Aribowo, Widodo
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Metafora Konseptual dalam Praktik Musik Keroncong Vernakular Setiawan, Yulius Erie; Aribowo, Widodo; Mibtadin, Mibtadin; May, Adam
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan Vol 25, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v25i1.12479

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan (mengonseptualisasikan) praktik musik keroncong vernakular, yaitu sub-genre musik keroncong yang mengakomodasi keberagaman idiom musikal, syair, alat musik, teknik permainan, bentuk musik, dan ekspresi informal lainnya (kostum dan bahasa), yang berbeda dengan ekspresi keroncong asli (pakem). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang mengelaborasikan pendekatan musikologi, etnografi, dan kajian budaya. Analisis dilakukan dengan mengamati keberadaan sebuah kelompok musik asal Malang, yaitu Kos Atos dengan mengamati dua sample rekaman video musik lagu Kita Beda Berbahaya dan Kopi, didukung wawancara klarifikatif dari subjek. Ditemukan hasil: pertama, praktik musik keroncong vernakular yang diusung Kos Atos adalah bentuk artikulasi subjek (tindakan ekspresif dan praktik diskursif) yang bertujuan untuk menemukan segmentasi pendengar keroncong di luar keroncong asli dan mewacanakan nilai pengetahuan baru di bidang musik keroncong; kedua, terdapat beberapa elemen yang dapat dikonseptualisasikan dari praktik musik keroncong vernakular, yaitu ekspresi demotik (ekspresi kerakyatan), lagu yang tidak tersofistikasi (berselera umum), musical mood, dan politik-ekonomi; ketiga, praktik keroncong vernakular dapat dikatakan sebagai bentuk pelestarian keroncong dalam konsep yang lain. Melalui praktik keroncong vernakular, genre musik keroncong dapat dijamin kelestariannya karena dapat lebih mudah diterima masyarakat umum, aktual, serta dekat dengan praktik ekonomi yang menjamin kesejahteraan hidup seniman.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Organik Berbasis Komunitas di Kabupaten Sukoharjo Handoko, Chanel Tri; Khoiriyah, Siti; Aribowo, Widodo; Pranoto; Mudyantini, Widya; Wahyono, Sri; Syahwan, Firman Laili; Jimmyanto, Hendrik; Adabi, Chesta Ricky; Aulia, Ahmad Asfar
Jurnal Abdimas Mandiri Vol. 9 No. 1
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jam.v9i1.4916

Abstract

Pengelolaan sampah organik merupakan tantangan utama di Kabupaten Sukoharjo akibat tingginya volume sampah rumah tangga yang terus meningkat setiap tahun dan berkontribusi terhadap penumpukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tanpa pengelolaan yang baik, sampah organik dapat menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan. Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui penerapan teknologi pengelolaan sampah organik guna mengurangi beban lingkungan dan menciptakan nilai ekonomi. Kegiatan yang dilakukan meliputi sosialisasi, pelatihan, serta implementasi teknologi seperti komposter aerobik, lubang resapan biopori, dan eco-enzyme. Pelatihan ini membekali mitra bank sampah dan masyarakat dengan keterampilan praktis dalam mengelola sampah organik menjadi produk yang bernilai ekonomi dan ramah lingkungan. Hasil program menunjukkan peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sampah organik, dengan 90% peserta berhasil mengadopsi teknologi yang diajarkan. Kendala utama yang dihadapi adalah kurangnya pemahaman awal dan keterbatasan infrastruktur pendukung, namun faktor pendorong seperti kesadaran masyarakat yang tinggi serta dukungan pemerintah daerah berperan dalam keberhasilan program. Program ini tidak hanya mengurangi volume sampah organik secara signifikan, tetapi juga membuka peluang ekonomi melalui pemanfaatan limbah. Selain itu, keberlanjutan program dapat diperkuat dengan kolaborasi antara komunitas, akademisi, dan pemerintah untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan sampah. Keberhasilan model ini diharapkan dapat diterapkan di daerah lain yang menghadapi permasalahan serupa guna mewujudkan sistem pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan.
Fasad Timpanum Bangsal Tosan Mangkunegaran Menepis Spekulasi Apropriasi Religi Aribowo, Widodo
Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi) Vol 9, No 2 (2023): Jurnal SMaRT : Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18784/smart.v9i2.2038

Abstract

This research aims to answer a puzzle that has remained unanswered for decades due to the disconnection of oral stories about the facade structure of Bangsal Tosan at Pendopo Ageng Mangkunegaran Palace. This article aims to examine the appearance of the facade structure and the ornaments on it, in relation to the speculation of religious appropriation in the facade structure. The descriptive method within the constructivism paradigm is applied based on the findings of data deemed adequate for the formation of a clarificative narrative about the structure. It is called clarificative because it is an explanation of why there is a triangular structure (timpanum) and a Western-style relief on the facade, both of which are not commonly found in traditional Javanese buildings. This research produces a narrative explanation that the timpanum facade and Western-style reliefs on Pendopo Ageng of Mangkunegaran Palace were made during the time of K.G.P.A.A. Mangkunagara IV and named Bangsal Tosan. Although Western in style, the facade and ornaments are symbols of Javanese culture such as panembarama (greeting), acknowledgement of supernatural powers, and hopes for prosperity. The spectacular palace art structure is interpreted as the emergence of secular high fashion, a statement of the Mangkunegaran Palace's identity as the palace of an important person (pangeran) but not a king. This finding has the potential to change or otherwise enrich theories about the sacredness of palace buildings. Instead of practising strict and obedient social religious practices, Mangkunagara IV innovated the Tosan Ward in the Mangkunegaran Palace.