Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi

Frequency of Daily Behavior of Indian Blue Peak Bird (Pavo cristatus) in Gurun Putih Lestari Safari Park, Jantho City, Aceh Besar District Dian Monika; Abdullah Abdullah; Samingan Samingan; Safrida Safrida; Devi Syafrianti
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi Vol 5, No 4 (2020): NOVEMBER 2020
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 ABSTRACTThe Indian blue peacock (Pavo cristatus) is an introduced bird from India. The presence of this bird provides many economic benefits, one of which is the use of its beautiful feathers. One of the Exsitu conservation areas that conserves Indian blue peacocks is the Jantho City Sustainable White Desert Safari Park, located in Aceh, Indonesia. Considering that not much scientific information has been recorded about this bird, including its daily behavior, it is necessary to do research. Data collection was conducted in August-September 2020. This study aims to determine the daily behavior of male and female Indian blue peafowl (Pavo cristatus) in the Lestari White Desert Safari Park. The approach in this research is a qualitative descriptive approach. The data were obtained from the observation and documentation of the Indian blue peacock. The results showed that daily behaviors were found including self-care 383 times (27.51%), moving 471 times (33.84%), ingestive 357 times (25.65%), making sounds 20 times (1.44%). %), resting 142 times (10.20%) and social as much as 19 times (1.36%). The highest daily behavior frequency in male Indian blue peafowl was self-care behavior as much as 251 times (37.02%) and female Indian blue peacock on mobile behavior as much as 277 times (38.94%). The lowest frequency of daily behavior in male Indian blue peacocks, namely social behavior in fighting activities as much as 6 times (0.26%) and female Indian blue peacocks in vocal behavior, to be precise, emitted a sound when there was a threat, namely 2 times (0.08%) .Keywords: Indian blue peacock, Exsitu conservation, daily behavior.ABSTRAKBurung merak biru India (Pavo cristatus) merupakan burung introduksi dari India. Kehadiran burung ini memberikan banyak manfaat dari segi ekonomi salah satunya pemanfaatan pada bulunya yang indah. Salah satu kawasan konservasi Exsitu yang melestarikan burung merak biru India adalah Taman Safari Gurun Putih Lestari Kota Jantho yang terletak di Aceh, Indonesia. Mengingat belum banyak informasi ilmiah yang didata tentang burung ini termasuk perilaku harian, maka perlu dilakukan penelitian. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus-September 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku harian burung merak biru India jantan dan betina (Pavo cristatus) di Taman Safari Gurun Putih Lestari. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari observasi dan dokumentasi burung merak biru India. Hasil penelitian menunjukkan perilaku harian yang ditemukan diantaranya perawatan diri sebanyak 383 kali (27,51%), bergerak sebanyak 471 kali (33,84%), ingestif sebanyak 357 kali (25,65%), bersuara sebanyak 20 kali (1,44%), istirahat sebanyak 142 kali (10,20%) dan sosial sebanyak 19 kali (1,36%). Frekuensi perilaku harian tertinggi pada burung merak biru India jantan yaitu perilaku perawatan diri sebanyak 251 kali (37,02%) dan burung merak biru India betina pada perilaku bergerak sebanyak 277 kali (38,94%). Frekuensi perilaku harian terendah pada burung merak biru India jantan yaitu perilaku sosial dalam aktivitas berkelahi sebanyak 6 kali (0,26%) dan burung merak biru India betina pada perilaku bersuara tepatnya mengeluarkan suara saat adanya ancaman yaitu sebanyak 2 kali (0,08%).Kata Kunci: Burung merak biru India, konservasi Exsitu, perilaku harian.
