Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Excretions of Urinary Creatinine on Young and Mature Kacang Goat under Different Feeding Levels Mukminah, Nurul; Rianto, Edy; Purbowati, Endang
ANIMAL PRODUCTION Vol 17, No 1 (2015): January
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman, Faculty of Animal Science, Purwokerto-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.106 KB) | DOI: 10.20884/1.anprod.2015.17.1.479

Abstract

Abstract. This study was aimed to examine the excretion of urinary creatinine in young and mature Kacang goat bucks under different feeding levels. This study used 16 Kacang goat bucks consisting of 2 groups of age, i.e. eight young bucks (aged 6-7 months, weighed 12.75±2.68 kg) and 8 mature bucks (age 9-12 months, weighed 17.34±3.32 kg). The bucks were fed pelleted complete feed containing 78.82% dry matter (DM), 18.80% crude protein (CP), and 76.29% total digestible nutrients (TDN). The bucks were allocated into a 2x2 nested design with four replications. The treatment was the amount of  2.24% dry matter intake  (T1) and 4.48% of body weight (BW) (T2) for the young goat, while the mature buck was 1.87% and 3.74%, respectively. The results showed that DM, CP and TDN intake were significant different across ages and highly significantly different between feeding levels. Changes of urinary creatinine from week 0–12 showed no differences in the age group (142 mg/dl) and feeding level (143 mg/dl). Conclusively, age and feed level affected body weight, feed intake and creatinine excretion of Kacang Goat.  The more body weight gain (age) and feed level, the more urinal creatinine excretion in male Kacang goat. Key words: Kacang goat, ages, feeding level, and creatinine Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kadar kreatinin pada kambing Kacang muda dan dewasa dengan jumlah pemberian pakan yang berbeda. Materi berupa 16 ekor kambing Kacang jantan, terdiri dari 8 ekor umur muda (6-7 bulan) dan 8 ekor umur dewasa (9-12 bulan). Pakan komplit yang diberikan memiliki kandungan bahan kering (BK) 78,82%, protein kasar (PK) 18,80%, dan total digestible nutrients (TDN) 76,29%. Rancangan penelitian ini adalah pola tersarang 2x2 dengan 4 ulangan. Perlakuan pakan berupa jumlah BK pakan yang diberikan yaitu 2,24% bobot badan (BB) (T1) dan 4,48% BB (T2) untuk kambing muda, sedangkan kambing dewasa sebesar 1,87% BB (T1) dan 3,74% BB (T2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi BK, PK dan TDN berbeda nyata pada kelompok umur dan berbeda sangat nyata pada perlakuan pakan. Kadar kreatinin pada minggu ke 0-6 tidak berbeda nyata, namun pada minggu ke 12 berbeda nyata baik kelompok umur maupun akibat perlakuan pakan. Perubahan kadar kreatinin dari minggu ke 0-12 menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada kelompok umur dan perlakuan pakan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kadar kreatinin semakin meningkat dengan semakin meningkatnya bobot badan (umur) dan pakan ternak. Kata kunci : kambing Kacang, umur, level pakan, dan kreatinin
Pemanfaatan Protein Pakan pada Domba Lokal Jantan yang Mendapat Pakan pada Siang dan Malam Hari (Dietary Protein Utilization in Local Rams Given Feed During the Day and Night) Sayekti, Ilham; Purbowati, Endang; Rianto, Edy
Animal Agriculture Journal Vol 4, No 1 (2015): Volume 4 Nomor 1 Tahun 2015
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.311 KB)

Abstract

