Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Venous Ulcer Santoso, Irene Dorthy; Nilasari, Hanny; Yusharyahya, Shannaz Nadia
Journal of General - Procedural Dermatology & Venereology Indonesia Vol. 2, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Leg ulcers one common problem in the adult population to geriatric with a prevalence about 1-2%. The pattern of life which tends to be sedentary, less activity, obesity, increased the incidence of leg ulcers. The duration of healing and recurrence occurs in majority of patients contributed the decline in quality of life for patients with venous ulcers. Diagnosis, latest treatment and prevention are essential to discuss.
Ulcus vulvae acutum - A rare case Santoso, Irene Dorthy; Anggraini, Ika; Indriatmi, Wresti; Irawan, Yudo; Nilasari, Hanny; Marissa, Melani; Sirait, Sondang P.; Rihatmadja, Rahadi
Journal of General - Procedural Dermatology & Venereology Indonesia Vol. 3, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Ulcus vulvae acutum, also known as Lipschütz ulcer, is a rare condition characterized by multiple, painful, and acute genital ulceration in young women without venereal infections, associated with systemic symptoms like malaise, fever, and inguinal lymphadenopathy. Case Illustration: A 24-year-old woman developed multiple and painful vulvar ulcers that recurred for almost a year. The patient was primarily diagnosed and treated as genital herpes in several hospitals with only slight improvement and no complete healing. The patient came to our hospital for examinations to rule out sexually-transmitted infection (STI) (genital herpes, syphilis, HIV, and chancroid) and possibility of Behçet’s. The patient was treated with a combination of 2.5% lidocaine and 2.5% prilocaine creams for 1 week, 2% fusidic acid ointment for 1 week, with no significant progression. Later, the therapy was changed to 0.05% clobetasol propionate ointment for 10 days. Complete healing occurred in about 10 weeks with no scarring. Discussion: Diagnosis of ulcus vulvae acutum in this patient was made by excluding other differential diagnoses. Conclusion: Ulcus vulvae acutum is a difficult diagnosis, and clinician should be aware of this entity especially when encountering young woman without previous sexual experience problem with ulcer.
Pengaruh penyuluhan dengan video edukasi terhadap tingkat pengetahuan skabies mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2022 Revika; Santoso, Irene Dorthy
Tarumanagara Medical Journal Vol. 6 No. 1 (2024): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v6i1.31093

Abstract

Infeksi tungau Sarcoptes scabiei var hominis, yang menggali lubang di lapisan inang, menyebabkan kondisi kulit menular yang dikenal sebagai skabies. Penggunaan salep permethrin 5% disarankan sebagai terapi lini pertama untuk skabies. Pasien harus menerima instruksi tentang cara menggunakan obat dengan benar agar tepat dalam penatalaksanaan skabies. Tujuan studi ini ialah untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang skabies pada mahasiswa kedokteran sebelum dan sesudah penyuluhan menggunakan video edukasi. Metode studi yang digunakan ialah analitik cross-sectional dan dilakukan pada bulan Desember 2022 sampai Januari 2023. Subjek studi ialah 77 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2022 yang diambil dengan cara quota sampling. Hasil studi menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai skabies pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara sebelum diberikan penyuluhan menggunakan video edukasi dengan nilai rata-rata 21,84. Sesudah diberikan penyuluhan menggunakan video edukasi dengan nilai rata-rata 22,56. Hasil uji analitik didapatkan p-value sebesar 0,000. Kesimpulan studi ini ialah perbedaan yang signifikan pengetahuan tentang skabies pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan video edukasi.  
Efektivitas video edukasi terhadap pengetahuan HIV/AIDS di kalangan mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara Butsainah, Rojwa Amne; Santoso, Irene Dorthy
Tarumanagara Medical Journal Vol. 6 No. 1 (2024): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v6i1.31098