The effect of leaves extract Sambung Nyawa leaves (G. procumbens L.) against Crop Cabbage Caterpillar mortality (C. binotalis Zell.) Wirda Yuliani; Safrida safrida; Mimie Saputri; Supriatno Supriatno; Abdullah Abdullah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi Vol 5, No 1 (2020): FEBRUARI 2020
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Crop Cabbage Caterpillars (Crocidolomia binotalis Zell.) are included in the orderLepidoptera. C. binotalis pest is a pest that attacks mustard plants. Pest controlefforts carried out by farmers in Indonesia still using syntetic insecticides thatcausing negatif effects on the environment, human health and increasing pestpopulations. Therefore, controlling which has been developed is using bioinsecticides namely natural bioactive compounds derived from plants one of which isa plant are plants Sambung Nyawa leaves (Gynura procumbens L.). The purpose ofthis study was to determine the effect of leaves extract Sambung Nyawa leaves (G.procumbens L.) against Crop Cabbage Caterpillar mortality (C. binotalis Zell.) anddetermine the concentration (LC 50) Sambung Nyawa leaves extract (G. procumbensL.) effective on mortality Crop Cabbage Caterpillar (C. binotalis Zell.). The methodused is an experimental method through a quantitative approach with a completelyrandomized design pattern (CRD) consisting of 6 treatments and 4 repetitions.Toxicity tests for Crop Cabbage Caterpillars (C. binotalis Zell.) was carried out on afield scale. Data were analyzed using Variant Analysis (ANAVA) and carried outfurther tests in the form of real difference test (LSD) and probit regression analysis.Research results F arithmetic gt; F table = 537.87 gt; 2.77 using α = 0.05. Theadministration of the Sambung Nyawa leaves (G. procumbens L.) extractsignificantly affected the mortality of Crop Cabbage Caterpillars (C. binotalis Zell.).The best concentration extract which caused 50% (LC 50) death of Crop CabbageCaterpillars (C. binotalis Zell.) is 3,000 ppm. Keywords: Sambung Nyawa leaves, Bioinsecticide, Crop Cabbage Caterpillars. Ulat Crop Kubis (Crocidolomia binotalis Zell.) termasuk dalam ordo Lepidoptera. Hama C. binotalis merupakan hama yang menyerang tanaman sawi. Usaha pengendalian hama yang dilakukan oleh petani di Indonesia masih sering menggunakan insektisida sintetis sehingga menyebabkan efek negatif bagi lingkungan, kesehatan manusia, dan meningkatnya populasi hama. Saat ini pengendalian Ulat Crop Kubis (C. binotalis Zell.) dengan penggunaan Bioinsektisida yaitu senyawa bioaktif alamiah dari tumbuhan, salah satu tumbuhan itu adalah tumbuhan Sambung Nyawa (Gynura procumbens L.). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh ekstrak daun Sambung Nyawa (G. procumbens L.) terhadap mortalitas hama Ulat Crop Kubis (C. binotalis Zell.) serta mengetahui Lethal Consentrastion (LC50) pemberian ekstrak daun Sambung Nyawa (G. procumbens L.) terhadap mortalitas Ulat Crop Kubis (C. binotalis Zell.). Metode yang digunakan  adalah metode Eksperimental melalui pendekatan kuantitatif dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 kali pengulangan. Uji toksisitas terhadap Ulat Crop Kubis (C. binotalis Zell.) dilakukan pada skala lapangan. Data akan dianalisis menggunakan Analisis of Varian (ANOVA) kemudian dilakukan uji lanjutan yaitu uji beda nyata terkecil (BNT) dan dilakukan analisis regresi probit. Pemberian ekstrak daun Sambung Nyawa (G. procumbens L.)  berpengaruh nyata terhadap mortalitas ulat Crop Kubis (C. binotalis Zell.) konsentrasi yang paling efektif ialah konsentrasi 5.000 ppm yang menyebabkan kematian hingga 100%. Konsentrasi ekstrak yang menyebabkan 50% (LC50) kematian Ulat Crop Kubis (C. binotalis Zell.) adalah 3.000 ppm. Kata kunci: Daun Sambung Nyawa, Bioinsektisida, Ulat Crop Kubis.
