Dalam pembelajaran, perilaku siswa yang sering dianggap sebagai hambatan kerap dikategorikan sebagai masalah disiplin, padahal dalam perspektif sosiologis dapat dimaknai sebagai bentuk agensi, yakni kemampuan individu untuk bertindak secara reflektif, strategis, dan proyektif. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bentuk resistensi siswa dalam pembelajaran sosiologi, menggali makna subjektif yang melatarbelakanginya, dan menjelaskan resistensi tersebut sebagai ekspresi agensi dalam konteks struktur pendidikan. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif di SMA Al Azhar Gresik, penelitian ini melibatkan 10 siswa kelas XI yang dipilih secara purposive dan dua guru sosiologi. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif selama empat pertemuan dan wawancara semi-terstruktur, dengan validitas dijamin melalui triangulasi sumber, pilot interview, konsultasi pakar, serta penerapan prinsip etika penelitian. Analisis dilakukan melalui reduksi data, koding, dan pengelompokan tema hingga mencapai saturasi. Hasil penelitian menunjukkan tiga bentuk resistensi siswa, yaitu resistensi pasif (absensi mental, diam, bermain ponsel), resistensi ekspresif (kritik verbal terhadap materi atau metode pembelajaran), dan resistensi simbolik (tidak atau asal mengerjakan tugas). Ketiga bentuk resistensi ini dapat dipahami melalui teori agensi, hidden transcript, dan resistensi kultural, yang menunjukkan bahwa resistensi merupakan respons kritis terhadap materi dan metode pembelajaran yang dianggap kurang relevan. Penelitian ini terbatas pada satu lokasi dengan jumlah partisipan yang relatif sedikit, namun temuan menegaskan pentingnya pembelajaran yang kontekstual, partisipatif, dan reflektif guna mengakomodasi suara siswa, sekaligus menawarkan pembacaan baru terhadap resistensi sebagai ekspresi agensi, bukan sekadar pelanggaran disiplin.