Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

HUBUNGAN PERUBAHAN FUNGSI FISIK TERHADAP KEBUTUHAN AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (AHS) PADA LANSIA DENGAN STROKE (STUDI PADA UNIT REHABILITASI SOSIAL KOTA SEMARANG) Indahsari, Putri Nur; Agusman, Fery; Ekowati, Sri Indah
Jurnal Keperawatan Komunitas Vol 1, No 1 (2013): Jurnal Keperawatan Komunitas
Publisher : Jurnal Keperawatan Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Insiden stroke mengenai populasi usia lanjut yang berusia 75-84 tahun sekitar 10 kali dari populasi 5564 tahun (Azizah, 2011). Dari jumlahtersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalamigangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur. Stroke yang menyerang lanjut usia menyebabkanketergantungan lanjut usia makin meningkat. Tujuan penelitian iniuntuk mengetahui hubungan perubahan fungsi fisik terhadap kebutuhanAktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada lansia dengan stroke (Studi padaUnit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang). Jenis penelitian ini adalahdeskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional. Populasi dan sampeladalah lansia dengan stroke yang menghuni Balai Rehabilitasi Sosial“Mandiri” Semarang dan Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adi Karya” Ungaransebanyak 32 dengan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling.Hasil penelitian didapatkan mayoritas umur responden adalah 69,75 tahun, jenis kelamin sebagian besar adalah laki-laki. Perubahan fungsi fisik pada lansia dengan stroke sebagian besar berjalan dengan bantuan. Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada lansia stroke sebagian besar dependen berat. Ada hubungan perubahan fungsi fisik terhadap kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada lansia dengan stroke (Studi pada Unit  Rehabilitasi Sosial Kota Semarang) (pvalue=0,029). Diharapkan masyarakat, terutama yang mempunyai anggota keluarga lansia dengan stroke mampu memantau kesehatan lansia terutama perubahan fungsi fisik dan kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) untuk meningkatkan pelayanan pada lansia.Kata kunci : Perubahan fungsi fisik, Aktivitas hidup sehari-hari, lansia dengan stroke
HUBUNGAN KEBIASAAN BERPANTANG MAKAN DENGAN LAMANYA PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS DI BPM WILAYAH DESA KEBONBATUR Maharani, Kristina; Agusman, Fery; Indra, Anita
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 7, No 2 (2015): Juni 2015
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Budaya dan keyakinan juga mempengaruhi penyembuhan luka perineum, misalnya kebiasaan berpantang makan telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu, kebiasaan berpantang makanan tersebut akan memperlambat proses penyembuhan luka perineum, selain itu juga dapat memperlambat proses involusi pada ibu post partum.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan berpantang makan dengan lamanya penyembuhan luka perineum pada ibu nifas  di BPM Wilayah Desa Kebonbatur. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas hari ke 3-7 hari di BPM Wilayah Desa Kebonbatur atau sebanyak 40 responden. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 36 responden. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa lembar observasi. Analisis hubungan variabel dilakukan dengan menggunakan Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan kebiasaan berpantang makan dengan lamanya penyembuhan luka perineum pada ibu nifas  di BPM Wilayah Desa Kebonbatur (ρ =0,000). Saran bagi ibu nifas , tenaga kesehatan dan instansi pendidikan. Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk ibu nifas agar dapat mengetahui tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada proses penyembuhan luka perineum pada nifas sedangkan untuk tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan layanan kesehatan terutama pada ibu nifas dengan memberikan informasi tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada proses penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.   Kata Kunci : ibu nifas, pantang makan, luka perineum  
Efektivitas Terapi Bobath Terhadap Peningkatan Kemampuan Activity Daily Living ( ADL ) Pada Penderita Pasca Stroke Iskemik Di Unit Rehabilitasi Medik RSUD Sunan Kalijaga Demak Purnamasari, Evie Sandra; Agusman, Fery
Jurnal Smart Keperawatan Vol 3, No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Karya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34310/jskp.v3i1.461

