Budiyanti, Ecie
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Hubungan Konsumsi Kafein Dengan Gangguan Tidur Pada Mahasiswa Preklinik FKIK UAJ Budiyanti, Ecie; Wijaya, Mayckel Joey
Bahasa Indonesia Vol 22 No 3 (2023): Damianus Journal of Medicine
Publisher : Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/djm.v22i3.3610

Abstract

Pendahuluan: Gangguan tidur adalah beberapa kondisi yang mengganggu pola tidur normal dan dapat terjadi pada semua orang termasuk mahasiswa Kedokteran. Gangguan tidur dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, penurunan kemampuan bekerja dan penurunan performa akademik. Namun mahasiswa mengonsumsi kafein untuk meningkatkan performa dalam belajar maupun bekerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara konsumsi kafein dengan gangguan tidur pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (FKIK UAJ). Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan metode potong lintang terhadap 386 mahasiswa preklinik FKIK UAJ. Kriteria inklusi berupa mahasiswa preklinik yang masih aktif di FKIK UAJ, bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner dengan lengkap. Kriteria eksklusi berupa mahasiswa yang memiliki kondisi kesehatan fisik tertentu yang menyebabkan gangguan tidur, mahasiswa yang memiliki gangguan kecemasan yang mengganggu tidur, dan konsumsi kafein >400mg. Gangguan tidur diukur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan konsumsi kafein diukur menggunakan modified Caffeine Consumption Questionnaire (CCQ). Analisis data dilakukan dengan uji chi-square. Hasil: Berdasarkan 386 responden, terdapat 21,5% yang mengalami gangguan tidur dan 43,52% yang mengonsumsi kafein. Hasil analisis dengan uji chi-square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi kafein dengan gangguan tidur (p<0,05). Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi kafein dengan gangguan tidur pada mahasiswa preklinik FKIK UAJ.
Assessing the Correlation between Spicy Food Consumption and Dyspepsia Symptoms in Medical and Health Students at Atma Jaya Catholic University of Indonesia Lonah; Divara Ariesta Sekar Suryadi, Made; Arieselia, Zita; Vitria Kurniawan, Sandy; Hananta, Linawati; Setiawan, Jonny; Surjono, Edward; Santosa, Mariani; Ulina Margareta Situmorang, Evi; Fan, Tan Fei; Yuliana; Budiyanti, Ecie
Journal of Urban Health Research Vol. 2 No. 3 (2024): Journal of Urban Health Research
Publisher : School of Medicine and Health Sciences, Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/juhr.v2i3.5463

Abstract

Introduction: The capsaicin (8-methyl-N-vanillyl-6-nonenamide) content in spicy foods can trigger irritation and increase gastric acid production, which potentially damages the stomach mucous layer by increasing chloric acid levels (HCl). It is known that dyspepsia has a variety of causes and one of them can be triggered by the consumption of irritating foods, such as spicy foods. Therefore, the research was conducted to determine whether there was a significant relationship between the consumption of spicy foods and the incidence of dyspepsia in students of the Faculty of Medicine and Health Sciences at the Atma Jaya Catholic University of Indonesia. Methods: This research method is an analytical observational study using cross-sectional methods. The main variables in this study were dyspepsia, measured using the Rome III questionnaire, and the frequency of spicy food consumption measured using the Food Frequency Questionnaire (FFQ). The sample consisted of 107 people randomly selected. The data was analyzed statistically using the Fischer Exact test. Results: This study showed that 56.1% of respondents frequently eat spicy foods, while the majority, as much as 95.3%, also have dyspepsia. There was a significant correlation between spicy eating habits and dyspepsia, with a p-value of 0.014 (p<0.05). Conclusion: The results showed a statistically significant relationship between spicy eating habits and dyspepsia, so it is recommended for students to reduce spicy food consumption as it can affect the onset of dyspepsia. Keywords: dyspepsia - spicy foods - stomach - Rome III questionnaire - food frequency questionnaire
Faktor – Faktor yang Memengaruhi Kejadian Depresi pada Lansia Wanita dengan Pendidikan Rendah Berdasarkan Indonesian Family Life Survey 5 Nur Rizqiyah Muhandis; Turana, Yuda; Sasmita, Poppy K.; Budiyanti, Ecie
Bahasa Indonesia Vol 24 No 1 (2025): Damianus Journal of Medicine
Publisher : Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/djm.v24i1.6022

