Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Identification of Learning Implementation of Civics Teachers in The Formation of Students' Nationalist Character Junior High School Advent Abepura Mawara, Ricky Engel; Kulyasin, Kulyasin
Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 03 (2024): Research Articles, December 2024
Publisher : ITScience (Information Technology and Science)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47709/educendikia.v4i03.5410

Abstract

Civics is a subject related to recitations of the 1945 Constitution, Pancasila, and ceremonies. In fact, Civics is an educational program in which the core is political democracy, and the output is a good and intelligent citizen living according to the goals of the state, becoming a citizen who is aware of his rights and obligations, as well as a nationalist citizen or love for the country. The results of the study aim to describe the analysis of the implementation of Civics teacher learning in the formation of the nationalist character of Adventist Abepura Junior High School students. The method in this research is qualitative, combined with a descriptive approach. The data collection process was carried out through observation, interviews, and documentation. The results showed that the formation of the character of nationalism at Adventist Junior High School Abepura is not simple, especially since the majority of students are native Papuans. Various obstacles, namely a very different history, significantly in relation to the Netherlands compared to other regions in Indonesia. Second, there have been ongoing political tensions since integration into the Republic of Indonesia. Third, there are problems with the implementation of special autonomy policies and the use of special autonomy funds. The approach to conflict must be improved, even if it does not instantly solve the problem. At least, the pattern of violence should be reduced slowly in order to meet the same intersection for an act of peace.
JEJAK PLURALISME AGAMA DI PAPUA: PERSPEKTIF SEJARAH EKSISTENSI AGAMA BUDDHA MODERN DI KOTA KOTA JAYAPURA (1978 – 1989) Kulyasin, Kulyasin; Loppies, Megiridha; Handoko, Susanto T.
Phinisi Integration Review Vol 8, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pir.v8i1.66653

Abstract

Sejarah perkembangan suatu agama di Indonesia merupakan kajian yang cukup penting bagi keberlangsungan rasa toleransi umat beragama yang ditinjau dari perspektif sejarah. Terlahir sebagai sebuah negara jamak yang memiliki keberagaman budaya dan juga agama tentu menjadi satu kronik fenomena sejarah sosial Indonesia yang sangat menarik untuk dibahas pada abad ini. Penelitian Mengenai Sejarah Perkembangan Agama Buddha di Papua masih menjadi penelitian yang sangat jarang dilakukan oleh para peneliti sejarah lokal maupun Indonesia, sehingga satu langkah awal yang penting untuk menjadi pemantik penelitian selanjutnya perlu dilakukan agar historiografi sejarah lokal Papua lebih beragam. Kajian pluralisme agama tentu menjadi satu kajian yang penting bagi masyrakat papua sebagai sarana peningkatan rasa toleransi umat beragama di tanah Papua khususnya di Kota Kota Jayapura maka dari itu satu penelitian tentang kondisi pluralisme Agama di Kota Jayapura secara khusus mendalami lebih jauh eksistensi Agama Budha di Kota Kota Jayapura dalam kurun waktu 1978-1989 menjadi fokus dalam pembahasan ini. Tujuan penelitian ini diharapakan menjawab awal mula Agama Buddha di Kota Kota Jayapura pada tahun 1978 sebagai bagian dari keberagaman umat beragama di Indonesia serta melihat fenomena pluralisme yang terjadi berdasarkan ruang dan waktu sejarah. Metode peneltian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah yang memeiliki mekanisme tersendiri dimulai dari menentukan tema penelitian, heuristik, kritik sumber, interpretasi, hingga menyusun menjadi sebuah karya tulis ilmiah (historiografi).The history of the development of a religion in Indonesia is a crucial study for the continuity of religious tolerance, viewed from a historical perspective. Being born as a plural nation with diverse cultures and religions certainly becomes an interesting chronicle of Indonesian social history to be discussed in this century. Research on the history of Buddhism's development in Papua remains a rarely conducted study by local and Indonesian historical researchers. Therefore, an important first step to spark further research needs to be taken to diversify the historiography of Papuan local history. The study of religious pluralism is undoubtedly an important study for Papuan society as a means of enhancing religious tolerance in the land of Papua, especially in Jayapura City. Hence, a study on the condition of religious pluralism in Jayapura City, specifically delving deeper into the existence of Buddhism in Jayapura City during the period of 1978-1989, becomes the focus of this discussion. This research aims to answer the origins of Buddhism in Jayapura City in 1978 as part of religious diversity in Indonesia and to examine the phenomenon of pluralism that occurred based on historical space and time. The research method used is the historical research method, which has its own mechanism starting from determining the research theme, heuristics, source criticism, interpretation, to compiling it into a scientific paper (historiography).
IDENTIFIKASI PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS KONTEKSTUAL PAPUA DI SMA NEGERI 1 JAYAPURA Loppies, Megiridha; Hasirun, La Ode; Kulyasin, Kulyasin; Payangan, Meilyani
Phinisi Integration Review Vol 8, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pir.v8i1.70667