Abstract

Menurut RISKESDAS tahun 2013, prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9% penyakit stroke telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil. Prevalensi jumlah penderita stroke sama banyak baik pada laki-laki maupun perempuan. Untuk mengetahui efektivitas Terapi Bobath terhadap Peningkatan Kemampuan Activity Daily Living (ADL) pada Penderita Pasca Stroke Iskemik. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian quasy eksperimental dengan pendekatan one group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita pasca stroke iskemik berjumlah 60 orang. Sampel sebanyak 15 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Kemampuan ADL pada penderita pasca stroke iskemik sebelum diberikan terapi bobath rata-rata adalah 79,67 dengan standard deviasi 7,898. Kemampuan ADL pada penderita pasca stroke iskemik sesudah diberikan terapi bobath rata-rata adalah 86 dengan standard deviasi 6,601. ada pengaruh terapi bobath terhadap peningkatan kemampuan ADL pada penderita pasca stroke iskemik. Diharapkan pada penelitian mendatang agar dapat lebih menyempurnakan penelitian berikutnya dengan menambah metode pengambilan data dengan cara wawancara terstruktur dan observasi. Kata kunci            :  Efektivitas, terapi bobath, kemampuan ADL, stroke iskemik  THE EFFECTIVENESS OF BOBATH THERAPHY OF ENHANCING CAPABILITY OF ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) IN PATIENTS AFTER STROKE AT REHABILITATION UNIT AT SUNAN KALIJAGA HOSPITAL DEMAK ABSTRACTAccording to RISKESDAS in 2013, the prevalence of stroke in Indonesia based on the diagnosis of health workers were 7,0 per mile and according to diagnosis or symptoms were 12.1 per mile. So, there are 57.9 % of stroke has been diagnosed by a health worker. Prevalence of stroke diagnosed by health professionals and symptoms was highest in South Sulawesi (17.9%), DI Yogyakarta (16.9%), Central Sulawesi (16.6%), followed by East Java with 16 per mile. Prevalence of stroke survivors just as much good in men and women. This study was determine the effectiveness of bobath theraphy of enhancing capability of activity daily living (ADL) in patients after stroke. This research was quantitative research design quasy experimental approach to one group pretest - posttest design. The population in this study were all patients after ischemic stroke of 60 people. The sample were 15 respondents to the sampling technique used purposive sampling. Analysis of the data used were univariate and bivariate analysis. The ability of  in patients after ischemic stroke before therapy was given with average 79.67 with a standard deviation of 7.898. Ability ADL in patients after ischemic stroke after therapy was given with average 86 with a standard deviation of 6.601. No influence bobath therapy to increase the ability of ADL in patients after ischemic stroke. It is expected that in future research in order to further enhance subsequent research by increasing the data retrieval methods by means of a structured interview and observation. Keywords             :  Effectiveness, bobath theraphy , ADL abilities , ischemic stroke
HUBUNGAN PERUBAHAN FUNGSI FISIK TERHADAP KEBUTUHAN AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (AHS) PADA LANSIA DENGAN STROKE (STUDI PADA UNIT REHABILITASI SOSIAL KOTA SEMARANG) Putri Nur Indahsari; Fery Agusman; Sri Indah Ekowati
Jurnal Keperawatan Komunitas Vol 1, No 1 (2013): Jurnal Keperawatan Komunitas
Publisher : Jurnal Keperawatan Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.499 KB)

Abstract

Insiden stroke mengenai populasi usia lanjut yang berusia 75-84 tahun sekitar 10 kali dari populasi 5564 tahun (Azizah, 2011). Dari jumlahtersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalamigangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur. Stroke yang menyerang lanjut usia menyebabkanketergantungan lanjut usia makin meningkat. Tujuan penelitian iniuntuk mengetahui hubungan perubahan fungsi fisik terhadap kebutuhanAktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada lansia dengan stroke (Studi padaUnit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang). Jenis penelitian ini adalahdeskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional. Populasi dan sampeladalah lansia dengan stroke yang menghuni Balai Rehabilitasi Sosial“Mandiri” Semarang dan Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adi Karya” Ungaransebanyak 32 dengan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling.Hasil penelitian didapatkan mayoritas umur responden adalah 69,75 tahun, jenis kelamin sebagian besar adalah laki-laki. Perubahan fungsi fisik pada lansia dengan stroke sebagian besar berjalan dengan bantuan. Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada lansia stroke sebagian besar dependen berat. Ada hubungan perubahan fungsi fisik terhadap kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada lansia dengan stroke (Studi pada Unit  Rehabilitasi Sosial Kota Semarang) (pvalue=0,029). Diharapkan masyarakat, terutama yang mempunyai anggota keluarga lansia dengan stroke mampu memantau kesehatan lansia terutama perubahan fungsi fisik dan kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) untuk meningkatkan pelayanan pada lansia.Kata kunci : Perubahan fungsi fisik, Aktivitas hidup sehari-hari, lansia dengan stroke
HUBUNGAN KEBIASAAN BERPANTANG MAKAN DENGAN LAMANYA PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS DI BPM WILAYAH DESA KEBONBATUR Kristina Maharani; Fery Agusman; Anita Indra
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 2, No 2 (2015): Juni 2015
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (43.455 KB)