The Abundance of Gastropods in the Mangrove Ecosystem of Kuala Langsa, Langsa Barat Districts, Langsa City Cut Rushayu Putri; M. Ali S; Mimie Saputri; Ismul Huda; Abdullah Abdullah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi Vol 6, No 4 (2021): November 2021
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gastropods are a class of the Phylum Mollusca, which use their stomachs as legs for walking. Gastropod habitat at this time, disturbances occur due to the many activities and changes in environmental physico-chemical factors are feared to cause a decrease in the number and abundance of gastropod species. This study aims to assess the abundance of Gastropods. The study was conducted from August to September 2020 in the Kuala Langsa Mangrove Ecosystem Area, West Langsa District, Langsa City. The research method used is a survey method with purposive sampling technique, consisting of 4 stations with 3 sampling times. Analysis of the abundance level was calculated using the formula for abundance and relative abundance. The results showed that the abundance of species of Gastropods amounted to 422.50 Ind/m2 and the relative abundance values ranged from 1% to 35%, indicating that the abundance levels were low and high.Keywords: Abundance,  Gastropods,  Mangrove Ecosystem, and Kuala Langsa
Ethno-Ornithology Study and Identification of Community Local Wisdom in Conservation of Birds and their Habitat in Peudada District, Bireuen Regency Nurul Syafina; Abdullah Abdullah; Mimie Saputri; Safrida Safrida; Devi Syafrianti
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi Vol 5, No 4 (2020): NOVEMBER 2020
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTEthno-ornithology was the study of various aspects of the use of birds from the perspective of knowledge and culture of society. This research was conducted from March 2020 to August 2020. The purpose of this study was to determine the various uses of bird species by the community in Peudada District, Bireuen Regency in terms of moral values. The method used is the semistructural interview method, with triangulation techniques, namely triangulation of methods and triangulation of data sources. This research was conducted in Peudada District with 15 villages consisting of 75 respondents. In each village 5 respondents consisted of 2 traditional leaders and 3 local people who knew information about birds that were often used by the community. The data were analyzed qualitatively and descriptively based on literature study. The results obtained 32 bird species with 18 uses by the Peudada District, Bireuen Regency. Utilization of bird species that have local wisdom for the people of Peudada Subdistrict are free-range chickens (Gallus sp.), serati ducks (Chairina moschata), forest lathes (Centropus rectunguis), buffalo starlings (Acridotheres javanicus), eagles (Aquila sp.), and manyar (Ploceus manyar). Keywords: Etno-ornitologi, Bird, Peudada District.ABSTRAKEtno-ornitologi adalah studi tentang berbagai pemanfaatan aspek burung dari sudut pandang pengetahuan dan budaya masyarakat. Penelitian ini telah dilaksanakan sejak Maret 2020 sampai Agustus 2020. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berbagai pemanfaatan jenis burung oleh masyarakat di Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen ditinjau dari nilai moral. Metode yang digunakan adalah metode wawancara semistruktural, dengan teknik triangulasi yaitu triangulasi metode dan triangulasi sumber data. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Peudada dengan 15 desa yang terdiri dari 75 responden. Pada masing-masing desa ditetapkan 5 responden yang terdiri dari 2 orang tokoh adat dan 3 orang masyarakat setempat yang mengetahui informasi tentang burung yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat. Data dianalisis secara kualitatif dan deskriptif berdasarkan studi pustaka. Hasil penelitian diperoleh 32 spesies burung dengan 18 pemanfaatan oleh masyarakat Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen. Pemanfaatan jenis burung yang memiliki kearifan lokal bagi masyarakat Kecamatan Peudada adalah ayam kampung (Gallus sp.), itik serati (Chairina moschata), bubut hutan (Centropus rectunguis), jalak kerbau (Acridotheres javanicus), elang (Aquila sp.), dan manyar (Ploceus manyar). Kata Kunci: Etno-ornitologi, Burung, Kecamatan Peudada. 
