Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

CFD Analysis of Diverse Serrated Blade Configuration Effects on Fluid Flow of a Modified Centrifugal Fan Zaimar Zaimar
Journal of Mechanical Engineering and Mechatronics Vol 6, No 1 (2021): JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING AND MECHATRONICS
Publisher : President University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33021/jmem.v6i1.1246

Abstract

This paper presents the effects of the diverse serrated blade configurations on airflow characteristics of a modified centrifugal fan by CFD. This application is investigated to improve aerodynamic performance. These configurations (USB, ISB, USB, OSB) are simulated at the impeller speed levels by CFD. Then tested to analyze airflow characteristic values by ANCOVA test. The simulation results show that the BSB configuration achieves the high static pressures about 84.5-214.7 Pa in the wall zone. While the ISB generates the lower TKE in all the zones, except in the impeller zone. It produces about 0.51-12.47 m2s-2 TKE in the wall zone. The ANCOVA test results indicate that the effects of the impeller speed are very significant (a < 0.01) on the airflow characteristics in all the zones, except for static pressure is no significant (a > 0.05) in the impeller and fluid flow zone. The effect of the serrated blade configurations is very significant on static pressure in the inlet and wall zone, and significant (a < 0.05) in the fluid flow zone. While it is very significant to air velocity in the impeller, fluid flow, and wall zone, and very significant on TKE in the impeller zone and outlet zone.
Rekayasa Mesin Produksi Sosis Ikan Terintegrasi Sistem Kontinu Zaimar .
Teknik Mesin "TEKNOLOGI" Vol 14, No 1 Okt (2011)
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagian besar produk hasil perikanan yang dihasilkan masyarakat masih bernilai ekonomis rendah (40 % hasil tangkapan diolah secara tradisional) karena peralatan pengolahan yang digunakan sangat sederhana dengan kapasitas rendah serta produk yang dihasilkan kurang mengikuti selera konsumen. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan dan aplikasi teknologi yang berkaitan dengan pengolahan hasil perikanan untuk mengolah bahan baku ikan menjadi sosis ikan. Sosis ikan dibuat dari bahan baku daging lumat ikan (minced fish) merupakan produk makanan berbahan baku ikan yang telah dicampur bumbu penyedap maupun bahan lainnya menjadi satu adonan dan dicetak dalam bentuk silinder. Secara umum tujuan penelitian ini terdiri atas dua tahapan yaitu rekayasa mesin sosis ikan dan uji teknis. Hasil rancangan mesin sosis ikan diperoleh kapasitas kerja mesin sebesar 45,8 kg sosis per jam ( 3 kali lipat dari alat buatan lokal sebesar 15 kg/jam) dengan efisiensi kerja 78 %. Dengan mesin ini bahan olah diposes secara kontinu sehingga pengolahan lebih mudah dan efisien.Kata Kunci : Sosis, Ikan, Sistem Kontinu
Pelatihan pengolahan ikan bandeng tanpa duri pada masyarakat pesisir di Desa Bulucindea Kabupaten Pangkep Sri Udayana Tartar; Zaimar Zaimar; Sitti Nurmiah; Reta Reta
KACANEGARA Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol 4, No 2 (2021): Juli
Publisher : Institut Teknologi Dirgantara Adisutjipto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28989/kacanegara.v4i2.808