ABSTRAKSuatu penelitian telah dilaksanakan dengan tujuan mengkaji pemanfaatan protein pada domba lokal jantan dengan perlakuan pemberian pakan siang dan malam hari. Materi yang digunakan dalam penelitian berupa 12 ekor domba lokal jantan dengan bobot badan awal rata-rata 24,15 + 2,5 kg (CV=10,51%) dan umur sekitar 1 tahun. Pakan yang diberikan berupa pakan komplit berbentuk pelet. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah waktu pemberian pakan, yaitu pemberian pakan pada jam 6 pagi sampai jam 6 sore (T1), pemberian pakan pada jam 6 sore sampai jam 6 pagi dan (T2), dan pemberian pakan selama 24 jam (T3). Parameter yang diamati adalah konsumsi bahan kering (BK), pertambahan bobot badan harian (PBBH), kecernaan protein dan deposisi protein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua parameter yang diamati tidak berbeda nyata (P>0,05). Rata-rata konsumsi BK,  PBBH, kecernaan protein, dan deposisi protein berturut-turut adalah 1.107,9 g, 103,8 g, 79,3% dan 60,5%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa waktu pemberian pakan belum mampu meningkatkan pemanfaatan protein pakan pada domba lokal jantan.Kata kunci : domba lokal jantan; konsumsi bahan kering; pertambahan bobot badan harian; deposisi protein ABSTRACTA study was conducted to assess the utilization of protein in local ram being fed during the day and at night. The materials used in this study were 12 local rams with initial body weight of 24.15 + 2.5 kg (CV=10.51%) and age of 1-1,5 years. Feed was given in the form of pellet. This study used a completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 4 replications. The treatments applied were feeding time, i.e. feeding time from 6 am to 6 pm (T1), feeding time from 6 pm to 6 am (T2), and feeding time for 24 hours a day (T3). The parameters observed were dry matter intake (DMI), average daily gain (ADG), protein digestibility, and protein deposition. The results showed that all the observed parameters were not significantly different (P>0,05). The averages of DMI, ADG, protein digestibility and protein deposition were 1.107,9g/day, 103,8g, 79,3%, 60,5%, respectively. It was concluded that feeding time had no effect on the utilization of dietary protein utilization in local rams.Key words: local ram; dry matter intake; average daily gain; protein deposition.
PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TUBUH DOMBA LOKAL JANTAN (The effect of Different Feeding Time to Body Protein Content of Local Ram) Wibowo, Septrian Yusantyo; Purbowati, Endang; Purnomoadi, Agung
Animal Agriculture Journal Vol 3, No 4 (2014): Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.235 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk pendugaan protein tubuh domba lokal jantan yang diberikan waktu pemberian pakan yang berbeda. Materi yang digunakan adalah domba lokal jantan, bobot rata – rata24,12 kg ± 2,5 kg (CV=10,51%) dan umur satu tahun.Pakan yang diberikan berupa complete feedbentuk pelet dengan kandungan protein kasar(PK) sebesar 16,6% dan total digestible nutrients (TDN) sebesar 67,36% yang terdiri dari jerami gandum, bungkil kedelai, molases, tepung gaplek, bekatul dan mineral. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), terdiri dari 3 perlakuan yakni, T1(siang), T2(malam) dan T3 (siang dan malam) serta 4 ulangan.Parameter yang diamati pada penelitian adalah pertambahan komposisi kadar protein tubuh yang didapat menggunakan metode Urea Space. Pengambilan data dilakukan pada minggu awal dan akhir perlakuan dengan cara pengambilan darah pada menit ke-0 dan menit ke-12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan waktu pemberian pakan pada siang dan malam hari tidak ada pengaruh nyata terhadap pertambahan protein tubuh domba yaitu dengan rerata pertambahan protein tubuh