Abstract

Budaya dan keyakinan juga mempengaruhi penyembuhan luka perineum, misalnya kebiasaan berpantang makan telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu, kebiasaan berpantang makanan tersebut akan memperlambat proses penyembuhan luka perineum, selain itu juga dapat memperlambat proses involusi pada ibu post partum.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan berpantang makan dengan lamanya penyembuhan luka perineum pada ibu nifas  di BPM Wilayah Desa Kebonbatur. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas hari ke 3-7 hari di BPM Wilayah Desa Kebonbatur atau sebanyak 40 responden. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 36 responden. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa lembar observasi. Analisis hubungan variabel dilakukan dengan menggunakan Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan kebiasaan berpantang makan dengan lamanya penyembuhan luka perineum pada ibu nifas  di BPM Wilayah Desa Kebonbatur (ρ =0,000). Saran bagi ibu nifas , tenaga kesehatan dan instansi pendidikan. Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk ibu nifas agar dapat mengetahui tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada proses penyembuhan luka perineum pada nifas sedangkan untuk tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan layanan kesehatan terutama pada ibu nifas dengan memberikan informasi tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada proses penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.   Kata Kunci : ibu nifas, pantang makan, luka perineum  
HUBUNGAN KADAR HAEMOGLOBIN, STATUS GIZI DAN JARAK KEHAMILAN PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN STUNTING Handayani, Sri; Gunarmi, Gunarmi; Agusman, Fery
Jurnal Kebidanan VOLUME 14, NO.02 DESEMBER 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Estu Utomo Boyolali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35872/jurkeb.v14i02.565

Abstract

Kejadian stunting yang berlangsung sejak masa kanak-kanak akan berdampak di masa yang akan datang yaitu dapat menyebabkan gangguan Intelligence Quotient (IQ), perkembangan psikomotor, kemampuan motorik, dan integrasi neurosensori. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2019 adalah 31,15%, sedangkan persentase balita pendek adalah 20,06%. Hal ini masih jauh dari target yang ditetapkan oleh WHO dan di Kabupaten Boyolali sendiri terdapat sebanyak 5,3 % balita yang mengalami Stunting. Faktor keluarga yang diduga berhubungan dengan stunting khususnya maternal, seperti nutrisi yang buruk selama prakonsepsi, kehamilan, dan laktasi. Nutrisi pada ibu yang mempengaruhi diantaranya rendahnya kadar haemoglobin ibu hamil (anemia), kurang gizi kronis (KEK) serta jarak kehamilan yang terlalu dekat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar haemoglobin, status gizi dan jarak kehamilan pada ibu hamil dengan kejadian stunting. Jenis penelitian yang digunakan yakni observasional analitik dengan pendekatan case control. Populasi penelitian ini yaitu balita di Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali pada Bulan November 2022, besar sampel setiap kelompok 38 balita, maka jumlah sampel sebanyak 76 balita. Pada penelitian ini menggunakan tehnik proportional cluster random sampling. Analisis bivariat dengan chi square dan multivariat dengan regresi logistik. Hasil analisis diperoleh p value 0,021> 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kadar haemoglobin pada ibu hamil dengan kejadian stunting. Ada hubungan status gizi pada ibu hamil dengan kejadian stunting p value 0,006> 0,05. Tidak ada hubungan jarak kelahiran dengan kejadian stunting p value 0,216> 0,05. Faktor determinan kejadian stunting adalah status gizi dan nilai OR 3,714, sehingga variabel status gizi paling berhubungan dengan dengan kejadian stunting. Hal ini menunjukkan bahwa jika status gizi mengalami KEK kemungkinan 3,7 kali akan terjadi stunting.
Efektifitas Oral Hygiene terhadap Jumlah Koloni Mikroba sebagai Risiko Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Syarif, Ahmad; Winarto, Eko; Eka P.U, Julvainda; Agusman, Fery; Widiati, Amrih
Jurnal Sehat Mandiri Vol 19 No 2 (2024): Jurnal Sehat Mandiri, Volume 19 Nomor 2 Desember 2024
Publisher : Poltekkes Kemenkes Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33761/jsm.v19i2.1516