Abstract

Ikan bandeng merupakan komoditas perikanan yang mempunyai cita rasa yang spesifik sehingga digemari banyak orang. Namun memiliki kekurangan yaitu mempunyai tulang dan duri yang banyak. Salah satu cara sederhana untuk mengatasi kekurangan tersebut adalah dengan diversifikasi olahan dalam bentuk ikan bandeng tanpa duri. Olehnya itu tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah memberdayakan kelompok masyarakat melalui pelatihan pengolahan bandeng tanpa duri. Adapun kelompok masyarakat tersebut berlokasi di kawasan pesisir di Desa Bulu Cindea Pangkep. Metode yang diterapkan adalah (i) penyuluhan, (ii) demonstrasi berupa praktek langsung. Sedangkan evaluasi prospek pengembangan usaha menggunakan analisis SWOT. Hasil kegiatan pelatihan menunjukkan bahwa metode penyuluhan dan demonstrasi dapat menerapkan teknologi sederhana kepada masyarakat. Hasil praktik pencabutan duri diperoleh bahwa rata-rata masih membutuhkan waktu lebih dari 15 menit per ekor berarti masih dibawah standar yang terampil. Hasil analisis SWOT untuk prospek pengembangan usaha lebih lanjut diperlukan strategi peningkatan keterampilan teknis pelaku usaha, perangkat teknologi peralatan dan sarana yang memadai, pemasaran melalui promosi dan kerjasama dengan mitra usaha atau industri.
Pengaruh Praperlakuan Pulsed Electric Field (PEF) Pada Kinerja Pengeringan Gabah Zaimar Zaimar; Ilham Ahmad; Karma Karma
Seminar Nasional Ilmu Terapan Vol 6 No 1 (2022): Seminar Nasional Ilmu Terapan (SNITER) 2022
Publisher : Universitas Widya Kartika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kualitas produksi gabah/beras sangat dipengaruhi oleh pengerjaan penanganan dan pengeringan gabah. Dimana sebagian besar petani masih mengandalkan teknologi konvensional, serta kurangnya ketersediaan teknologi peralatan. Olehnya itu tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh praperlakuan pulsed electric field (PEF) terhadap kinerja pengeringan gabah. Peralatan yang digunakan adalah mesin prototipe disinfeksi elektrik sistem kontinu bertegangan 30-35 kilovolt. Adapun variabel bebas adalah varitas gabah, lama paparan dan lama pengeringan. Data pengamatan berupa: kadar air gabah, penurunan kadar air gabah, moisture ratio dan laju pengeringan Desain penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang diolah dengan program SPSS. Hasil penelitian/pengamatan menunjukkan bahwa penambahan lama paparan medan listrik menyebabkan peningkatan penurunan kadar air gabah pada semua varitas gabah. Dengan kadar air awal gabah 24% hanya membutuhkan waktu pengeringan 90 menit dengan cuaca agak terik hingga mencapai kadar air berkisar 13-14%. Laju penurunan kadar air tertinggi diperoleh 38,78% pada perlakuan lama paparan 9,42 detik selama 90 menit untuk varitas Inpari 32. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa varitas, lama paparan, lama pengeringan serta interaksi antara variabel bebas berpengaruh sangat nyata (α< 0,01) terhadap kadar air, penurunan kadar air, moisture ratio dan laju pengeringan.
Kajian Penggunaan Tepung Lawi-Lawi (Caulerpa lentillifera) Pada Pembuatan Sosis Ikan Bandeng Hakim, Irmayanti; Malle, Sriwati; Zaimar, Zaimar
Lutjanus Vol 28 No 1 (2023): Lutjanus Edisi Juni
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/jlpp.v28i1.544

Abstract

Rumput laut Caulerpa lentillifera merupakan salah satu produk unggulan yang memiliki banyak manfaat. Salah satu strategi diversifikasi pengolahan rumput laut Caulerpa lentillifera adalah mengolahnya menjadi tepung lawi-lawi, yang dapat digunakan untuk membuat berbagai makanan olahan. Makanan yang diproses secara cepat dan praktis seperti sosis berbahan dasar surimi bandeng merupakan produk pangan yang dapat diformulasi dengan tepung lawi-lawi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penambahan tepung Lawi-lawi terhadap mutu sosis ikan bandeng. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu penambahan tepung lawi-lawi (A1=1% ; A2 =3% ; A3=5%). Setiap perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan sehingga diperoleh 9 sampel percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi sosis ikan bandeng yang diperkaya tepung lawi-lawi berpengaruh nyata terhadap uji gigit, aroma, warna, dan rasa, namun tidak berpengaruh nyata terhadap uji lipat dan uji ALT. Formulasi terbaik sosis ikan bandeng diperoleh pada penambahan tepung lawi-lawi 1% dengan nilai uji gigit 8,33 (daya lenting kuat), ALT, 32000 koloni/g, dan rasa sosis ikan bandeng 6,14 (agak suka).
Pelatihan diversifikasi produk olahan samping udang Vanname bagi kelompok masyarakat di Desa Libureng, Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru Nurmiah, Sitti; Reta, Reta; Zaimar, Zaimar
JatiRenov: Jurnal Aplikasi Teknologi Rekayasa dan Inovasi Vol 2 No 2 (2023): Edisi November
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/jatirenov.v2i2.761