sebesar 0,55 kg, dikarenakan komposisi tubuh banyak dipengaruhi oleh perbedaan konsumsi pakan, umur dan genetik.Kata kunci : Domba lokal jantan; Protein tubuh; Complete feed; Waktu pemberian pakan ABSTRACT This research was aimed to estimate body protein of local ram fed at different feeding time. The materials used was twelve one year old local rams with average body weight of 24.12 kg (CV=10.51%). The feed given was formed as complete feed (pellets) with crude protein (CP) of 16,6% and total digestible nutrients (TDN) of 67,63%, consisting of wheat straw, soybean meal, molasses, cassava flour and bran. This research was used completely randomized design with 3 treatments and 4 replications. The Treatments wereT1 (day time feeding : 06.00-18.00), T2 (night time feeding : 18.00-06.00), and T3 (day and night), respectively.  Parameters observed in this research was body protein content which was measuredby using Urea Space methods. The data was collected at the first and last week of the experimental period. The results of this study indicated that different feeding time of the day and night did not show significant effect on the body proteins which was averaged of 0,55 kg. This study could be concluded that feeding time (day and/or night) had no effect on body protein development.Key words : Local Ram; Body protein;Complete feed;Feeding Time
POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DAN EDIBLE PORTION PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DIBERI PAKAN JERAMI URINASI DAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL YANG BERBEDA Suryani, Ajeng Juwita; Adiwinarti, Retno; Purbowati, Endang
Animal Agriculture Journal Vol 1, No 1 (2012): Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.564 KB)

Abstract

Penelitian tentang edible portion dan commercial cut pada sapi Peranakan Ongole (PO) yang diberi pakan konsentrat dengan level yang berbeda telah dilaksanakan pada bulan Juli 2008 sampai dengan Oktober 2008. Penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pakan yang diberikan untuk ternak dengan level konsentrat sedang (T1) dan tinggi (T2) terhadap besarnya bobot potongan komersial dan banyaknya edible portion yang dihasilkan.Materi yang digunakan adalah 8 ekor sapi PO yang berumur rata-rata 1,5 tahun dengan bobot badan awal rata-rata 297 + 26 kg (CV = 8,75%). Bahan pakan yang digunakan adalah jerami padi urinasi dan konsentrat (dedak padi dan ampas bir). Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan dan 4 ulangan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji F. Parameter yang diukur antara lain bobot potong, bobot karkas, bobot masing-masing potongan komersial, bobot edible portion karkas dan non karkas.Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata pada masing-masing perlakuan. Bobot potong 286,25 kg (T1) dan 290 kg (T2). Bobot karkas panas 157,80 kg (T1) dan 161,39 kg (T2). Bobot masing-masing potongan komersial adalah chuck 38,89 kg (T1) dan 38,02 kg (T2), shank 16,72 kg (T1) dan 15,62 kg (T2), rib 15,13 kg (T1) dan 17,37 kg (T2), plate 9,00 kg (T1) dan 9,90 kg (T2), sirloin 17,54 kg (T1) dan 12,77 kg (T2), shortloin 8,80 kg (T1) dan 12,22 kg (T2), flank 2,45 kg (T1) dan 3,11 kg (T2), round 42,49 kg (T1) dan 46,84 kg (T2). Persentase edible portion karkas 79,27 % (T1) dan 77,89 % (T2). Persentase edible portion non karkas 31,82 % (T1) dan 31,71 % (T2). Persentase edible portion total 57,23 % (T1) dan 56,73 % (T2). Kesimpulan yang diperoleh adalah pemberian konsentrat dengan level yang berbeda menghasilkan potongan komersial dan bobot total edible portion yang relatif sama.
KOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN KUALITAS BERBEDA Imam, Khairul; Purbowati, Endang; Adiwinarti, Retno
Animal Agriculture Journal Vol 2, No 4 (2013): Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.562 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia daging setelah diberi perlakuan pakan dengan kualitas yang berbeda. Materi penelitian menggunakan 15 ekor kambing Kacang jantan dengan bobot badan awal rata-rata 14,28 ± 3,36 kg (CV = 23,55%). Metode penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan 3 perlakuan pakan dan 5 kelompok ternak berdasar bobot badan awal. Perlakuan pakan tersebut adalah T1 (Protein Kasar (PK) 9,20% : Total Digestible Nutrients (TDN) 54,67%), T2 (PK 11,67% : 58,61%), dan T3 (PK 18,33%: TDN 65,23%). Parameter yang diamati adalah komposisi kimia daging yang terdiri atas kadar air, abu, protein, lemak, dan kolesterol yang diambil dari otot Longissimus dorsi (LD) dan Biceps femoris (BF) kemudian dirata-rata. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis variansi, dan dilanjutkan dengan uji wilayah berganda duncan apabila ada perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kambing Kacang yang diberi pakan dengan kualitas berbeda, menghasilkan komposisi kimia daging yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Rata-rata kadar air, abu, protein, lemak, dan kolesterol daging kambing Kacang pada penelitian ini adalah 76,01%; 0,66%; 19,40%; 2,57%; dan 81,38 mg/100 g daging. Simpulan penelitian ini adalah komposisi kimia daging kambing Kacang dengan kualitas pakan protein dan energi yang berbeda relatif sama.
KARAKTERISTIK KARKAS KAMBING KACANG, KAMBING PERANAKAN ETTAWA, DAN KAMBING KEJOBONG JANTAN PADA UMUR SATU TAHUN Sumardianto, Tubagus Adi Prasojo; Purbowati, Endang; Masykuri, Masykuri
Animal Agriculture Journal Vol 2, No 1 (2013): Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.432 KB)

Abstract

ABSTRACT Bangsa ternak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi karakteristik karkas sebelum pemotongan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karateristik karkas meliputi bobot potong, bobot dan persentase karkas, komponen karkas (daging, tulang, dan lemak), serta meat bone ratio tiga bangsa kambing di Jawa Tengah. Materi penelitian ini adalah 11 ekor kambing jantan dengan umur 1 tahun (poel 1) yang terdiri atas 4 ekor kambing Kacang, 4 ekor kambing Peranakan Ettawa (PE), dan 3 ekor kambing Kejobong. Penelitian mengunakan metode Independent Sample Comparison. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji F dan apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Wilayah-Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa bobot potong dan karkas kambing Kacang (15 dan 5,63 kg) sangat nyata (P<0,01) lebih rendah dari pada Kambing PE (24,49 dan 9,89 kg) dan Kejobong (23,45 dan 10,35 kg), tetapi persentase karkasnya tidak berbeda nyata (P>0,05). Bobot daging, lemak, tulang, dan jaringan ikat pada kambing Kacang (3,34 kg, 546,22 g, 1,56 kg, dan 146,98 g) lebih rendah (P<0,01) dari pada kambing PE (6,09 kg, 837,10 g, 2,65 kg, dan 301,30 g) dan Kejobong (6,40 kg, 977,45 g, 2,67 kg, dan 293,64 g), tetapi persentase komponen karkas tidak berbeda nyata. Meat bone ratio tidak berbeda nyata diantara ke-3 bangsa kambing, dengan rata-rata 2,61. Disimpulkan bahwa bobot potong, bobot karkas, dan bobot komponen karkas kambing Kacang lebih rendah daripada kambing Peranakan Etawa, dan Kejobong jantan pada umur 1 (satu) tahun, tetapi persentase karkas dan komponen karkasnya relatif sama.Kata kunci : karkas, komponen karkas, kambing Kacang, kambing Peranakan Ettawa, kambing KejobongABSTRACTBreed livestock was one of the factors that affected carcass characteristics before slaughter. The purpose of this study was to