Abstract

Ventilator Associated Pneumonia (VAP) is inflammation of the lung parenchyma when a patient receives mechanical ventilation for more than 48 hours, caused by the bacteria Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter baumannii, Staphylococcus aureus, and Escherichia coli. The aim of the research was to determine the effectiveness of oral hygiene between chlorhexidine gluconate 0.2% and Povidone Iodine 1% on the number of microbial colonies as a risk of VAP. The research design is True Experiment Design in the form of Pretest-Posttest Control Group Design. The population is patients on mechanical ventilation from February to March 2024. The number of samples was 15 in each experimental and control group determined randomly. The research variable is counting the number of microbial colonies through swab culture and carrying out the paired sample t-test and dependent sample t-test. The research showed that there was a significant difference (P=0.000) in the pre-test with the number of microbial colonies being greater than the post-test in each chlorhexidine gluconate 0.2% group (difference in mean value 63.13) and the povidone iodine 1% group (difference in average value 71,922) for all microbes. Chlorhexsidine Gluconate 0.2% is more effective than Povidone Iodine 1% with a significant difference in the number of microbial colonies (average p-value > 0.05) both in the pre-test (difference in average value 25,198) and post-test (difference in average value average 16.46) on all microbes. Oral hygiene using chlorhexidine gluconate 0.2% is more effective than povidone iodine 1% on the number of microbial colonies as a risk of VAP. Recommended to optimize the use of 0.2% chlorhexidine gluconate in the cleaning of medical instruments such as ventilators.
PERILAKU BERHENTI MEROKOK DIPENGARUHI AUDIO VISUAL BAHAYA MEROKOK Kusyati, Eni; Setyonugroho, Julius Afta; Jamaludin, M.; Agusman, Fery
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.44384

Abstract

Jumlah perokok aktif di Jawa Tengah mencapai 24,3%. Perokok aktif usia 15- 24 tahun di kota Semarang mencapai 19,78%, sedangkan angka kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok di Semarang adalah 12,8%. Media audio visual untuk edukasi kesehatan akan sangat membantu proses edukasi lebih efektif dan memudahkan masyarakat dalam memahami informasi yang disampaikan. Tujuan penelitian menganalisis pengaruh edukasi video audiovisual tentang bahaya merokok terhadap perubahan perilaku merokok. Jenis penelitian pre-eksperimental dengan desaign one group pre-test post-test dilaksanakan pada September 2024. Sampel terdiri dari 33 perokok aktif yang dipilih secara purposive sampling di RW 03 Kelurahan Tandang. Intervensi berupa pemutaran video edukasi bahaya merokok berdurasi 10 menit yang diberikan tujuh kali dalam seminggu. Pengukuran perilaku merokok menggunakan kuesioner tervalidasi dengan 25 item pertanyaan. Data dianalisis menggunakan uji Paired T-Test dengan α=0,05. Terjadi penurunan signifikan skor perilaku merokok dari rerata 81,12 (SD=3,559) menjadi 31,84 (SD=2,948) setelah intervensi (p<0,001). Penurunan sebesar 49,273 poin (60,74%) menunjukkan perubahan substansial dalam perilaku merokok. Nilai standar deviasi yang menurun dari pre-test ke post-test (3,559 ke 2,948) mengindikasikan respon yang seragam terhadap intervensi. Edukasi menggunakan video audiovisual efektif menurunkan perilaku merokok secara signifikan dan konsisten. Nilai standar deviasi yang kecil menunjukkan keseragaman respon terhadap intervensi, mendukung efektivitas program untuk implementasi pada skala yang lebih luas.
Perbandingan Skala ELPO Standar dan Modifikasi Dalam Deteksi Risiko Pressure Injury Pasien Bedah Widiastuti, Heti; Winarto, Eko; Agusman, Fery
JUKEJ : Jurnal Kesehatan Jompa Vol 4 No 2 (2025): JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa
Publisher : Yayasan Jompa Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57218/jkj.Vol4.Iss2.1924

Abstract

Introduction: Patients undergoing surgery lasting more than two hours are at high risk of developing pressure injuries. To predict this risk, nurses can use the ELPO Scale, which assesses factors such as duration of surgery, body position, anesthesia, support, age, length of surgery, and comorbidities. This study aims to compare the results of the standard ELPO Scale with the modified ELPO Scale based on Myra Levine's Conservation Theory in detecting the risk of pressure injuries in patients undergoing surgery for more than two hours. Methods: This is a descriptive quantitative study with a retrospective case-control design using Chi-square analysis to assess the accuracy, sensitivity, and specificity of both scales. Results: The standard ELPO Scale did not show a significant relationship with the incidence of pressure ulcers. In contrast, the modified ELPO Scale had higher accuracy, sensitivity, and specificity in early detection. Conclusion: The modified ELPO Scale is more sensitive than the standard ELPO Scale in detecting the risk of pressure ulcers in surgical patients, with the factors of surgical position, age, mobilization, and skin moisture playing an important role in the occurrence of pressure ulcers.