Abstract

Komoditas udang eksport di Indonesia pada umumnya dalam bentuk udang beku yang tanpa kepala dan tanpa kulit, sehingga dari hasil industri pengolahan udang tersebut dapat menghasilkan limbah yang banyak. Kegiatan tersebut menjadi salah satu masalah di kalangan industri juga kepada supplier dalam hal ini masyarakat di Kabupaten Barru yang menjual udangnya dalam bentuk udang tanpa kepala dan Udang tanpa kulit. Tujuan pengabdian pada masyarakat di Kabupaten Barru adalah memanfaatkan limbah udang dalam bentuk olahan samping dari udang dengan mengolahnya menjadi petis dan kerupuk, metode yang dilakukan adalah dalam bentuk penyuluhan dan demonstrasi. Hasil pengabdian memberikan antusias kepada masyarakat dalam menangani dan mengolah limbah udang dan akan dijadikan alternatif dalam berwirausaha dalam bentuk petis dan kerupuk berbasis limbah kepala udang.
SAUERKRAUT : ALTERNATIF PENGOLAHAN KUBIS BAGI KELOMPOK WANITA TANI SANGRAPUAN DESA BAROKO KECAMATAN BAROKO KABUPATEN ENREKANG Reta, .; Zaimar, .
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 1 No. 1 (2015): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 1 NO. 1 OKTOBER 2015
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v1i1.2189

Abstract

Produksi sayuran di Desa Baroko, Kecamatan Baroko, Kabupaten Enrekang setiap tahunnya semakin meningkat tetapi pendapatan masyarakat yang berada di daerah tersebut tidak selalu mengikuti peningkatan produksi tanamannya. Salah satu penyebab adalah selain bahwa pada umumnya sayuran tersebut tidak dapat disimpan dalam waktu lama. terjadi fluktuasi harga sayuran terutama pada musim panen raya dengan harga kubis rata-rata hanya sekitar Rp. 500,- /kg bahkan dapat turun sampai Rp. 200,-/ kg. Untuk meningkatkan nilai ekonomi, kegunaan (daya guna) dan peningkatan derajat perekonomian masyarakat, maka perlu dilakukan pengolahan sayuran menjadi produk makanan “Sauerkraut”. Sauerkraut adalah pangan hasil fermentasi yang dibuat dengan menambahkan granula ragi  sebagai kultur starter untuk menfermentasi sayuran. Sauerkraut juga memiliki efek ganda, yaitu efek terhadap kesehatan dan juga efek terhadap nutrisi yang secara alami dimiliki sayuran tersebut. Sehingga Sauerkraut ini dapat dijadikan pangan yang bersifat fungsional. Tujuan dari program ipteks bagi masyarakat (IbM) ini adalah (1) Memberikan bimbingan dan penyuluahan paket teknologi tentang pembuatan sauerkraut (2) alih teknologi tentang proses pembuatan sauerkraut dengan metode sederhana dan mudah dimengerti (3) meningkatkan pendapatan masyarakat (4) membantu pemerintah daerah dalam usaha memperkenalkan teknologi olahan sehingga produk tersebut dapat memiliki nilai fungsional. Metode-metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan Ipteks tersebut adalah dengan menggunakan cara memperkenalkan produk sauerkraut serta menjelaskan manfaat yang dapat diperoleh, memberikan pelatihan-pelatihan pembuatan sauerkraut kepada masyarakat setempat serta cara mengemas untuk dipasarkan dan meninjau serta mengevaluasi hasil pelaksanaan program Ipteks tersebut.  Kata Kunci: Olahan Kubis, produk makanan, Sauerkraut
PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUAH TOMAT MENJADI PRODUK AGROINDUSTRI YANG BERNILAI EKONOMI DI DESA BAROKO KABUPATEN ENREKANG Reta, .; Zaimar, .; Bilang, Mariati; Mustapa, Arnida
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 1 No. 2 (2016): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 1 NO. 2 MEI 2016
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v1i2.2193

