Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PELATIHAN DAN PEMBINAAN USAHA MUSTAHIK ZAKAT BAZNAZ ROKAN HULU Karmilia, Rise; Almadison; Rahma, Siti; Elfiani, Fitri; Amelya, Siska
Tepak Sirih : Jurnal Pengabdian Masyarakat Madani Vol. 3 No. 1 (2024): Tepak Sirih : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Madani
Publisher : LPPM Universitas Pasir Pengaraian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30606/jpmm.v3i1.2923

Abstract

Mitra pada program pengabdian masyarakat ini adalah Baznas Rokan Hulu dan para pemilik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebagai Mustahik zakat Kabupaten Rokan Hulu, diperlukan sebuah kajian untuk menganalisa Strategi Pemasaran dan produksi serta Laporan Keuangan yang baik bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk membantu pemilik usaha dalam mengambil keputusan manajerial dalam menjalankan usahanya agar lebih berkembang dan tetap bisa bertahan di masa yang akan datang. Permasalahan yang terjadi pada mitra pengabdian pada masyarakat ini diantaranya yaitu belum pahamnya pemilik UMKM tentang Strategi Pemasaran dan produksi serta Laporan Keuangan yang baik, karena itu perlunya dilakukan pelatihan dan pembinaan. Dalam pengabdian ini kami membantu mitra pemilik UMKM untuk membuat target pasar, Strategi pemasaran secara Offline dan Online serta Laporan keuangan. Dengan harapan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat menambah jumlah ilmu dan pengetahuan pemilik UMKM dalam menjalakan usahanya di masa yang akan datang
HARMONIZING SHARIA PRINCIPLES AND E-COMMERCE REGULATION: Comparative Insights from Indonesia and Asean Member States Zulkifli, Zulkifli; Ramli, Ahmad M.; Abdurahman, Ali; Kaluku, Julisa Aprilia; Karmilia, Rise
Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syariah Vol 16, No 1 (2025): Jurisdictie
Publisher : Fakultas Syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/j.v16i1.31378

Abstract

The rapid expansion of e-commerce in ASEAN presents significant economic potential but also poses pressing challenges in integrating Sharia principles into regulatory frameworks. Regulatory fragmentation among member states, along with limited oversight, hampers the effective enforcement of core Sharia prohibitions such as riba (usury), gharar (uncertainty), and non-transparent transactions in digital commerce. This inconsistency risks undermining consumer trust and hindering the growth of Islamic digital markets across the region. This study explores the incorporation of Sharia principles into e-commerce regulations in Indonesia, Malaysia, Brunei, and Singapore through a qualitative comparative policy analysis, document review, and expert interviews. Findings indicate that Malaysia and Brunei have developed more mature regulatory frameworks that explicitly embed Sharia norms, whereas Indonesia and Singapore encounter structural and technical barriers to similar integration. Moreover, emerging technologies such as blockchain and smart contracts show promise in enhancing transparency and facilitating Sharia compliance. This article contributes to the discourse by recommending the establishment of an ASEAN-level coordinating body to harmonize Sharia-compliant e-commerce regulations and develop adaptable guidelines for member states. Such an institutional approach is vital for fostering regulatory coherence, enhancing market confidence, and supporting the sustainable development of Islamic digital finance. Future research should focus on leveraging advanced digital technologies to operationalize Sharia compliance across ASEAN’s digital economy. Perkembangan pesat e-commerce di ASEAN menawarkan potensi ekonomi yang besar namun juga menghadirkan tantangan mendesak dalam mengintegrasikan prinsip-prinsip Syariah ke dalam kerangka regulasi. Fragmentasi regulasi antarnegara anggota, disertai dengan pengawasan yang terbatas, menghambat penegakan efektif larangan-larangan utama Syariah seperti riba (bunga), gharar (ketidakpastian), dan transaksi yang tidak transparan dalam perdagangan digital. Ketidakkonsistenan regulasi ini berisiko merusak kepercayaan konsumen dan pertumbuhan pasar digital Islam di kawasan tersebut. Penelitian ini mengkaji sejauh mana prinsip Syariah telah diintegrasikan dalam regulasi e-commerce di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura melalui analisis kebijakan komparatif kualitatif, tinjauan dokumen, dan wawancara ahli. Hasil menunjukkan bahwa Malaysia dan Brunei telah mengembangkan kerangka regulasi yang lebih matang dengan secara eksplisit memasukkan norma-norma Syariah, sementara Indonesia dan Singapura menghadapi hambatan struktural dan teknis dalam integrasi serupa. Selain itu, teknologi baru seperti blockchain dan smart contract menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan transparansi dan memfasilitasi kepatuhan Syariah. Artikel ini memberikan kontribusi dengan merekomendasikan pembentukan lembaga koordinasi tingkat ASEAN untuk menyelaraskan regulasi e-commerce yang sesuai Syariah serta mengeluarkan pedoman yang dapat disesuaikan bagi negara anggota. Pendekatan kelembagaan ini sangat penting untuk mendorong konsistensi regulasi, meningkatkan kepercayaan pasar, dan mendukung pengembangan berkelanjutan keuangan digital Islam. Penelitian lanjutan disarankan fokus pada pemanfaatan teknologi digital maju untuk mengoperasionalkan kepatuhan Syariah di ekonomi digital ASEAN.
Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2022 Terhadap Pengamen Badut Di Rokan Hulu AMELYA, SISKA; KARMILIA, RISE; NORA NST, ELFI; AULIA, SINDI; HENDRI; NOFRIZAL
Riau Law Journal Vol. 9 No. 1 (2025): Riau Law Journal
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30652/rlj.9.1.%p

