Agustina Dwi Wijayanti
Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Efektivitas Fluoroquinolon Terhadap Isolat Bakteri Saluran Pencernaan Ular Sanca Batik (Python reticulatus) Agustina Dwi Wijayanti; Antasiswa Windraningtyas Rosetyadewi; Tri Untari
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 1 No. 1 (2013): Januari 2013
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.686 KB) | DOI: 10.29244/avi.1.1.27-31

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang efektivitas antibiotika golongan fluoroquinolon (flumequin dan enrofloksasin) terhadap Salmonella dan E. coli yang diisolasi dari saluran pencernaan ular sanca batik (Python reticulatus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas fluoroquinolon terhadap infeksi saluran pencernaan pada ular dan reptil pada umumnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 8 ekor sanca batik dewasa yang menderita gangguan pencernaan dengan lesi klinis berupa mouthrot. Sampel ulas kloaka dan mulut serta sampel darah diambil dari semua ular, untuk selanjutnya dilakukan uji mikrobiologis berupa isolasi dan identifikasi bakteri melalui media Brilliant Green Agar (BGA), Mc Conkay Agar (MCA), Triple Sugar Iron (TSI) dan media biakan murni. Isolat murni yang didapatkan adalah Salmonella spp. dan E. coli dan selanjutnya dilakukan uji sensitivitas bakteri terhadap flumequin dan enrofloksasin serta penentuan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) untuk enrofloksasin. Hasilnya adalah kedua antibiotika efektif terhadap Salmonella dan intermediet terhadap E. coli. Nilai MIC enrofloksasin terhadap Salmonella adalah 2,5 μg/ml.
Kinetika Kadar Enrofloksasin dan Histopatologi Otot Broiler setelah Pemberian Enrofloksasin Dosis Tunggal secara Intravena Agustina Dwi Wijayanti; Florensia Situmorang; Akhmad Ridwan Siregar; Novida Ariyani
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 3 No. 1 (2015): Januari 2015
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.287 KB) | DOI: 10.29244/avi.3.1.38-43