Abstract

Pengolahan tomat menjadi berbagai produk pangan, seperti saus tomat, merupakan salah satu alternatif untuk mengkonsumsi tomat dan memperoleh manfaat dari sifat fungsional tomat. Saus tomat terbuat dari pasta tomat, yaitu tomat yang dijadikan bubur kental (puree tomat) dan merupakan tomat konsentrat yang mengandung 24% atau lebih padatan terlarut tomat alami. Sifat kimia baik puree maupun pasta tomat diperlukan agar produk tersebut diketahui kandungan gizi dan zat alami yang ada di dalamnya. Tujuan dari Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) ini adalah (1) memberikan bimbingan dan penyuluhan paket teknologi pembuatan saus, puree, dan jelly berbahan dasar tomat; (2) alih teknologi tentang proses pembuatan saus tomat, puree dan jelly dengan metode sederhana dan mudah dimengerti; (3) meningkatkan pendapatan masyarakat; dan (4) membantu pemerintah daerah dalam usaha memperkenalkan teknologi olahan sehingga produk tersebut dapat memiliki nilai fungsional. Metode-metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan IbM ini adalah dengan jalan memperkenalkan produk olahan tomat serta menjelaskan manfaat yang dapat diperoleh dalam bentuk penyuluhan partisipatif, memberikan pelatihan-pelatihan pengolahan tomat menjadi produk yang bernilai ekonomi kepada masyarakat setempat, termasuk cara mengemas untuk dipasarkan, serta mengevaluasi hasil pelaksanaan program IbM yang dilaksanakan. Kata kunci: tomat, saus, puree, jelly, perishable, pasta
PENINGKATAN PRODUKSI TERIPANG KERING SEBAGAI PRODUK EKSPOR PADA UKM DI KAWASAN MAKASSAR Zaimar, .; Saleh, Rahmawati; Abdullah, Alima B.
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 1 No. 2 (2016): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 1 NO. 2 MEI 2016
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v1i2.2200

Abstract

Pengolahan teripang basah menjadi produk teripang kering pada UKM Barukang dan UKM Pannampu di kawasan Makassar masih dikerjakan secara manual (tradisional) sehingga mutu produk rendah dan tidak seragam. Selain itu, jenis produk yang dihasilkan masih terbatas yakni dalam bentuk teripang kering. Permasalahan mendasar yang ditemukan adalah minimnya peralatan dan kurangnya pengetahuan/keterampilan tentang penanganan dan pengolahan yang baik serta mengenai mutu/standar produk teripang yang ditujukan untuk pasar/ekspor. Tujuan utama program kegiatan Iptek bagi Produk Ekspor (IbPE) untuk tahun pertama ini adalah (i) memberdayakan UKM mitra melalui alih teknologi dan manajemen usaha dan (ii) menerapkan teknologi pengolahan teripang kering yang bermutu ekspor. Adapun metode pelaksanaan adalah (i) sosialisasi, penyuluhan, dan pendampingan dan (ii) introduksi teknologi proses dan peralatan. Hasil dari kegiatan pengabdian dengan introduksi dan pembimbingan operasional alat pengering mekanis yaitu membantu mempercepat pengeringan karena dapat dilakukan pada sore hingga malam hari dengan waktu pengering 4 sampai 6 jam. Dengan demikian, waktu pengeringan dapat dipersingkat hanya 2 sampai 3 hari pada musim kemarau, dengan standar kadar air 20%. Alat ini dapat menjadi alat utama pada musim hujan dan penyangga pada musim kering yang diterapkan dengan sistem pengeringan terputus (intermitten) dimana tahap awal pengeringan dengan sistem dingin dimana produk yang sudah dimasak terlebih dahulu dimasukkan ke dalam ruang pendingin (bukan ruang beku) dengan suhu dijaga pada kisaran 5 sampai 7oC selama 4 jam. Dengan sistem ini, diperoleh produk teripang kering dengan penyusutan dapat direduksi menjadi 60 - 65% susut berat dan 30 - 37% susut dimensi. Kondisi ini dapat meningkatkan mutu produk kering dan menguntungkan secara ekonomi pada UKM mitra. Kata kunci: teripang, ekspor, peralatan, pengabdian
PENERAPAN TEKNOLOGI PENGEMASAN PADA PENGOLAHAN TEPUNG SAGU KERING DI UKM “ENGKA SAGU AL-FURQAN” MAKASSAR SULAWESI SELATAN Reta, .; Nurmiah, Siti; Zaimar, .
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 6 No. 1 (2020): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 6 NO. 1 OKTOBER 2020
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v6i1.11518

