Mudarahayu, Made Tiartini
Unknown Affiliation

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

THE UNIQUE A OLD ARTEFACT STONE'S DALAM BUSANA EDGY STYLE Wartini, Ketut Ari; Sudharsana, Tjok Istri Ratna Cora; Mudarahayu, Made Tiartini
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 4 No. 2 (2024): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Indonesia memiliki banyak bentuk-bentuk proses penguburan dengan menggunakan wadah dan banyak ragamnya, hal ini merupakan menjadi bukti adanya kemampuan dan alam pikiran sendiri dan setiap daerah mempunyai ciri khas masing-masing. Adanya perbedaan bentuk dan jenis wadah kuburan, pada satu sisi dapat dipandang sebagai suatu perkembangan yang mungkin bersifat lokal karena pengaruh lingkungan alamnya, tetapi dapat juga dianggap sebagai suatu proses perkembangan budaya dari masa ke masa. Bentuk-bentuk wadah kubur yang terbuat dari batu dapat dibedakan dalam beberapa jenis, misalnya: kubur dolmen (hybrid dolmen graves), kubur peti batu (stone-cist graves atau stoneslab graves), tempayan batu (stone vats), dan keranda batu atau sarkofagus (Heine Geldern 1945: 148-152; Soejono, 1977: 31) Masyarakat (suku) Minahasa yang terletak di Sulawesi Utara ini merupakan suku di Indonesia yang memiliki bentuk-bentuk budaya khas, yang berupa peninggalan berupa tradisi penguburan yang sudah ada pada zaman megalitik yang berupa kubur peti batu atau yang sering disebut dengan waruga. Dari hasil penelitian terlihat bahwa kubur batu waruga ini ternyata mempunyai beberapa ciri khas bentuk keragaman seperti tutupnya, tetapi ternyata beberapa keragaman bentuk tutup waruga ini tidak memperlihatkan adanya suatu simbol dari status sosial masyarakat pendukungnya, seperti contoh kebanyakan tradisi penguburan yang ada didaerah lain berciri megalitik lainnya.
WANGUNAN BETENG URIP : ANALOGI RUMAH ADAT JOGLO PENCU PADA BUSANA BERGAYA LOGIC DENGAN UNSUR KULTURAL Indartini, Ni Putu Melani; Pebryani, Nyoman Dewi; Mudarahayu, Made Tiartini
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 4 No. 2 (2024): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah Joglo Pencu merupakan sebuah bangunan tradisional yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah. Joglo Pencu merupakan sebuah rumah hunian yang memiliki keunikan pada bagian struktur dan juga sejarah pendiriannya yang membedakannya dari rumah Joglo lainnya. Rumah Joglo Pencu sendiri merupakan karya seorang imigran China bernama The Ling Sing yang mana mualaf dan dipanggil Kiayai Telingsing. Aristektur Joglo Pencu memiliki perbedaan dengan Joglo lainnya, seperti pada tata ruangnya yang lebih sederhana, jenis atap yang digunakan, dan berbagai jenis ukiran yang diterapkan. Metode penciptaan menggunakan tahapan penciptaan "Frangipani" Design Fashion dari Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, tahun 2016. Dari sepuluh tahap nantiny akan digunakan hanya delapan tahap Rumah Joglo Pencu diwujudkan dalam bentuk analogi diterapkan dalam busana ready to wear, ready to wear deluxe, dan haute couture dengan kata kunci yang terpilih dengan menggunakan style Logic. Ide dari busana ini nantinya diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan mengenai arsitektur Indonesia salah satunya Joglo Pencu, dan dapat mengenalkan Joglo Pencu secara detail lebih luas kepada masyarakat.
JULUK ADOK : TRADISI CAKAK PEPADUN LAMPUNG DALAM PENCIPTAAN BUSANA READY TO WEAR, DELUXE DAN SEMI COUTURE Siti Wasi’aturrizqi; Sudharsana, Tjok Istri Ratna Cora; Mudarahayu, Made Tiartini
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 4 No. 2 (2024): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tradisi Cakak Pepadun dari Lampung, Sumatera, memiliki akar sejarah dari Kerajaan Lampung pada abad ke-17. Sebagai seni bela diri khas, Cakak Pepadun telah menjadi bagian vital dari kehidupan masyarakat Lampung selama berabad-abad. Nilai-nilai tradisionalnya tetap dijaga dan diajarkan melalui pelatihan dan pertunjukan. Dalam mempromosikan budaya Lampung, penggunaan berbagai jenis busana seperti Ready to Wear, Deluxe, dan Semi Couture memegang peran penting. Perbedaan antara ketiganya terletak pada kualitas, eksklusivitas, dan harga. Dalam era modern, pengembangan proses pengenalan budaya adat penting untuk menarik perhatian baik dari lokal maupun luar Lampung, membantu melestarikan dan memperkaya warisan budaya di tengah perubahan zaman.