DISTRIBUTION PATTERN OF MANGROVE Shells (POLYMESODA) IN MANGROVE ECOSYSTEM AREA SETIA BAKTI DISTRICY ACEH JAYA Indah Lestari; M. Ali S; Ismul Huda; Abdullah Abdullah; Safrida Safrida
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi Vol 5, No 4 (2020): NOVEMBER 2020
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTPolymesoda one of the groups of shells that live in mangrove ecosystems, Polymesoda has a role for the environment in recycling organic matter, the mineralization process, maintaining the balance of the food chain and as a detritus eater. This study aims to analyze the distribution patterns of Polymesoda in the Mangrove Ecosystem in the Setia Bakti District Aceh Jaya District. The study was conducted in January 2020 and retrieved data using a survey method with a purposive sampling technique. The study was conducted in two areas with three locations, with each station made of three stations and five sampling plots for each station. Distribution patterns were analyzed using the Morisita Index formula. The results obtained are the distribution patterns ranging from 1.0 -1, 76. The conclusion was obtained that the distribution pattern in the Mangrove Ecosystem of the Setia Bakti District of Aceh Jaya Regency is at location I and location III namely Clustering and at location II that is random.Keywords: Morisita, Polymesoda, Setia BaktiABSTRAKPolymesoda salah satu kelompok kerang yang berhabitat di kawasan ekosistem  mangrove,  Polymesoda ini memiliki  peranan bagi lingkungan sebagai  pendaur ulang bahan organik, dalam proses mineralisasi dan menjaga keseimbangan rantai makanan dan sebagai pemakan detritus. Penelitian ini bertujuan Untuk menganalisis  pola distribusi Polymesoda di Kawasan Ekosistem Mangrove Kecamatan Setia Bakti Kabupaten Aceh Jaya. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2020, dan mengambil data menggunakan metode surve dengan teknik purposive sampling. Penelitian dilakukan pada dua kawasan dengan tiga lokasi yang masing-masing lokasi dibuat tiga stasiun dan pada setiap stasiun ditetapkan lima plot sampling. Pola  distribusi dianalisis dengan rumus Indeks Morisita,. Hasil yang didapatkan yaitu pola distribusi berkisar dari 1,0 -1, 76. Kesimpulan diperoleh bahwa Pola distribusi di Kawasan Ekosistem Mangrove Kecamatan Setia Bakti Kabupaten Aceh Jaya adalah pada lokasi I dan lokasi III yaitu Mengelompok dan Pada lokasi II yaitu acak .Kata Kunci : Morisita, Polymesoda, Setia Bakti
Characteristic of Manyar Bird Nest (Ploceus manyar) in Kuta Baro Subdistrict Aceh Besar Regency Dila Maiyana; Abdullah Abdullah; Devi Syafrianti; Safrida Safrida; Khairil Khairil
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi Vol 6, No 3 (2021): Agustus 2021
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Manyar Bird (Ploceus manyar) is a member of Ordo Passeriformes that can be found around rice fields because the feed is grain. Research with the title "Characteristic of Bird Nest Manyar (Ploceus manyar) in District Kuta Baro Aceh Besar" was conducted the data retrieval in February-June 2020. This research was conducted to know the characteristics of the nest bird Manyar (Ploceus manyar in Kuta Baro Aceh Besar. The method used is explorative surveys with purposive sampling techniques by sharing locations in 10 observation locations. The Data obtained is analyzed in a qualitative The results of the study acquired the characteristics of the nest Manyar Bird has different nesting places. The nest is found in palm trees, the Royal palm (Roystonea regia) with the stem used by five, the palm (Elaeis guineensis) stem used only one and the coconut tree (Cocos nucifera) stem used as much as 44. The type of nest found is the three forms of nests that are male nests, females and mating nests.Keywords: characteristics, nest, Manyar Birds, Kuta Baro. Burung Manyar (Ploceus manyar) merupakan anggota dari ordo Passeriformes yang habitatnya disekitar persawahan karena makanannya berupa biji-bijian. Penelitian dengan judul “Karakteristik Sarang Burung Manyar (Ploceus manyar) di Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar“ telah dilakukan pengambilan data lapangan pada Februari-Juni 2020. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik sarang Burung Manyar (Ploceus manyar) di Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Metode yang digunakan yaitu survei eksploratif dengan teknik pengambilan data purposive sampling dengan cara membagikan lokasi kedalam 10 lokasi pengamatan. Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil yang diperoleh adalah karakteristik sarang Burung Manyar memiliki tempat bersarang yang berbeda. Sarang tersebut terdapat pada  pohon palem-paleman yaitu palem raja (Roystonea regia) dengan batang yang digunakan sebanyak lima, Sawit (Elaeis guineensis) batang yang digunakan hanya satu, dan pohon kelapa (Cocos nucifera) batang yang digunakan sebanyak 44. Jenis sarang yang ditemukan adalah tiga bentuk sarang yaitu sarang jantan, betina dan sarang kawin.Kata Kunci: karakteristik, sarang, Burung Manyar, Kuta Baro.