Abstract

Pendahuluan: Depresi pada lansia menjadi kekhawatiran berbagai pihak karena berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan, dengan wanita lebih rentan mengalami depresi dan lebih banyaknya jumlah wanita yang berpendidikan rendah di Indonesia. Oleh karena itu, menyelidiki faktor-faktor yang berkontribusi terhadap depresi dapat membantu mencegah depresi pada generasi mendatang, serta penelitian di masa depan. Metode: Penelitian potong lintang ini menggunakan data Indonesian Family Life Survey 5 untuk mengukur depresi pada wanita lanjut usia dengan status pendidikan rendah. Hasil: Prevalensi depresi pada wanita lanjut usia dengan pendidikan rendah sebesar 21%. Pada regresi logistik multivariat, faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan antara lain usia lansia muda (60-69 tahun) (p=0,012; OR=1,946; IK 95%=1,159-3,266), Instrumental Activity Daily Living (IADL) (p=0,003; OR=2,096; IK 95%=1,277-3,439), dan disabilitas fisik (p=0,037; OR=2,158; IK 95%=1,047-4,450). Simpulan: Kejadian depresi pada lansia wanita dengan pendidikan rendah berkaitan dengan usia, disabilitas fisik, dan status fungsional (IADL).
Hubungan Keaktifan Berorganisasi Terhadap Tingkat Self-esteem Mahasiswa Kedokteran Tingkat Preklinik Hendrik, Antonia J; Budiyanti, Ecie; Santosa, Mariani; Lonah
Journal of Medicine and Health Vol 7 No 1 (2025)
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/jmh.v7i1.8822

Abstract

Self-esteem berperan penting dalam mempertahankan identitas dan rasa harga diri seseorang yang membantunya untuk berkembang serta juga berperan dalam menjaga pandangan positif terhadap diri sendiri dan meningkatkan empati bagi mahasiswa kedokteran yang merupakan calon dokter. Rendahnya self-esteem berdampak buruk bagi kesehatan jiwa dan menghambat seseorang untuk berkembang. Manfaat yang didapatkan dari aktif berorganisasi dipandang berkaitan erat dengan self-esteem. Studi yang membahas hubungan antara keaktifan berorganisasi dan self-esteem pada mahasiswa kedokteran masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut pada mahasiswa kedokteran. Penelitian dengan desain cross-sectional pada 106 mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Atma Jaya (FKIK UAJ) angkatan 2021-2022. Alat ukur berupa kuesioner keaktifan berorganisasi oleh Rahmawati (2020) dan Rosenberg Self-esteem Scale (RSES). Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis. Skor kuesioner keaktifan berorganisasi pada responden memiliki nilai median cukup tinggi (61,0) dan mayoritas tergolong memiliki tingkat self-esteem sedang (75,5%). Analisis data Kruskal-Wallis menunjukkan adanya hubungan signifikan antara keaktifan berorganisasi terhadap tingkat self-esteem pada mahasiswa (p=0,007). Simpulan penelitian ini menyatakan adanya hubungan signifikan antara keaktifan berorganisasi terhadap tingkat self-esteem mahasiswa preklinik FKIK UAJ.
Hubungan Perilaku Konsumsi Makanan Cepat Saji terhadap Tingkat Keparahan Akne Vulgaris pada Mahasiswa Laki-Laki: Hasil Penelitian Santosa, Mariani; Anastasia, Cindy; Lonah; Yuliana; Yantho, Erwin; Budiyanti, Ecie
Cermin Dunia Kedokteran Vol 52 No 5 (2025): Kardiologi
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v52i5.1291

Abstract

Introduction: Acne vulgaris has the highest prevalent skin disease in the world, with food is one of the most common triggers in adolescents. Availability of fast food has influenced young adults eating pattern. This study aims to determine the relationship between frequency of fast food consumption and severity of acne vulgaris in male students. Methods: This cross-sectional study was conducted on 129 male students. Frequency of fast food consumption and severity of acne vulgaris was measured using a modified FFQ questionnaire and GAGS score. Data were processed with STATA and analyzed using Chi-square. Results: The result showed that 65.89% male students often consumed fast food and the majority of respondents experienced mild acne vulgaris (55.81%). There was a significant relationship between frequency of fast food consumption and severity of acne vulgaris (p=0.020). Conclusion: The results of this study suggest a significant relationship between frequency of fast food consumption and severity of acne vulgaris among male students.