determine carcass characteristics includes the slaughter weight, , weight and percentage of carcass, carcass components (meat, bone, and fat) and meat bone ratio of three different breeds of goats in Central Java. The material used in this study were 11 male goats by age 1 year which consists of the Kacang goat (four heads), Ettawa Crossbred goat (four heads), and Kejobong goat (three heads). The research method used the Independent Sample Comparison. The data obtained were analyzed by analysis of variance, and if there was any significant difference it was followed by Duncan Multiple Range test. The results showed that the slaughter and carcass weight of Kacang goat (15 and 5.63 kg) was significantly (P <0.01) lower than Ettawa Crossbred goat (24.49 and 9.89 kg) and Kejobong goat (23.45 and 10.35 kg), but the carcass percentage were not significantly different (P> 0.05). Weight of meat, fat, bone, and connective tissue in Kacang goat (3.34 kg, 546.22 g, 1.56 kg and 146.98 g) was lower (P <0.01) than Ettawa Crossbred goat (6 .09 kg, 837.10 g, 2.65 kg and 301.30 g) and Kejobong goat (6.40 kg, 977.45 g, 2.67 kg and 293.64 g), but the percentage of carcass components were not significantly different. Meat bone ratio was not significantly different among the three breeds of goats, with an average of 2.61. It was concluded that the slaughter weight, carcass weight, and the weight of carcass components of male Kacang goat were lower than male Ettawa Crossbred goats, and male Kejobong at one year old, but the percentage of carcasses and carcass components relatively similar.Keywords: carcass, carcass components, Kacang goat , Ettawa Crossbreed goat, Kejobong goat
POLA PERTUMBUHAN BOBOT BADAN KAMBING KACANG BETINA DI KABUPATEN GROBOGAN (Growth Pattern of Body Weight of Female Kacang Goats in Grobogan Regency) Abadi, Tulus; Lestari, C.M. Sri; Purbowati, Endang
Animal Agriculture Journal Vol 4, No 1 (2015): Volume 4 Nomor 1 Tahun 2015
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.081 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui pola pertumbuhan bobot badan kambing Kacang betina di Kabupaten Grobogan. Materi penelitian berupa 150 ekor kambing Kacang betina yang berumur 0-3 bulan sebanyak 23 ekor, >3-6 bulan sebanyak 29 ekor, >6-9 bulan sebanyak 21 ekor, >9-12 bulan sebanyak 11 ekor, >12-18 bulan sebanyak 15 ekor, >18-30 bulan sebanyak 16 ekor, >30-42 bulan sebanyak 16 ekor dan umur > 42 bulan sebanyak 20 ekor. Penelitian dilakukan dengan metode survey. Penentuan lokasi dan sampel penelitian dengan metode purposive sampling berdasarkan populasi kambing Kacang terbanyak serta jenis kelamin dan umur ternak. Penimbangan kambing Kacang dilakukan dengan cara manual. Pola pertumbuhan bobot badan kambing Kacang diketahui menggunakan Analisis regresi-korelasi dengan program Microsoft Exel 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan bobot badan pada setiap kelompok umur kambing Kacang betina yaitu 5,76 kg ±sd (0-3 bulan), 9,31 kg ±sd (3-6 bulan), 13,41 kg ±sd (6-9 bulan), 14,52 kg ±sd (9-12 bulan), 19,14 kg ±sd (12-18 bulan), 21,13 kg ±sd (18-30 bulan), 24,88 kg ±sd (30-42 bulan), dan 31,03 kg ±sd (> 42 bulan).  Pola petumbuhan bobot badan membentuk kurva dengan persamaan y = -0,00215x2 + 0,61764x + 6,91315 artinya semakin meningkat dengan meningkatnya umur. Kesimpulan penelitian adalah pertumbuhan bobot badan kambing Kacang betina di Kabupaten Grobogan mempunyai pola pertumbuhan membentuk kurva kuadratik. Kata kunci: kambing Kacang betina; bobot badan; pola pertumbuhan ABSTRACT             The study was aimed determine the growth pattern of body weight of female Kacang goat in Grobogan. The research was done by survey and used 150 female Kacang goats aged from 0-3 months many as 23 materials,> 3-6 months