The Grandeur of the Eruption of Benteng Belgica Representasi Benteng Belgica dalam Busana Bergaya Exotic Dramatic Suganda, Tyasa Romadhona Jaya; Priatmaka, I Gusti Bagus; Mudarahayu, Made Tiartini
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 4 No. 2 (2024): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Benteng Belgica merupakan benteng pertahanan yang dibangun oleh Portugis pada abad ke-16 di Pulau Banda Neira, Maluku. Benteng ini dibangun guna menghadapi perlawanan rakyat Banda akan penentangan monopoli perdagangan pala oleh VOC. Selama masa perang dunia, benteng ini telah 3 kali mengalami pergantian kepemilikan yakni Portugis, Belanda, dan Indonesia. Kontruksi bangunan yang terdiri dari dua tumpuk membuat benteng ini sangat kokoh. Dengan pola dasar bangunan segilima atau lebih dikenal pentagon membuat benteg Belgica memiliki lima titik pengamatan utama yang setiap titiknya terdapat bastion dan Menara pengamatan. Dengan keunikan benteng ini yang merupakan ikon dari uang pecahan 1000 rupiah menjadikan penulis ingin leboh memperkenalkan Benteng Belgica dalam nuansa busana extotic dramatic kedalam tiga jenis busana yakni ready to wear busana pria, ready to wear deluxe busana Wanita, dan Semi Couture busana Wanita. Dalam penciptaan karya penulis menggunakan metode FRANGIPANI merupakan 10 tahap penciptaan busana dan gaya ungkap analogi.
KONSEP SUSTAINABLE FASHION DALAM KOLEKSI BUSANA CAKRAWALA Mudarahayu, Made Tiartini; Ratna CS, Tjok Istri; Utami, Ni Luh Ayu Pradnyani
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 4 (2024): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Belum adanya teknologi pengolahan limbah yang baik khususnya untuk limbah cair akibat dari industri tekstil di Indonesia, menuntut desainer untuk mampu menunjukkan upaya pengendalian limbah sebagai bentuk kesadaran akan konsep keberlanjutan dalam industri fashion. Konsep sustainable fashion menjadi konsep dasar dalam penciptaan kolesi busana Cakrawala ini, tidak hanya berfokus pada aspek bahan melalui penggunaan tekatil Ecoprint yang lebih ramah lingkungan, aspek sosial melalui penggunaan endek Bali seseh juga dilakukan untuk melestarikan ekosistem pembuatan wastra Bali khususnya endek. Pada prosesnya peneliti menerapkan metode penciptaan frangipani: the secret step of art fashion. Hasil dari penelitian ini yaitu koleksi busana Cakrawala terdiri atas lima busana yang terbagi ke dalam tiga busana wanita dan dua busana pria. Menggunakan kain Ecoprint dan endek Bali seseh sebagai material dengan memperhatikan material lain yang ramah lingkungan seperti wool dan katun twill, pola yang menghasilkan limbah yang minimal atau jika bisa hingga zero waste, desain yang timeless sehingga dapat menjadi bagian dari slow fashion dan tidak tergerus oleh zaman dan tergeser tren, serta penggunaan endek Bali seseh sebagai bentuk kesadaran akan penerapan konsep sustainability fashion dalam kearifan lokal Bali. Melalui perwujudan lima busana dalam koleksi Cakwala ini diharapkan dapat menjadi model implementasi SDGs dalam perkembangan industri fashion kedepannya.
Analogi Akulturasi Budaya Pada Masjid Merah Panjunan Dalam Koleksi Busana Amatris Manunggal Widya, Sabiya Shula; Sudharsana, Tjok Istri Ratna Cora; Mudarahayu, Made Tiartini
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 5 No. 1 (2025): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Arsitektur Masjid Merah Panjunan tidak hanya sekadar bangunan tempat ibadah, tetapi juga sebuah artefak budaya yang memiliki nilai seni dan sejarah tinggi. Masjid ini didirikan pada tahun 1480 oleh Pangeran Panjunan, seorang ulama keturunan Arab yang juga dikenal sebagai salah satu penyebar agama Islam di wilayah tersebut. Ciri khas masjid ini adalah penggunaan batu bata merah pada dindingnya. Selain itu, masjid ini juga mencerminkan perpaduan budaya antara Hindu-Buddha, Islam, Cina dan tradisi lokal, sebagaimana terlihat dari ornamen - ornamen yang menghiasi bangunannya. Masjid Merah Panjunan dipilih sebagai inspirasi utama dalam penciptaan karya busana Ready to Wear, Ready to Wear Deluxe, dan Semi Couture dengan mengusung tren fashion bertema spirituality melalui pendekatan gaya ungkap analogi yang berlandaskan kata kunci terpilih. Proses penciptaan koleksi ini menggunakan metode FRANGIPANI yang dikembangkan oleh Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana. Melalui karya ini, diharapkan makna filosofis dari arsitektur Masjid Merah Panjunan yang kaya dengan nilai akulturasi budaya dapat dikenalkan dan diapresiasi lebih luas.