Abstract

Residu obat pada broiler akibat pemberian antibiotik sebelum panen dapat menurunkan kualitas karkas. Kerugian yang diakibatkan oleh residu pada jaringan selain terdeteksinya sejumlah obat, juga adanya kelainan patologis akibat akumulasi obat pada jaringan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek residu yang timbul terhadap otot akibat pemberian enrofloksasin dosis 50 mg/kg berat badan secara intravena satu minggu sebelum panen. Sebanyak 18 ekor broiler strain New Loghman dipelihara sejak day old chick (DOC) hingga umur 30 hari dan mencapai berat badan rata-rata 1,0-1,5 kg. Sebanyak 15 ekor ayam disuntik enrofloksasin dosis 50 mg/kg berat badan melalui vena brachialis. Tiga ekor ayam disuntik NaCl fisiologis sebagai kontrol. Pada jam ke-1, hari ke-1, 3, 5, dan 7 setelah injeksi, masing-masing 3 ekor ayam perlakuan diambil darah dan dikorbankan untuk diambil otot bagian dada. Darah dimasukkan dalam tabung mengandung heparin, selanjutnya disentrifus 2500 g dan dikoleksi plasmanya. Otot dada dimasukkan ke dalam formalin 10% untuk selanjutnya dibuat preparat histologinya. Hasil analisis kadar enrofloksasin dalam plasma dilakukan secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan preparat histologi otot diwarnai dengan Hematoxilin eosin (HE). Hasil pengukuran kadar obat menunjukkan residu pada hari ke-1, 3, 5 dan 7 berturut-turut adalah 11,91 ± 1,28; 0,61 ± 0,06; 0,51 ± 0,01; 0,36 ± 0,02; 0,21 ± 0,14 μg/mL. Deskripsi preparat histologi menunjukkan adanya infiltrasi heterofil dan limfosit pada hari ke-3 dan ke-5 setelah injeksi, dan gambaran otot normal pada hari ke-7. Kadar enroflokasin pada otot mulai hari ke-1 hingga hari ke-7 setelah injeksi masih melebihi batas maksimum residu enrofloksasin yang diperbolehkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI).Kata kunci: kadar enrofloksasin, otot broiler, histopatologi (The Enrofloxacine Level and Histopathological Feature of Broiler Muscle after Intravenous Single Dose Injection of Enrofloxacin)Drug residue in broiler due to the antibiotic application pre harvest may impair the quality of carcas. The loss of quality of carcas would be reflected by the high level of drug substance and also by the feature of hispathological changes in the muscle. The research conducted to know the level of enrofloxacin and the histological changes in broiler muscle after intravenous single dose of enrofloxacin 50 mg/kg bw. The 18 of New Loghman day old chicks were maintained until 30 days and gained 1,5-2,0 kg of body weight. The dose of 50 mg/kg bw enrofloxacin injected intravenously to 15 chickens, while 3 chickens were injected 1 mL of NaCl 0.9% as control. The abdominal muscle and blood sampling conducted at 1 hour, day-1, 3, 5, and 7 post injection by decapitation of 3 chickens for each interval. Blood collected into heparinized tubes, then centrifuged 2500 g to find plasma. The drug residue in muscles were extracted and analyzed using high performance liquid chromatography. The muscle were collected into formalin 10% then processed to histopathology preparation using Hematoxilin-Eosin staining. The result showed the level of drugs in 1 hour, day 1,3,5 and 7 post injection were 11,91 ± 1,28; 0,61 ± 0,06; 0,51 ± 0,01; 0,36 ± 0,02; 0,21 ± 0,14 μg/mL, respectively. These levels were still above the maximum limit of residue of enrofloxacin in tissue according to Standar Nasional Indonesia (SNI). The feature of histopathology preparation showed some levels of heterophyle and lymphocyte infiltration on day 3 and 5, but no histological changes in day 7. The levels of enrofloxacin of all intervals until 7 days post injection were still above the Maximum Residue Limits according to Standar Nasional Indonesia (SNI).Keywords: enrofloxacin level, broiler muscle, histopathology
Kadar Malondialdehid Tikus Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Terapi Ekstrak Media Penumbuh Sel Punca Mesenkimal Ida Fitriana; Agustina Dwi Wijayanti; Puspa Wikan Sari; Raden Gagak Donny Satria; Dwi Cahyo Budi Setiawan; Yuda Heru Fibrianto; Widagdo Sri Nugroho
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 5 No. 1 (2017): Januari 2017
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.67 KB) | DOI: 10.29244/avi.5.1.29-36

Abstract

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ekstrak media penumbuh sel punca mesenkimal (EMPSPM), tanpa sel punca itu sendiri, telah ditemukan terdapat berbagai faktor tropik hasil sekresi sel punca mesenkimal di dalam media kultur yang dapat meregenerasi jaringan yang rusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar malondialdehid (MDA) dalam plasma dan ginjal tikus diabetes melitus tipe 2 (DMT2) dengan terapi EMPSPM. Dua puluh lima ekor tikus wistar digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok DMT2 + 0,05 ml/kg BB EMPSPM (0,05); kelompok DMT2 + 0,1 ml/kg BB EMPSPM (0,1); kelompok DMT2 + 0,2 ml/kg BB EMPSPM (0,2), kelompok kontrol DMT2 (DMT2), dan kelompok sehat (KS). Induksi DMT2 dengan menggunakan streptozotosin nikotinamid (STZ-NA). Terapi mulai dilakukan pada hari ke 7 setelah kondisi DM tercapai, diberikan 4 kali dengan selang waktu 7 hari secara intraperitoneal. Data kadar glukosa darah dan MDA dianalisi secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi DMT2 dengan STZ-NA dapat menaikkan kadar glukosa dan MDA dalam darah (P<0,05). Terapi 0,05; 0,1; dan 0,2 ml/kg BB EMPSPM menunjukkan dapat menurunkan kadar glukosa darah, kadar MDA plasma dan ginjal (P<0,05). Kadar 0,2 ml/kg BB EMPSPM menunjukkan aktifitas lebih baik dalam menurunkan kadar glukosa darah dan MDA. Berdasarkan penelitian ini, EMPSPM dapat menurunkan kadar glukosa darah serta kadar MDA dalam darah dan ginjal tikus DMT2.
PENENTUAN KADAR AFLATOXIN Bl DALAM PAKAN BROILER SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DENGAN PEMURNIAN SECARA IMUNOAFINITAS Agustina Dwi Wijayanti
Jurnal Sain Veteriner Vol 28, No 2 (2010): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2611.274 KB) | DOI: 10.22146/jsv.304