many as 29 materials,> 6-9 months many as 21 materials,> 9-12 months many as 11 materials,> 12-18 months many as 15 materials,> 18 -30 months many as 16 materials,> 30-42 months many as 16 materials and age> 42 months many 20 as materials. The location and the sample were determined by purposive sampling method based on the Kacang goat population, sex and age. Body weight of Kacang goat was measured by weighing manually. Body weight growth pattern of Kacang goats was determined by regression-correlation analysis using Microsoft Excel 2007 program. The result showed that the average body weight of female Kacang goat for each age group were 5.76 kg ±sd (0-3 months), 9.31 kg ±sd (3-6 months), 13.41 kg ±sd (6-9 months), 14.52 kg ±sd (9-12 months), 19.14 kg ±sd (12-18 months), 21.13 kg ±sd (18-30 months), 24.88 kg ±sd (30-42 months), and 31.03 kg ±sd (> 42 months). The growth pattern of body weight was found curveliniarly fit to equation of y = -0.00215x2 + 0.61764x + 6.91315 it’s mean increased with increasing age. The conclusion of study was the growth of body weight of female Kacang goat in Grobogan had the growth patterns to form a quadratic curve. Keywords: female Kacang goat; body weight; growth pattern 
BOBOT BADAN, TINGGI PINGGUL, LEBAR PINGGUL DAN PANJANG PINGGUL KAMBING KACANG BETINA DI KABUPATEN KARANGANYAR (Body Weight, Hip Height, Hip Width, and Hip Length of Kacang Goat in Karaganyar Regency) Mia Putri, Aneda Gian; Purnomoadi, Agung; Purbowati, Endang
Animal Agriculture Journal Vol 3, No 2 (2014): Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.537 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bobot badan (BB), tinggi pinggul (TgPg), lebar pinggul (LbPg), dan panjang pinggul (PjPg), kambing Kacang betina pada kelompok umur yang berbeda di kabupaten Karanganyar. Materi penelitian berupa 140 ekor kambing Kacang betina yang dikelompokkan dalam 7 kelompok umur yang berbeda, yaitu(1) 0-3 bulan, (2) >3-6 bulan, (3) >6-12 bulan, (4) poel 1, (5)poel 2, (6)poel 3, dan (7) poel 4, masing-masing sebanyak 20 ekor. Penelitian ini menggunakan metode survey, penentuan lokasi dan sampel ternak berdasarkan metode purposive sampling. Variabel yang diamati adalah BB, TgPg, LbPg dan PjPg. Data hasil penelitian dianalisis dengan Program SPSS analisis one way Anova, dilanjutkan uji wilayah berganda dari Duncan apabila ada perbedaan. Hasil penelitian menunjukan bahwaBB kambing Kacang betina pada semua kelompok umur berbeda nyata (P<0,05), kecuali pada kelompok 3 dan 4 tidak berbeda nyata (P>0,05). TgPg kambing Kacang betina pada kelompok 1-4 berbeda nyata (P<0,05), namun pada kelompok 5-7 tidak berbeda nyata (P>0,05). LbPg kambing Kacang betina pada kelompok 1 berbeda nyata (P<0,05), namun pada kelompok umur 2 sampai 7 tidak berbeda nyata (P>0,05). PjPg kambing Kacang betina pada kelompok 1 dan 2 berbeda nyata (P<0,05), pada kelompok umur 3 sampai7 tidak berbeda nyata (P>0,05). Simpulan hasil penelitian ini adalah BB, TgPg, LbPg dan PjPg kambing Kacang betina di Karanganyar mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur namun dengan pertambahan yang berbeda. Pertambahan BB paling besar pada umur <6 bulan, dan mulai melambat pada umur >18 bulan. TgPg pada umur >24 bulan sudah tidak mengalami pertumbuhan yang berarti, LbPg dan PjPg mengalami pertambahan ukuran paling tinggi pada umur <3 bulan. Kata kunci: kambing Kacang; bobot badan; tinggi pinggul; lebar pinggul; panjang Pinggul ABSTRACT            This study was aimed to determine body weight (BW), hip height (HH), hip width (HW), and hip length (HL) of female Kacang goats in different age groups in the Karanganyar regency. One hundred forty headsof not pregnant female Kacang goats were grouped in 7 age groups, namely (1) 0-3 months, (2) >3-6 months, (3) > 6-12 