Abstract

Tingginya populasi orang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus di Asia Tenggara mengharuskan Indonesia untuk lebih waspada terhadap penyebaran dan penularan virus ini. Hanya saja, upaya sosialisasi melalui penyuluhan dan edukasi terkait penularan Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) yang sudah dilakukan belum memberi pengaruh signifikan terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa terkait HIV/AIDS sehingga studi ini dilakukan untuk meneliti tingkat pengetahuan terhadap HIV/AIDS pada mahasiswa kedokteran. Studi menggunakan desain pra-eksperimental dengan rancangan one group pre-test dan post-test. Responden studi ialah mahasiswa kedokteran aktif angkatan 2022 di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara yang pengambilannya menggunakan metode simple random sampling. Studi ini menemukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah menerima penyuluhan tentang HIV/AIDS (p-value 0,000). Sebelum diberikan penyuluhan berupa video edukasi mengenai HIV/AIDS, sebanyak 37 responden (40,66%) memiliki pengetahuan yang cukup, dan 4 responden (4,4%) memiliki pengetahuan yang kurang dengan skor pre-test rata-rata ialah 76,92. Setelah mendapatkan penyuluhan tentang HIV/AIDS melalui media video edukasi, tingkat pengetahuan responden meningkat. Responden yang mencapai tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 69 responden dengan skor rata-rata post-test meningkat menjadi 83,37. Berdasarkan temuan studi ini dapat disimpulkan bahwa penyuluhan menggunakan media video edukasi terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden khususnya mengenai HIV/AIDS.
TINGKAT PENGETAHUAN TINEA VERSIKOLOR SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN MENGGUNAKAN VIDEO EDUKASI DI MA’HAD TARBIYATUL MUBTADIIN TANGERANG Anggun, Septi; Santoso, Irene Dorthy
Ebers Papyrus Vol. 30 No. 2 (2024): EBERS PAPYRUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/ep.v30i2.32684

Abstract

Pityriasis versikolor atau tinea versikolor (TV), adalah kelainan kulit disebabkan oleh infeksi jamur yang menyerang lapisan atas kulit. Penyakit ini lebih rentan terjadi pada kelompok usia dewasa muda dan remaja. Bagian tubuh yang biasa menjadi sasaran penyakit antara lain leher, dada, dan punggung. Penyakit manifestasi klinis berupa bercak tipis, bersisik, disertai dengan gatal. Selain itu terdapat perubahan warna kulit. Menjadi lebih gelap atau lebih terang. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi antara lain cuaca panas dan lembab, produksi keringat berlebih, penggunaan masker dan losion yang mengandung minyak dikulit, peningkatan produksi sebum kelenjar sebasea, yang menyebabkan terciptanya lingkungan berminyak, individu yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit kulit yang serupa. Pencegahan TV dapat dilakukan dengan hygine personal. Penelitian ini, untuk mengetahui tingkat pengetahuan TV sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan menggunakan video edukasi di Ma’had Tarbiyatul Mubtadiin. Desain penelitian ini kuasi eksperimental dengan menggunakan metode one group pre-test dan post-test. Proses pengambilan sampel menggunakan data primer melalui kuisioner yang diisi santriawan dan santriawati Ma’had Tarbiyatul Mubtadiin dengan jumlah sampel sebanyak 64 responden. Hasil analisis penelitian ini menggunakan uji Wilxocon. Berdasarkan hasil analisis uji Wilxocon yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bila intervensi/edukasi yang diberikan signifikan mempengaruhi tingkat pengetahuan responden. Adapun setelah dilakukan intervensi/edukasi nilai dari pengetahuan responden rata-rata meningkat 35.93 poin. Adapun perbedaan nilai tengah dari post-test adalah 100 dan nilai tengah pre-test adalah 60. Terdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value sebesar 0.0001 dan 0.0001 dengan nilai median dari post-test adalah 100 dan nilai tengah pre-test adalah 60.
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG BERJEMUR DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA ANGKATAN 2020 Riantyarni, Tinezia Allia; Santoso, Irene Dorthy
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol. 8 No. 2 (2024): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v8i2.16495