Abstract

Pentingnya sejarah sebagai elemen pembentukan kesadaran budaya dan identitas bangsa, namun dalam kurikulum nasional materi tentang konteks Papua cenderung terabaikan. Hal ini menyebabkan pembelajaran sejarah di Papua, khususnya di Kota Jayapura tidak relevan dengan kondisi sosial budaya dalam kehidupan nyata siswa. Penelitian ini mengkaji tentang identifikasi problematika pembelajaran sejarah berbasis kontekstual Papua di SMA Negeri 1 Jayapura. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian mengidentifikasi beberapa problematika dalam implementasi pembelajaran berbasis kontekstual Papua, antara lain: 1). ketiadaan materi sejarah Papua dalam kurikulum nasional, 2). sulitnya mendapatkan bahan ajar tentang sejarah lokal, 3). kurangnya kompetensi guru dalam mengembangkan materi lokal, dan 4). terbatasnya fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengembangkan pembelajaran sejarah yang inovatif. Problematika tersebut membuat guru sering kesulitan dalam mengimplementasikan pembelajaran sejarah berbasis kontekstual Papua di SMA Negeri 1 Jayapura. Hasil penelitian ini merekomendasikan adanya peningkatan sumber daya berupa bahan ajar sejarah lokal Papua, pelatihan bagi guru, dan peningkatan fasilitas pembelajaran di sekolah.The importance of history as an element in the formation of cultural awareness and national identity, but in the national curriculum, material about the Papuan context tends to be neglected. This causes history learning in Papua, especially in Jayapura City, to be irrelevant to the socio-cultural conditions in students' real lives. This study examines the identification of problems in Papuan contextual-based history learning at SMA Negeri 1 Jayapura. The research method used is descriptive qualitative with a case study approach. The results of the study identified several problems in the implementation of Papuan contextual-based learning, including: 1). the absence of Papuan history material in the national curriculum, 2). the difficulty of obtaining teaching materials about local history, 3). lack of teacher competence in developing local materials, and 4). limited learning facilities that can be used by teachers to develop innovative history learning. These problems often make it difficult for teachers to implement Papuan contextual-based history learning at SMA Negeri 1 Jayapura. The results of this study recommend increasing resources in the form of local Papuan history teaching materials, training for teachers, and improving learning facilities in schools.
Identification of Learning Implementation of Civics Teachers in The Formation of Students' Nationalist Character Junior High School Advent Abepura Mawara, Ricky Engel; Kulyasin, Kulyasin
Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 03 (2024): Research Articles, December 2024
Publisher : ITScience (Information Technology and Science)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47709/educendikia.v4i03.5410

Abstract

Civics is a subject related to recitations of the 1945 Constitution, Pancasila, and ceremonies. In fact, Civics is an educational program in which the core is political democracy, and the output is a good and intelligent citizen living according to the goals of the state, becoming a citizen who is aware of his rights and obligations, as well as a nationalist citizen or love for the country. The results of the study aim to describe the analysis of the implementation of Civics teacher learning in the formation of the nationalist character of Adventist Abepura Junior High School students. The method in this research is qualitative, combined with a descriptive approach. The data collection process was carried out through observation, interviews, and documentation. The results showed that the formation of the character of nationalism at Adventist Junior High School Abepura is not simple, especially since the majority of students are native Papuans. Various obstacles, namely a very different history, significantly in relation to the Netherlands compared to other regions in Indonesia. Second, there have been ongoing political tensions since integration into the Republic of Indonesia. Third, there are problems with the implementation of special autonomy policies and the use of special autonomy funds. The approach to conflict must be improved, even if it does not instantly solve the problem. At least, the pattern of violence should be reduced slowly in order to meet the same intersection for an act of peace.
Lembaga Adat Pasitabe di Kabupaten Luwu Timur (1992-2011) Kulyasin, Kulyasin
Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan Vol 2 No 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/fhs.v2i2.1421

