Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Antibiotic Resistance in Cases of Bacterial Meningitis: Literature Review Warihan Unok; Ratna Devi; Fanindya Hadamu; M. Sabir Mangawing; Ary Anggara
Promotif : Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 14 No. 2: DECEMBER 2024
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/promotif.v14i2.6476

Abstract

Introduction: Meningitis is an infectious disease that attacks the cerebral membrane or swallows. Meningite is among the ten most dangerous diseases in the world. The disease can affect both children and adults. The cause of this disease can be bacteria, viruses, fungi, or aseptic. Most cases of viral meningitis usually heal themselves and are not fatal, but in severe cases, such as bacterial, biased, life-threatening. Methods: Articles related to bacterial meningitis taken from databases like Google Scholar, Pubmed and Portal Garuda over the last 5 years (2020- 2024). Use keywords: "Bacterial meningitis", "symptoms", "therapy", "antibiotic resistance Results: Based on studies that have been carried out, antibiotic resistance rates in cases of bacterial meningitis are very high and vary. Streptococcus pneumonia as one of the most common causes has high levels of resistance to antibiotics of the penicillin group. Conclusion: With the growing number of rapid, reliable and accurate diagnostics and follow-up examinations, it can cope with the incidence of antibiotic resistance in bacterial meningitis.
Karakteristik dan Etiologi Dominan Penyebab Individu Suspek Infeksi di Rumah Sakit Undata Palu: Characteristics and Etiology of Dominant Causes of Individuals Suspected of Infection at Undata Hospital, Palu Sarifuddin; Aristo; M. Sabir; Ary Anggara; Siti Nurhasanah; Ratna Sari Dewi; Mufdiah Nurriza
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 7 No. 1: JANUARI 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v7i1.4883

Abstract

Latarbelakang. Pandemi Covid-19 menyebabkan pembatasan kegiatan masyarakat, termasuk pemberian layanan Kesehatan yang terbatas dalam mengurangi penyebaran penyakit dan memberikan dampak terhadap penurunan tingkat layanan di Rumah Sakit khususnya pasien yang menjalani rawat jalan dan rawat inap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik suspek infeksi rawat jalan dan rawat inap Selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Kota Palu. Metode Penelitian dengan pendekatan penelitian deskriptif, data rawat jalan dan rawat inap diperoleh dari rekam medis sebanyak 190 responden selama periode 2020-2021 yang memiliki sifat karakteristik tertentu (sesuai kriteria)inklusi penelitian. Hasil didapatkan dari 190 responden berdasarkan jenis kelamin (laki-laki 82.1%, perempuan 17.9%), Usia terbanyak (41-55 tahun) 67(35.3%), layanan (Rawat Jalan 132 (69.5%) dan Rawat Inap 58 (30.5%), keluhan Demam 89 (46.8%), kultur Feses 152 (80%), bakteri terbanyak E.coli 129 (67.9%), Stapylococcus aureus 23 (12.1%), Streptococcus pneumoniae 13 (6.8%), Pseudomonas aeruginosa 8(4.2%), Proteus mirabilis 7(3.7%), Klebsiella sp 6(3.2%), S.typhi 4(2.1%), kebiasaan merokok (ya 121(63.7%) tidak 45(23.7%), Cuci tangan (selalu 149(78.4%) kadang-kadang 27(14.2%, tidak tahu 14(7.4%), Pekerjaan (PNS 96(50.5%) dan buruh harian dan nelayan masing-masing 14(7.4%) lain-lain 3(1.6%), konsumsi antiviral 177(93.2%), konsumsi analgetik 169(88.9%), Riwayat konsumsi antibiotik 182(95.8%), tes swab antigen 186(97.9%), suspek diagnosis infeksi ditemukan TB Paru 90(47.4%), Diare 19(10%), ISK 23(12.1%), Psoriasis 13(6.8%), tifoid 12(6.3%), dan terendah Pneumonia 3(1.6%), kusta 2(1.1%). Isolat terbanyak di layanan rawat jalan ditemukan terbanyak adalah E.coli 38(28.8%) dan Stapylococcus aureus 7(5.3%) sedangkan di layanan Rawat Inap terbanyak E.coli 28(48.3%) dan Staphylococcus aureus 5(8.6%). Kesimpulan: Suspek infeksi Rawat Jalan sebanyak 132(69.5%) dan Rawat Inap sebanyak 58(30.5%), suspek penyakit terbanyak Rawat Jalan adalah tuberculosis 88(66.7%) dan Rawat Inap ISK 23(39.6%) dan isolat terbanyak Rawat Jalan adalah E.coli dan S.aureus (28.8%) dan 5.3%) dan Rawat Inap isolat terbanyak E.coli dan S.aureus (48.3%) dan (8.6%).
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN AYAH PEROKOK AKTIF TENTANG PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SINGGANI TAHUN 2025 Kurnia Hayat; Rahma; Sumarni; Ary Anggara
Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Vol 7 No 03 (2025): Desember
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/ma.v7i03.365

Abstract

ABSTRAK Balita merupakan kelompok paling rentan terhadap pneumonia karena sistem pernapasan yang belum matang sepenuhnya. Paparan asap rokok, baik secara langsung maupun tidak langsung, terbukti menjadi faktor risiko utama yang meningkatkan insidensi pneumonia, dan infeksi saluran pernapasan lainnya pada balita 3-9 kali lipat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keterkaitan antara tingkat pendidikan ayah yang aktif merokok dengan tingkat pemahaman mereka tentang penyakit pneumonia pada anak balita. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah responden sebanyak 100 orang ayah yang dilakukan dengan purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian penunjukkan bahwa mayoritas ayah perokok aktif memiliki latar pendidikan menengah (72,3%), diikuti oleh pendidikan tinggi (45,8%), dan hanya sedikit yang berpendidikan dasar (3%), 74% responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang pneumonia pada balita, dengan 22,9% memiliki pengetahuan baik dan hanya 3% yang pengetahuannya kurang. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ayah perokok aktif mengenai pneumonia pada balita dengan p-value <0,001 (p <0,05). Disarankan intervensi kesehatan masyarakat yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan, terutama untuk kelompok berpendidikan rendah, guna mengurangi risiko pneumonia pada balita akibat paparan asap rokok. ABSTRACT Background: Toddlers are the most vulnerable group to pneumonia because their respiratory systems are not yet fully developed. Exposure to cigarette smoke, both directly and indirectly, has been proven to be a major risk factor that increases the incidence of pneumonia and other respiratory tract infections in toddlers by 3-9 times. This study aims to evaluate the relationship between the educational level of fathers who actively smoke and their level of understanding of pneumonia in toddlers. Methods: The quantitative analytical design used in this study is a cross-sectional approach. A total of 100 fathers surveyed through purposive sampling met the inclusion and exclusion criteria. Results: The results of the study indicate that the majority of active smokers have a secondary education (72.3%), followed by higher education (45.8%), and only a few have a primary education (3%). Seventy-four percent of respondents have sufficient knowledge about pneumonia in toddlers, with 22.9% having a good understanding, and 3% having insufficient knowledge. There was a significant relationship between education level and the knowledge of active smoking fathers about pneumonia in infants with a p-value <0.001 (p <0.05). It is recommended that public health interventions be tailored to education levels, especially for low-educated groups, to reduce the risk of pneumonia in infants due to exposure to cigarette smoke.