Abstract

ABSTRAKBerjemur adalah kegiatan memanaskan badan dengan memaparkan muka, lengan, badan, dan tungkai. Penyuluhan merupakan salah satu cara untuk membantu meningkatkan tingkat pengetahuan tentang berjemur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang berjemur menggunakan media audiovisual pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Angkatan 2020. Desain penelitian ini adalah pra-eksperimental one group pre-test dan post-test dengan metode pengukuran data kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dalam pengambilan sampel. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2020 – Mei 2021 pada 97 responden. Pengambilan data menggunakan kuisioner dan dianalisis menggunakan uji T-test/paired. Hasil penelitian menunjukkan 3 responden (3.09%) berpengetahuan baik, 31 responden (31.95%) berpengetahuan cukup, dan 63 responden (64.94%) berpengetahuan kurang sebelum diberikan penyuluhan, sedangkan setelah penyuluhan menjadi sebanyak 55 responden (56.7%) berpengetahuan baik, 32 responden (32.98%) berpengetahuan cukup, dan 10 responden (10.3%) berpengetahuan kurang. Penelitian ini didapatkan perbedaan yang bermakna antara pengetahuan berjemur sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan media audiovisual (p <0.001). Kata kunci: Berjemur, media audiovisual, pengetahuan    ABSTRACTSunbathing is an activity to heat the body by exposing the face, arms, body, and legs. Health promotion is one way to help increase the level of knowledge about sunbathing. The purpose of this study was to determine the difference in knowledge before and after health promotion about sunbathing using audiovisual media to students of the Faculty of Medicine, Tarumanagara University Class of 2020. The design of this study was a pre-experimental one group pre-test and post-test with quantitative data measurement methods. This study uses a simple random sampling technique in sampling. The study was conducted in December 2020 – May 2021 with 97 respondents. Data were collected using a questionnaire and analyzed using the T-test/paired. The results showed that 3 respondents (3.09%) had good knowledge, 31 respondents (31.95%) had sufficient knowledge, and 63 respondents (64.94%) had less knowledge before being given health promotion, while after be given health promotion there were 55 respondents (56.7%) have good knowledge, 32 respondents (32.98%) have sufficient knowledge, and 10 respondents (10.3%) have less knowledge. This study found a significant difference between knowledge of sunbathing before and after being given counseling using audiovisual media (p <0.001). Keywords: Sunbathing, audiovisual media, knowledge
Pengetahuan akne vulgaris di SMAN 2 Karanganyar pra dan pasca penyuluhan menggunakan video edukasi Cahyanti, Alfia Nur; Santoso, Irene Dorthy
Tarumanagara Medical Journal Vol. 6 No. 2 (2024): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v6i2.30700

Abstract

Akne vulgaris merupakan kondisi peradangan jangka panjang unit pilosebasea kulit. Penyebabnya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetika, etnis, ras, pola makan, iklim, lingkungan, jenis kulit, kebersihan, penggunaan kosmetik, stres psikologis, infeksi, dan pekerjaan. Area terjadinya akne vulgaris meliputi wajah, leher, dada, bahu, dan punggung. Sekitar 75% remaja di seluruh dunia diyakini pernah mengalami akne vulgaris, sedangkan hampir 80% populasi global pernah mengalami akne vulgaris. Prevalensi akne vulgaris pada masa remaja berkisar antara 47% hingga 90%. Studi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan anak remaja di SMAN 2 Karanganyar terhadap akne vulgaris dengan metode penyuluhan menggunakan video edukasi. Jenis studi yang dilakukan ialah studi kuantitatif dengan desain pra – eksperimental one group pre – test dan post – test pada bulan Januari – Februari 2024. Teknik total sampling digunakan dalam pengambilan 176 responden. Variabel pengetahuan  sebelum dan sesudah video edukasi diperoleh melalui kuesioner. Data variabel kemudian dianalisis melalui uji Wilcoxon. Temuan penelitian menunjukan 14 (7,95%) responden berpengetahuan baik, 97 (55.11%) responden berpengetahuan cukup, dan 65 (36,93%) responden berpengetahuan kurang sebelum diberikan penyuluhan. Setelah diberikan penyuluhan, menjadi 120 (68,18%) tresponden berpengetahuan baik, 45 (25,56%) responden berpengetahuan cukup, dan 11 (6,25%) responden berpengetahuan kurang. Hasil studi menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam pengetahuan mengenai akne vulgaris sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan melalui video edukasi (p – value = 0,000), dengan nilai perbedaan rerata senilai 22,44. Penyuluhan ini memeperlihatkan pendekatan penyuluhan dengan menggunakan video edukasi dapat meningkatkan pengetahuan responden.