Abstract

This study aims to analyze the implementation of Rokan Hulu Regency Regional Regulation Number 2 of 2022 concerning Public Order, especially regarding the presence of clown buskers at traffic light intersections. The phenomenon of clown buskers that is rampant in urban areas of Rokan Hulu is considered to disturb public order and endanger the safety of road users, so it has become a concern for the local government. This study uses a qualitative approach with a descriptive method. Data collection techniques were carried out through in-depth interviews with Satpol PP officers, clown buskers, and the local community, as well as documentation of related policies. The results of the study show that the implementation of the Regional Regulation has not been optimal. The obstacles faced include limited human resources in the regional regulation enforcement officers, less than optimal socialization to the community, and economic factors that encourage clown busking activities to continue. In addition, there are no alternative solutions from the government for buskers to switch professions properly. In conclusion, although normatively Regional Regulation Number 2 of 2022 has regulated the prohibition of activities that disturb public order, its implementation still requires strengthening in the aspects of supervision, enforcement, and social empowerment. The recommendation from this study is the need for synergy between local governments, law enforcement officers, and social institutions in controlling clown buskers while providing sustainable economic solutions.
EFEKTIVITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DESA TAMBUSAI TIMUR DI KECAMATAN TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA Lubis, Romadhon; Rahma Dalimunte, Siti; Anla Pater, Rizki; Karmilia, Rise; Hendri
ANDREW Law Journal Vol. 4 No. 1 (2025): JUNI 2025
Publisher : ANDREW Law Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61876/alj.v4i1.64

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan dan fungsi Badan Permusawaratan Desa (BPD) dalam menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarkat. Oleh karena itu, BPD sebagai badan permusywaratan yang berasal dari masyarakat desa, di samping menjalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara kepala desa dengan masyrakat desa, juga harus menjalankan fungsi utamanya yaitu fungsi representasi (perwakilan) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa dengan menggunakan metode Penelitian Sosiologis Normatif Metode yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah kemudian diolah dan dianalisis berdasarkan rumusan masalah dengan memberikan penilaian tentang benar atau salah suatu peristiwa hukum sesuai dengan konteks permasalahan yang dihadapi, berdasarkan pembahasan dan penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Pelaksanaan fungsi BPD di Desa Tambusai Timur yaitu meliputi pelaksanaan fungsi BPD sebagai fungsi legislasi belum maksimal karena di dalam pelaksanaananya BPD belum secara maksimal membuat peraturan tentang desa ini dibuktikan dengan hanya ada satu peraturan yang dibuat yaitu peraturan tentang Anggaran Pendapatan dan belanja Desa (APBDes) dan faktor yang menpengaruhi pelaksanaan fungi BPD di Desa Tambusai Timur ini diantaranya: faktor sumber daya manusia, latar belakang pendidikan dari anggota BPD, dapat disimpulkan bahwa pendidikan anggota BPD Tambusai Timur sudah cukup memadai