The Effect of Stingless Bee Nest (Heterotrigona itama Cockerell) on Anti-Predatory Behavior of Sumatran Elephant (Elephas maximus sumatranus Temminck) Anjalia Santika; Abdullah Abdullah; Khairil Khairil; Asiah Asiah; Ismul Huda
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi Vol 7, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractThe Sumatran elephant is the largest land mammal that is threatened with extinction. Elephants are threatened for their survival due to habitat loss and human-elephant conflict. One of the mitigation efforts to reduce human-elephant conflict is to use the beehive fence method. Stingless bee was thought to influence elephant behavior. In this study, the behavior of the elephants that chosen was anti-predator behavior. The purpose of this study was to determine the effect of the stingless bee nest on elephant anti-predator behavior and to find out how the elephant's anti-predator response was. This study used field experiment method and for observing elephant behavior using a focal animal sampling technique. The data obtained were analyzed using the Kruskal Wallis test. The results showed that at treatment distances P1 (1 m) and P2 (1≤X5 m) the dominant response was elephant retreating away with a percentage of 67%. The conclusion of this study is that the stingless bee nest affects the behavior of the Sumatran elephant and the form of anti-predator response shown are flicking the trunk, produce sound and retreating away from the stingless bee nest.Keywords: stingless bee, behavior, anti-predator, Sumatran elephant AbstrakGajah Sumatera merupakan mamalia darat terbesar yang terancam punah. Gajah terancam keberlangsungan hidupnya dikarenakan hilangnya habitat serta terjadinya konflik manusia-gajah. Salah satu upaya mitigasi untuk mengurangi konflik manusia-gajah ialah dengan menggunakan metode pagar sarang lebah. Kelulut diperkirakan dapat mempengaruhi perilaku gajah. Pada penelitian ini perilaku gajah yang dipilih ialah perilaku anti-predator. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sarang kelulut terhadap perilaku anti-predator gajah serta mengetahui bagaimana respon anti-predator gajah. Penelitian ini menggunakan metode field experiment dan untuk pengamatan perilaku gajah menggunakan teknik focal animal sampling. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada jarak perlakuan P1 (1 m) dan P2 (1≤X5 m) respon yang mendominasi ialah gajah mundur dengan presentase 67%. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah sarang kelulut berpengaruh terhadap perilaku Gajah Sumatera dan bentuk respon anti-predator yang ditampakkan berupa mengibaskan belalai, bersuara dan mundur menjauh dari sarang kelulut.Kata Kunci: kelulut, perilaku, anti-predator, gajah Sumatera
Pattern Population Distribution of Common sandpiper (Actitis hypoleucos, Linnaeus 1758) In Gampong Pande Kuta Raja, Banda Aceh City Dhea Rhamadini; Abdullah Abdullah; Ismul Huda; Asiah MD; Devi Syafrianti
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi Vol 7, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Gampong Pande Mangrove Area is one of the coastal areas that has mangrove forests destroyed due to the natural disaster in 2004. The impact of mangrove damage affects the number of individuals in the Gampong Pande mangrove area. This study aims to determine the pattern of coastal trinil distribution in the Gampong Pande Mangrove area. Data collection was carried out in January 2022 with a purposive sampling technique using the Line transect method. The results of this study recorded 984 individuals of coastal trinil birds in the Gampong Pande area with a pattern of distribution of coastal trinil populations at the first location obtained a Morisita Standard Index value