneliti menggunggah video peragaan gerak tari Candra Metu ke platform Youtube untuk memudahkan proses pembelajaran. Selain itu ditemukan juga bahwa peserta didik lebih mudah menyerap materi tari Candra Metu dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw karena mereka bisa dengan bebas berlatih bersama kelompoknya diluar jam ekstrakurikuler dan latihan berkelompok memacu proses pembelajaran secara dinamis dibandingkan dengan pembelajaran tari Candra Metu yang dilakukan secara mandiri dengan metode demonstrasi.
PEMBELAJARAN DRAMA MONOLOG TIMUN MAS DENGAN METODE SOSIO DRAMA DI SMPK SANTO YOSEPH DENPASAR Mauren Nurak; Yulinis Yulinis; Ni Made Liza Anggara Dewi
PENSI : Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni Vol 3 No 1 (2023): Pensi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni - Juni 2023
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/pensi.v3i1.2170

Abstract

Program asistensi mengajar merupakan salah satu kegiatan yang menjadi bagian dari beberapa program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang ditawarkan oleh Kemendikbud kepada mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia. SMPK Santo Yoseph merupakan salah satu Sekolah Menegah Pertama swasta dengan akreditasi A, yang mengedepankan penanaman nilai pendidikan karakter bagi para peserta didiknya. Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Jl. PB Sudirman Denpasar menjadi sasaran penulis dalam penilitian mengenai pembelajaran seni budaya di bidang drama. Pendidikan seni budaya perlu diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan pemanfaatan terhadap suatu kebutuhan perkembangan peserta didik, dan pemanfaatan terhadap kebutuhan peserta didik yang terletak pada pemberian pengalaman estetika dalam bentuk kegiatan berapresiasi atau berkreasi.Drama adalah kisah kehidupan manusia yang kemudian dijadikan sebuah pertunjukan atau dipentaskan berdasarkan naskah, percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu (dekor, kostum, rias, lampu, musik), dan disaksikan oleh penonton. Drama merupakan bagian seni budaya dan memiliki hubungan yang sangat erat karena drama adalah salah satu karya sastra yang termasuk ke dalam seni peran. Drama monolog adalah seni peran yang dipertunjukkan seorang diri saja. Dalam arti lain, monolog dapat dikatakan sebagai seseorang yang berbicara sendiri. Metode Sosio drama merupakan metode mendramatisasikan tingkah laku manusia, yang dapat melibatkan interaksi antara dua orang lebih tentang suatu tema. Metode Sosio drama ini diterapkan di SMPK Santo Yoseph Denpasar agar dapat melatih mental anak untuk mendramatisasikan suatu keberanian metode Sosio drama ini sangat menarik perhatian anak, karena suasana kelas semakin hidup melalui metode Sosio drama anak-anak bisa menghayati suatu peristiwa, sehingga sangat mudah untuk mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatan sendiri.
GANDRUNG ANYAR Ni Nyoman Manik Fajarwati; Yulinis Yulinis; I Wayan Budiarsa
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 1 No 2 (2021): Terbitan Kedua Bulan Oktober tahun 2021
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v1i2.862

Abstract

The creative of this dance work m tradicomes frosional cultural events, namely Gandrung dance in Banjar Bangun Urip, Batukandik Village, Nusa Penida District, Klungklung Regency, Bali. Gandrung Anyar is a dance work new creations created from development of the Gandrung dance movement pattems in Nusa Penida with an emphasis on an atmosphere of joy. The creation of this dance work uses the theory of imagination which means power to from a picture (image) and aesthetic theory which means beauty. The process of embodying the creative dance approach uses the method creation in the book Mencipta Lewat Tari by Y. Sumandiyo Hadi, translation from the book Creating Through Dance by Alma M. Hawkins with three stage, namely exploration, improvisation and formation. Exploration is a stage of thinking, imagining, and responding by doing creativ resource research, determines arable ideas and themes, conceptual design of arable, selection of dancer, seklection composers and accompaniment players and selection training sites. Improvisation is the stage of pouring the concept of work to dance actors and the probation period, strarting with nuasen. The last stage is the formation the stage of unifying and arranging movement patterns, arable structures, music and formation as a whole.This dance work is packaged in the form of creative dance with tolerance themes. Performed by five female dancers accompanied by gamelan Semara Pegulingan and uses fan properties. The realization of this dance work is expected to make every human being aware of the importance of tolerance who live in doing an activity together in order to get good results and give happines to evyone. Keywords: Gandrung Anyar, kreasi.
ANALISA GERAK TARI DALAM FILM SEKALA NISKALA I Gusti Ngurah Krisna Yoga; Yulinis Yulinis; I Wayan Budiarsa
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 2 No 1 (2022): Terbitan Pertama Bulan Juni tahun 2022
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v2i1.1576

Abstract

Sekala Niskala tells the story of a twin brotherhood between Tantri and Tantra, who were born and live in a village in Bali. They have a relationship with the unseen and the full moon. Tantri, is a Tantric twin who has to be hospitalized due to a disease that is eating away at his brain abilities. This research was conducted to analyze the variety of dance movements in the film Sekala Niskala. From the above phenomena described, there are problems that exist in this writing, including: How did the creation of dance movements in the film Sekala Niskala originate? How is the analysis of dance movements in the film Sekala Niskala? The research method used is descriptive qualitative research method to solve this research problem. found in field observations, interviews, literature studies, documentation. The theoretical basis used in this study is the aesthetic theory in this study which is used to examine the elements, namely form, weight, and appearance related to the Analysis of Dance Motion in the Sekala Niskala Film which analyzes dance movements. Choreographers try to find inspiration for dances that are associated with nature, the environment, animals, plants, art, culture, and Balinese myths. Which in it like the movement of the chicken character, the butterfly character, the monkey character, the tonya character. Of the four character movements, there are several elements to analyze the movement, namely Material, Energy, Space and Time. Keywords: Dance Movement Analysis, Sekala Niskala.
Tari Dayak Melihat Dunia Oleh Komunitas Kita Poleng Ida Ayu Putri Widiastuti; Ni Made Arshiniwati; Yulinis Yulinis
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 3 No 1 (2023): Terbitan Kesatu Bulan Juni tahun 2023
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v3i1.2378

Abstract

Dayak Seeing the World Dance is a contemporary dance project inspired by the Utik river and life on the island of West Kalimantan, one of which is the life of the Iban Dayak Tribe and the Enggang Bird, which is iconic on the island. This work was created as a vehicle to open the world's glasses about the island of Borneo which is actually the lungs of the world, an important message to be conveyed in this project, to the world about the importance of preserving the beauty of nature. The purpose of this study is to explore the meaning of the title of the Dayak Seeing the World dance and the form of its presentation, so as to produce an understanding of the local genius culture that needs to be understood to maintain the traditions of the tribes in the archipelago towards the universal arena. The research method used is descriptive qualitative method to solve problems found in field observations, interviews, literature studies, documentation and apply aesthetic theory and tie hooks to support this paper. The results obtained from this study include: the meaning of the title Dayak Seeing the World which is closely related to the Dayak Tribe as a part of the Primitive Tribes of the State of Indonesia and has factors that influence the Dayak Tribe, such as cultural customs, traditions and cannot be separated from life. nature so far. The form of presentation consists dance moves from the Dayak tribe that were developed and created but did not change their original from, of a contemporary dance form danced by six dancers, fbrown, using Lanjoor Tombak and Mandau properties, red lighting to strengthen the project with a strong and bold by electronic music (MIDI).  Keywords: Dayak Dance Seeing the World, Meaning, Form Of Presentation.