months, (4) eruption 1, (5)eruption2,(6) eruption3, and (7) eruption 4, respectively, each group contained 20 heads. This study was conducted by a survey method, in which location and animal samples were determined by purposive sampling method. The variables measured were BW, HH, HW, dan HL. Data were analyzed with SPSS version 16 with one way anova, followed by the Duncan multipletest if there was a difference. The results showed that the BW of female Kacang goats in all age groups were significantly different (P < 0.05), except in groups 3 and 4 (P > 0.05). HH of female Kacang goats in groups 1-4 were difference (P < 0.05), but the 5-7 group was not difference (P > 0.05). Female Kacang goats HW in group 1 was s difference(P < 0.05), but in the age group of 2 to 7 were not difference(P > 0.05). HL of female Kacang goats in group 1 and 2 were difference(P < 0.05), but in the age group 3 to 7 were not difference (P > 0.05). Conclusion of this study were BW, HH, HW, dan HL of females Kacang goats in Karanganyar was increased with age with a different growth rates. Greatest BW gain was found at age less than 6 months, and start to decrease at age higher than 18 months. HH at age 24 months had notgrown significantly, while the highest grow of the HW and HL was at age < 3 months.Key words : Kacang goat; body weight; hip height; hip width; hip length
HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN PADA KAMBING KACANG DI KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH Permatasari, Tis'a; Kurnianto, Edi; Purbowati, Endang
Animal Agriculture Journal Vol 2, No 1 (2013): Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.865 KB)

Abstract

Tampilan morfologi masih umum digunakan secara praktis untuk mengkarakterisasi dan menyeleksi ternak. Ukuran-ukuran tubuh dapat digunakan untuk mengestimasi bobot badan ternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Kacang di Kabupaten Grobogan. Empat puluh satu ekor kambing Kacang di Kabupaten Grobogan digunakan sebagai materi penelitian. Kambing Kacang dikelompokkan dalam kelompok jenis kelamin yang berbeda. Variabel yang diamati berupa bobot badan, panjang muka, panjang telinga, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, panjang badan, tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar pinggul, panjang kaki depan, panjang kaki belakang serta panjang ekor. Data dianalisis menggunakan program Statistical Analysis System (SAS ver 6.12). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan regresi dengan variabel ukuran-ukuran tubuh yang diperoleh dapat digunakan untuk estimasi bobot badan kambing Kacang dengan koefisien determinasi 81,4% sampai 97,8%. Variabel ukuran-ukuran tubuh yang digunakan dalam persamaan untuk menduga bobot badan kambing Kacang adalah panjang muka, panjang telinga, lingkar dada, lebar dada, panjang badan, tinggi pundak, lebar pinggul dan panjang kaki belakang.Kata kunci: ukuran tubuh; estimasi bobot badan; kambing KacangABSTRACTMorphological performance can be used to characterize and to select livestock. Body weight can be estimated by body measurements. The objective of this study was to analyze the correlation between body measurements and body weight of Kacang goats in Grobogan Regency. Fourty one Kacang goats were used as materials. Kacang goats were grouped into different group of sex. Variable observed were body weight, face length, ear length, chest circumference, chest width, chest depth, body length, height at wither, height at hip, hip width, front leg length, hind leg length and tail length. Data observed were analyzed by using Statistical Analysis System (SAS ver 6.12). Results showed regression equation models of body measurements can be used to estimate the body weight of Kacang goat with coeffisient of determination of 81.4%-97.8%. Variable of body measurements used to estimate body weight of Kacang goat were face length, ear length, chest circumference, chest width, body length, height at wither and hind leg length.Key words: body measurements; estimation body weight; Kacang goat