Abstract

Telah dilakukan penelitian terhadap 10sampel pakan broiler yang diduga mengandung aflatoksinBI secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik(reversed phase), dengan pemurnian secaraimunoafinitas. Prinsip imunoafinitas adalah pengikatan aflatoksin dengan antibodi spesifik yang dilanjutkan dengan pengukuran kadar menggunakan KCKT. Semua sampel dibagi menjadi 2 kelompok dan diekstraksi dengan NaCI dan metanol. Kelompok 1 diekstraksi tanpa dilakukan pemurnian pengikatan antibodi dan kelompok 2 dengan pengikatan antibodi. Pengukuran kadar kedua kelompok perlakuan tersebut dilakukan secara KCKT dengan pengaturan dan fase gerak yang sarna yaitu dengan metanol 70%. Hasilnya adalah padaperlakuan 1semua sampel negatif sedangkan pada perlakuan 2 terdapat 4 sampel dengan hasil positif aflatoksin dengan hasil berkisar antara 0,02-0, I ppm.Kata kunci: aflatoksin B 1,pakan broiler, imunoafinitas, KCKT.
PERBANDINGAN PROFIL FARMAKOKINETIK DOKSISIKLIN APLIKASI INTRAVENA DAN INTRAMUSKULER PADA ULAR SANCA ( PHYTON RETICULATUS ) Agustina Dwi Wijayanti; Slamet Rahardjo; Gagak Donny Satria
Jurnal Sain Veteriner Vol 27, No 1 (2009): JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3313.913 KB) | DOI: 10.22146/jsv.306

Abstract

Penelitian farmakokinetik doksisiklin pada ular sanca (Phyton reticulatus) ini dilakukan untuk mengetahui profil fannakokinetik obat pemberian intravena dan intramuskuler serta untuk mengetahui tingkat efektivitasnya melalui perbandingan kadar dengan nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration) beberapa agen infeksi yang penting.Hewan yang digunakan adalah 6 ekor ular sanca dewasa yang dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan. Kelompok 1 diberi doksisiklin dosis 25 mg/kg bb lewat vena palatina dorsalis dan kelompok 2 melalui muskulus bagian sepertiga anterior.Darah diambil secara intrakardia pada menit ke 30,jam ke-I, 2, 4, 8, 24, 48, 72, 96 dan 120 setelahpemberianobat. Plasma dikoleksi secara sentrifugasi dan diekstraksi menggunakan asam trikloroasetat. Selanjutnya plasma dianalisis dan dilakukan pengukuran kadar obat secara HPLC (High Peiformance Liquid Chromatography), menggunakan fase gerak larutan asam oxalat : metanol: asetonitril (6:3:I) dan kolom C18. Parameter farmakokinetikyang dihasilkan untuk intravena adalah AUC 7135,155 uglmL.menit, Clearence 3,5 mLimenit/kg, Cmax 95,465 uglmL,Tmax 30menit,Tl/2 44,42 jam dan Vd 13477,1mL/kg bb dan untuk intramuskuler AUC 1185,56f.lglmL.menit, Clearence 3,49mL/menit/kg, Tmax 24 jam, Cmax 0,191 ug, T1/220,6 jam, Vd 62500 mL /kg bb. Kadar rata-rata obathinggajam ke 120 (5 hari) masih di atas minimum inhibory concentration (MIC) beberapa agen infeksi yang penting pada reptilia.Untuk selanjutnya, diperlukan penelitian untuk mengetahui MIC agen-agen infeksi pada ular sanca untuk dapat secara tepat mengetahui efikasi doksisiklin.Kata kunci: profil farmakokinetik, doksisiklin, ular sanca
Profil Farmakokinetik Oksitetrasiklin Pada Tikus Agustina Dwi Wijayanti; Puspa Wikan Sari; Syarifuddin Tato
Jurnal Sain Veteriner Vol 24, No 2 (2006): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1127.311 KB) | DOI: 10.22146/jsv.422