Abstract

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa Lembaga Adat Pasitabe lahir sebagai akibat dari pergolakan yang terjadi di Sulawesi Selatan Pada dekade 50 hingga 60 yang membuat kondisi dan situasi sangat tidak aman bagi sebagian masyarakat Sulawesi Selatan khususnya di Tana Luwu yang sebagian besar masyarakatnya terdiri dari sub-sub etnis. Dengan alasan inilah kemudian sub etnis yang berada di Tana Luwu termaksud juga Suku Padoe, Karunsi’e danTambe’e eksodus ke tempat lain. Rangkaian pertemuan telah dilakukan untuk demi tercapainya tujuan membentuk kelompok kesatuan antara Suku Padoe, karunsi’e, dan Suku Tambe’eyaitu pada tahun 1962 di Taliwan, pertemuan kedua pada tahun 1984 di Pakatan dan pertemuan ketiga terjadi di Wawondula pada tahun sekaligus sebagai tahun terbentuknya Lembaga Adat Pasitabe secara resmi dengan jalan musyawarah mufakat. Masa perkembangan Lembaga Adat Pasitabe dimulai diri tahun 1992 dimana di tahun ini Pasitabe telah resmi mendeklarasikan diri sebagai sebuah Lembaga Adat kemudian pelestarian budaya yang dilakukan hingga saat ini memberikan hasil yang positif dengan cara memberi pendidikan kepada generasi muda serta selalu menjadikannya sebagai sebuah peradaban nenek moyang yang semestinya dijaga. Lembaga Adat Pasitabe memberi pengaruh pada beberapa aspek kehidupan baik sosial, budaya dan politik, dalam aspek sosial Pasitabe telah berhasil mengembalikan kepercayaan diri masyarakat adat.Budaya dan adat istiadat kembali lestari dan antusias dalam berpartisipasi politik pun sangat besar. Karena berdasarkan hasil temuan yang telah diperoleh disarankan agar pemerintah lebih memperhatikan lembaga adat dengan baik apa lagi terkait dengan tanah ulayat dan pelestarian budaya setempat.
PKM Edukasi Riset Peneliti Belia Tentang Sejarah Dan Budaya Lokal Papua Bagi Siswa SMA Negeri 7 Jayapura Hasirun, La Ode; Loppies, Megiridha; Kulyasin, Kulyasin; Aqil, Muhammad; Achmad S, Tb. Noer Iman
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 6 No. 4 (2025): Edisi Oktober - Desember
Publisher : Lembaga Dongan Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v6i4.7705

Abstract

Program pengabdian kepada masyarakat (PKM) edukasi riset peneliti belia tentang sejarah dan budaya lokal Papua bagi siswa SMA Negeri 7 Jayapura ini bertujuan untuk membekali siswa dengan keilmuan tentang konsep dasar penelitian sejarah serta mengembangkan keterampilan riset peneliti belia tentang sejarah dan budaya lokal Papua. Kegiatan ini berangkat dari pentingnya pemahaman sejarah dan budaya lokal sebagai bagian dari identitas dan jati diri generasi muda Papua. Dengan membekali siswa dengan keterampilan riset dasar, mereka diharapkan siswa mampu menggali, menganalisis, dan mendokumentasikan sejarah serta budaya lokal secara mandiri. Metode pelaksanaan PKM meliputi tahap persiapan, tahap implementasi (penyampaian materi dan diskusi dan simulasi), dan tahap evaluasi. Materi yang diberikan mencakup konsep dasar penelitian sejarah, langkah-langkah penelitian sejarah, teknik wawancara dan dokumentasi sumber sejarah (lisan, tulisan dan benda/artefak) serta metode analisis data sederhana. Selama kegiatan, siswa dibimbing untuk melakukan penelitian sederhana terkait sejarah dan budaya lokal di lingkungan mereka. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep dasar penelitian sejarah, kemampuan melakukan riset sederhana tentang sejarah dan budaya lokal Papua, serta kepuasan yang sangat baik terhadap kegiatan PKM yang meliputi isi materi, manfaat, metode penyampaian, dan penyelenggaraan kegiatan PKM. Hasil evaluasi kegiatan PKM menunjukkan adanya minat dan ketertarikan siswa untuk menjadi periset belia yang peduli akan sejarah dan budaya lokal daerahnya. Diharapkan kegiatan PKM ini dapat direplikasikan juga pada sekolah-sekolah menengah atas lainnya di Papua.