PRODUKSI KARKAS DAN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN DAN ENERGI BERBEDA (Carcass and Non-carcass Production of Male Kacang Goat Fed with Different Levels of Protein and Energy) Hutama, Yoga Ganang; Lestari, C.M. Sri; Purbowati, Endang
Animal Agriculture Journal Vol 3, No 1 (2014): Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.345 KB)

Abstract

ABSTRAK Hasil pemotongan ternak berupa karkas dan non-karkas. Salah satu faktor yang mempengaruhi bobot karkas dan non karkas adalah bobot potong ternak yang dipengaruhi oleh kualitas pakan. Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh kadar protein dan energi yang berbeda terhadap bobot karkas dan non karkas kambing Kacang jantan. Materi penelitian berupa 15 ekor kambing Kacang jantan umur 6-18 bulan dengan bobot badan awal rata-rata 14,28 ± 3,36 kg (CV = 23,55%). Penelitian mengunakan rancangan acak kelompok, dengan 3 perlakuan pakan dan 5 kelompok ternak berdasarkan bobot badan awal. Perlakuan pakan yang diterapkan adalah T1 = protein kasar (PK) 9,20% dan total digestible nutrients (TDN) 54,67%, T2 = PK 11,67% dan TDN 58,61%, T3 = PK 18,33% dan TDN 65,23%. Data hasil penelitian dianalisis dengan anova dan apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji wilayah-berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternak yang diberi pakan dengan kualitas yang berbeda menghasilkan bobot potong T1 (18.516 g) lebih rendah (P<0,05) dari pada T2 (21.334 g), tetapi keduanya tidak berbeda nyata dengan T3 (20.036 g). Bobot non karkas T1 (9.984 g) lebih rendah (P>0,05) dari pada T2 (11.384 g), namun keduanya tidak berbeda nyata dengan T3 (10.648 g), sedangkan bobot karkas tidak berbeda nyata dengan rata-rata sebesar 9.290 g. Kesimpulan penelitian ini adalah kambing Kacang jantan yang diberi pakan dengan kadar PK 11,67% dan TDN 58,61% mampu menghasilkan bobot potong dan bobot non karkas yang tinggi. Kata kunci: Kambing Kacang; Pakan; Karkas Non-karkas   ABSTRACT The product of slaughtered goat are carcass and non-carcass. One of the factors that affect carcass and non-carcass weight is the slaughter weight which is affected by the quality of the feed. This study aimed to assess the effect of different protein and energy levels of the diet to the weight of carcass and non carcass of male Kacang goat. Fifteen male Kacang goats at the age of 6 – 18 months with the initial body weight of 14.28 ± 3.36 kg (CV =23.55%) were set in a randomized block design with 3 different treatments: T1 = crude protein (CP) 9.20% and total digestible nutrients (TDN) 54.67%, T2 = CP 11.67% and TDN 58.61%, T3 = CP 18.33% and TDN 65.23%. The goat was grouped based on the initial body weight. The analysis of variance was used to analyze the data and the differences among those treatments were further tested using Duncan’s Multiple Range test. The results showed that goat which was fed with different quality of feed produce slaughter weight T1 (18,516 g) was lower (P<0.05) than T2 (21,334 g), but the those were not significantly different (P>0.05) with T3 (20,036 g). Non-carcass weight of T1 (9,984 g) was lower (P<0.05) than T2 (11,384 g), but both of them were not significantly different (P>0.05) with T3 (10,648 g), whereas carcass weight was not significantly different (P>0.05) with an average of 9,290 g. The conclusion of this study was the feed of Kacang goat with CP 11.67% and TDN 58.61% yielded highest slaughter, and non- carcass weight. Keyword: Kacang goat; Diets; Carcass non-carcass