Abstract

.
EFEKTIVITAS KETAMIN DAN XILAZIN SEBAGAI ANASETETIKA PADA IKAN GURAME (OSPHRONEMUS GOURAMY) Agustina Dwi Wijayanti
Jurnal Sain Veteriner Vol 22, No 2 (2004): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1900.45 KB) | DOI: 10.22146/jsv.454

Abstract

.
PENGARUH ANTIOKSIDAN FLAVONOID TERHADAP KADAR PROTEIN MIKROSOMAL HATI TIKUS YANG DIINDUKSI DENGAN KARBONTETRAKLORID Agustina Dwi Wijayanti; Syarifuddin Tato; Soesanto Mangkoewidjojo
Jurnal Sain Veteriner Vol 21, No 2 (2003): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2339.236 KB) | DOI: 10.22146/jsv.496

Abstract

.
Penentuan Efektifitas Oksitetrasiklin Melalui Parameter Farmakokinetik/farmakodinamik pada Plasma dan Jaringan Ayam Broiler Agustina Dwi Wijayanti; Lukman Hakim; Irkham Widiyono; Tatang Irianti
Jurnal Veteriner Vol 11 No 2 (2010)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.474 KB)

Abstract

A study was conducted to determine the effectiveness of oxytetracycline on the basis of itspharmacokinetic/pharmacodynamic (PK/PD) parameters in the plasma and tissues of broiler following a50 mg/kg single dose of intravenous administration. The male broiler were injected with oxytetracycline attarsal medial venous. The blood, liver, kidney and abdominal muscle were collected at 14 points of timesamplings. Blood was centrifuged to obtain plasma and all tissues were extracted with Mc Ilvine buffer.Drug concentration in samples was determined by High Performance Liquid Chromatography (HPLC)using AOAC standard reference for tetracycline. The pharmacokinetic parameters of oxytetracycline werecalculated using non compartment method. The results were as follows. For plasma: the AUC was 790,615,5 ?g/mL minute , Clearance was 63,242 mL/min/kg bb, Tmax/Cmax was 1 minute/0,7 ?g/mL, T1/2elimination was 6,4, hours, Vd was 37 L/kg. For liver ; AUC was 36418,89, minute , Tmax/Cmax was 16hours/17,15 ?g/g, and T1/2 elimination was 24,5, hours. For kidney; AUC6808,41 ?g/g minute , Tmax/Cmax 1 minute/16,73 ?g/g, , T1/2 elimination was 11,55 hours. For muscle; AUC was 3502 ?g/g minute,Tmax/Cmax was 1 minute/2,58 ?g/g, T1/2 elimination was 167,39 hours. The ratio of AUC/MIC inplasma and tissues appeared to a good pharmacokinetic/pharmacodynamic parameter to determine theeffectiveness of oxytetracycline.
Residu Deltamethrin Terlacak pada Hati Ayam Pedaging yang Dipasarkan di Yogyakarta (DETECTION OF DELTAMETHRIN RESIDUE IN BROILER LIVER TRADED IN YOGYAKARTA) Gagak Donny Satria; Agustina Dwi Wijayanti; Puspa Wikan Sari; Dwi Cahyo Budi Setiawan; Nisa Hakimah; Annisa Rahmawati
Jurnal Veteriner Vol 15 No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.938 KB)

Abstract

The consumer assurance to get safe, hygienic, whole, and halal food is an important concern. Analysisof chemical residue is one of some ways  to examine food safety. The objective of this research was to detectdeltamethrin residue in broiler liver sold in Yogyakarta, Indonesia. The isocratic HPLC method was usedin this research, using Shimadzu 6.1, 80% of Acetonitrile in Aquabides as mobile phase, with 1ml/minutesof flow rate. C-18 was used as column and the wavelength of UV-Vis detector was 270 nm. The result of theresearch was get from HPLC’s analyses. Deltamethrin’s peak area would be presented in retention time 8-12minutes with specific profile of curve. The result of the research showed that deltamethrin was positivelydetected in 13 broiler livers. It’s concluded that broiler livers that sold in Yogyakarta are detected to containdeltamethrin-contaminated.