Claim Missing Document
Check
Articles

Uji Aktivitas Insektisida Ekstrak Daun Serai Terhadap Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella L.) di Laboratorium Shahabuddin Shahabuddin; Alam Anshary
Agroland: Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Vol 17 No 3 (2010): Desember
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The study was conducted to evaluate effects of varied concentrations of methanol extract of lemon grass, Andropogon nardus L. (10.5%, 9.5%, 8.5%, 7,5%, 6.5%, and 0% as control) on mortality and feeding activity of the third-instars of P.xylostella larvae. It was used a randomized complete design with three replicates. The results showed that the leaf extract of Andropogon nardus at 8.5 % was the best treatment as it could caused high mortality of P. xylostella (66.67 %) and it was able to deter the feeding activity up to 82.66 %. The data suggested that extracts of Andropogon nardus contains toxic oil and feeding activity repellant.
PENGENDALIAN ULAT GRAYAK Spodoptera frugiperda J.E Smith (Lepidoptera:Noctuidae) PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays) MENGGUNAKAN Crotalaria juncea dan Brachiaria mulato II SEBAGAI TANAMAN PENOLAK-PENARIK Sesa, Jufrianto Yakub; Saleh, Shahabuddin; Khasanah, Nur
AGROTEKBIS : JURNAL ILMU PERTANIAN (e-journal) Vol 12 No 3 (2024): Juni
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/agrotekbis.v12i3.2137

Abstract

Tanaman jagung yang di tanam bersamaan dengan Crotalaria juncea dan Brachiaria mulato II merupakan cara pengendalian hayati untuk pengendalian ulat grayak Spodoptera frugiperda pada tanaman jagung. Tujuan penelitian untuk menguji pengaruh pengendalian ulat grayak S. frugiperda J.E Smith (Lepidoptera: Noctuidae) pada tanaman jagung (Zea mays) menggunakan Crotalaria juncea dan Brachiaria mulato II sebagai tanaman penolak-penarik terhadap, kepadatan populasi larva S. frugiperda pada tanaman jagung, intensitas serangan tanaman jagung pada fase vegetative dan keanekaragama arthropoda pada tanaman jagung. Penelitian menggunakan metode Eksperimental yang membandingkan antara tanaman jagung perlakuan penolak-penarik dan tanaman jagung tanpa perlakuan penolak-penarik (Kontrol). Pengamatan dilakukan setiap minggu selama fase vegetative, yang dimulai pada tiga minggu setelah tanam. Pengamatan kepadatan populasi larva dan intensitas serangan dilakukan secara langsung pada tanaman jagung sampel dan pengamatan keanekaragaman arthropoda menggunakan tiga perangkap yaitu nampan kuning, pitfall dan jaring ayun. Data kepadatan populasi larva dan intensitas serangan dianalisis menggunakan Uji T, sedangkan keanekaragaman arthropoda dianalisis berdasarkan analisis indeks keanekaragam Shannon wienner (H’). Berdasakan hasil penelitian yang dilakukan pada lahan penelitian tanaman jagung kedua perlakuan dapat disimpulkam bahwa penggunaan tanaman C. juncea dan B. mulato II dapat mengurangi kepadatan populasi larva S. frugiperda dan intensitas serangan tanaman jagung pada fase vegetative. Nilai keanekaragaman arthropoda pada tanaman jagung menggunakan perlakuan Crotalaria juncea dan Brachiaria mulato II (H’ 2,453) dan tanaman jagung tanpa perlakuan Crotalaria juncea dan Brachiaria mulato II (H’ 2,435) yang tergolong dalam kategori sedang.
Kepadatan Populasi dan Gejala Serangan Wereng Perut Putih (Stenocranus pacificus Kirkaldy) (Hemiptera : Delphacidae) pada Tanaman Jagung Varietas Pertiwi 5 dan Arumba Andika, Nur Syfa Husni; Anshary, Alam; Saleh, Shahabuddin; Pasaru, Flora; Toana, Moh. Hibban; Hadid, Abd.
Agroland: Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Vol 31 No 2 (2024): Agustus
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/agrolandnasional.v31i2.2175

Abstract

Wereng perut putih (Stenocranus pacificus Kirkaldy) (Hemiptera: Delphacidae) merupakan salah satu jenis hama yang ditemukan menyerang tanaman jagung di Sulawesi Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ciri morfologi S. pacificus, mengetahui kepadatan populasi, gejala serangan S. pacificus serta hubungan antara kerapatan trikoma dan populasi S. pacificus pada tanaman jagung Pertiwi 5 dan Arumba. Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanaman jagung Desa Labuan Toposo, kab. Donggala dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, dimulai pada bulan Juli-November 2023. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental dengan menanam dua varietas jagung yaitu A1=Pertiwi 5 dan A2=Arumba diulang sebanyak 6 kali dan diperoleh 12 unit percobaan. Ciri morfologi eksternal S. pacificus yaitu abdomennya berwarna putih pada betina dan orange pada jantan. Kepadatan populasi S. pacificus tertinggi ditemukan pada varietas pertiwi 5 dengan rata-rata 34,83 ekor/plot dan varietas arumba 20,21 ekor/plot. Gejala serangan tertinggi pada varietas pertiwi 5 dengan rata-rata 1,87% dan varietas arumba 0,92%. Kepadatan populasi dan gejala serangan pada kedua varietas lebih tinggi ditemukan pada fase vegetatif. Hasil uji korelasi antara kerapatan trikoma dan kepadatan populasi S. pacificus menunjukkan semakin tinggi kerapatan trikoma maka semakin rendah kepadatan populasi S. pacificus.
Effectiveness of Dung Beetles as Bioindicators of Environmental Changes in Land-use Gradient in Sulawesi, Indonesia Saleh, Shahabuddin; Hasanah, Uswah; Elijonnahdi, Elijonnahdi
BIOTROPIA Vol. 21 No. 1 (2014): BIOTROPIA Vol. 21 No. 1 June 2014
Publisher : SEAMEO BIOTROP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (48.975 KB) | DOI: 10.11598/btb.2014.21.1.309

Abstract

Bioindicators have been widely accepted as useful tools for monitoring and detecting changes in the environment or habitat condition. By using bioindicators, it is possible to assess the impact of human activities on the biota, instead of examining the entire biota. In this paper we analyzed diversity of dung beetles (Coleoptera: Scarabaeidae) across land use gradient inCentral Sulawesi and tested the suitability of dung beetles as bioindicators for environmental changes. Ninety baited pitfall trapswere placed and several habitat parameterswere measured at five land-use types ranging from natural forest to cacao agroforestry systems to open areas in 2009 and 2012. The effectiveness of dung beetles as bioindicators of environmental changes was evaluated by the IndVal method, a method combining the specificity and fidelity of certain species with particular types of habitat or environmental conditions. Surprisingly, the results showed that the diversity of dung beetles in two types of cacao plantations were similar to the forest sites and were significantly higher than the open cultivated area. Of the 16 dung beetles species analyzed only four species could be suggested as indicator (characteristic) species while the majority of collected species were categorized as detector species. Two of them (Copris saundersi and Onthophagus forsteni) were associated with natural forest and cacao agroforestry system, thus were suggested as the indicator of shaded and cooler habitats whereas O. limbatus and O. trituber can be suggested as indicator of unshaded and warmer habitats (bare land area).Keywords: bioindicators, diversity, Scarabaeidae, habitat preferences, IndVal.