Abstract

One of the productive potentials of sago is in the eastern part of South Sulawesi, namely in North Luwu and East Luwuk. Sago flour can be used widely as a substitute in the manufacture of other foods, such as noodles, bread, biscuits, cakes, flavoring foods, and various types of high fructose syrup drinks. Therefore, sago is a non-rice alternative commodity that is calculated to support the food diversification program launched by the Government. Considering high potential of sago, it is necessary to cultivate, process and market sago products and build a partnership between cultivation and processing / packaging SMEs of sago products. The problem with Engka Sagu SMEs is the limited production capacity to meet market demand with sufficient quantity and quality. The processing and packaging process is done manually so that the quality and capacity is very low, only around 360-500 kg per month. Meanwhile, the potential market demand could reach 2,500 kg (2.5 tons) per month. The problem-solving method used is the introduction and training of dry sago starch processing techniques and packaging to labeling. The results showed that the activities of counseling, training and mentoring on dry sago flour packaging techniques went well and according to the plan where the Engka Sagu SME was able to produce the dry sago flour properly. The packaging and labeling of the product can be done well and produce a product with an attractive identity and appearance and can be sold on line.   Keywords: Sago fluor, Engka Sagu SMEs, capacity, packaging.   ABSTRAK Potensi Sagu yang sudah produktif salah satunya adalah Sulawesi Selatan bagian Timur yakni di Luwu Utara dan Luwu Timur. Tepung sagu dapat digunakan secara luas sebagai  subsitusi dalam  pembuatan  makanan lain, seperti mie, roti, biskuit, kue, makanan penyedap, dan berbagai jenis minuman sirup berkadar  fruktosa  tinggi. Oleh karena itu, sagu  merupakan  komoditas  alternatif non beras yang diperhitungkan dalam  mendukung  program diversifikasi pangan yang dicanangkan oleh pemerintah. Melihat potensi Sagu yang sangat tinggi maka perlu usaha budidaya, pengolahan dan pemasaran produk Sagu dan kemitraan antara UKM budidaya dan UKM pengolahan/ pengemasan produk sagu tersebut. Permasalahan UKM Engka adalah keterbatasan kemampuan produksi untuk memenuhi permintaan pasar dengan jumlah dan kualitas yang tercukupi. Proses pengolahan dan pengemasan dilakukan secara manual sehingga kualitas dan kapasitasnya sangat kurang hanya sekitar  360-500 kg per bulan. Sedangkan potensi permintaan pasar  bisa mencapai 2.500 kg (2,5 Ton) per bulan. Metode pemecahan masalah yang digunakan berupa pengenalan dan pelatihan teknik pengolahan tepung sagu kering dan pengemasan sampai pada pelabelannya. Hasil yang didapatkan bahwa kegiatan penyuluhan, pelatihan serta pendampingan pada teknik pengemasan tepung sagu kering berjalan dengan baik dan sesuai rencana dimana UKM Engka Sagu sudah mampu memproduksi tepung sagu kering dengan baik. Pengemasan dan pelabelan pada produkpun sudah dapat dikerjakan dengan baik dan dihasilkan produk dengan identitas dan penampilan yang menarik serta sudah dapat dijual online buka lapak.   Kata Kunci; Tepung Sagu, UKM Engka Sagu, Kapasitas, Pengemasan.