denoted by Ip of 0.55, in the second location an Ip value of 0.56 was obtained and at the third location an Ip value of 0.57 was obtained. The conclusion on the three locations was obtained the Morisita Standard Index Ip 0 so that it can be said that the pattern of distribution of coastal trinil populations (Actitis hypoleucos) in three locations located in Gampong Pande, Kuta Raja District, Banda Aceh City, is a clustered distribution.Keywords: common sandpiper, mangroves, distribution patternsKawasan Mangrove Gampong Pande merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang memiliki hutan mangrove hancur akibat bencana alam tahun 2004. Dampak kerusakan mangrove mempengaruhi jumlah individu pada kawasan mangrove Gampong Pande. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran trinil pantai di kawasan Mangrove Gampong Pande. Pengambilan data dilakukan pada januari 2022 dengan teknik purposive sampling menggunakan metode Line transect. Hasil penelitian ini tercatat 984 individu burung trinil pantai di kawasan Gampong Pande dengan pola persebaran populasi trinil pantai pada lokasi pertama diperoleh nilai Indeks Standar Morisita dilambangkan dengan Ip sebesar 0.55, pada lokasi kedua diperoleh nilai Ip sebesar 0.56 dan pada lokasi ketiga diperoleh nilai Ip sebesar 0.57. Kesimpulan pada ketiga lokasi tersebut diperoleh Indeks Standar Morisita Ip 0 sehingga dapat dikatakan bahwa pola persebaran populasi trinil pantai (Actitis hypoleucos) pada tiga lokasi yang berada di Gampong Pande Kecamatan Kuta Raja Kota Banda Aceh merupakan persebaran mengelompok.Kata Kunci: burung trinil pantai, mangrove, pola persebaran
COMMUNITY'S MISCONCEPTIONS ON ELEPHANT AND HUMAN CONFLICT PROBLEMS IN MILA DISTRICT, DISTRICT PIDIE BASED ON THE ASPECT (KNOWLEDGE, CAUSES, AND SOLUTIONS/MITIGATION FROM THE ELEPHANT CONFLICT) Hadianur Hadianur; Abdullah Abdullah; Khairil Khairil; Safrida Safrida; Wiwit Artika
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi Vol 7, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AsbtrakMiskonsepsi merupakan suatu kepercayaan yang tidak sesuai dengan penjelasan yang diterima umum dan terbukti sahih tentang suatu fenomena atau peristiwa tersebut. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi miskonsepsi masyarakat terhadap masalah konflik gajah dan manusia di Kecamatan Mila Kabupaten Pidie berdasarkan dari aspek pengetahuan tentang gajah, aspek penyebab terjadinya konflik gajah, dan aspek solusi/mitigasi dari konflik gajah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis satu persatu untuk mengetahui ada tidaknya miskonsepsi sesuai dengan kriteria jawaban dan nilai Certainty of Respons Index (CRI) yang telah ditetapkan, kemudian dihitung persentasenya. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa miskonsepsi terdapat pada aspek penyebab terjadinya konflik gajah sebesar 15 %, pada aspek  solusi/mitigasi dari konflik gajah sebesar 10,18 %, dan pada aspek pengetahuan tentang gajah sebesar 8,44 %. Kesimpulan penelitian ini adalah miskonsepsi terjadi pada semua aspek (pengetahuan tentang gajah, penyebab terjadinya konflik gajah, solusi/mitigasi dari konflik gajah).Kata kunci: Miskonsepsi, gajah sumatera, masalah konflik gajahAbstractMisconception is a belief that is not in accordance with generally accepted explanations and proven valid about a phenomenon or event. The purpose of this study is to identify community misconceptions about the problem of elephant and human conflict in Mila District, Pidie Regency based on aspects of knowledge about elephants, aspects that cause elephant conflicts, and aspects of solutions/mitigations of elephant conflicts. This study uses a qualitative approach, data collection using a questionnaire. The sampling technique in this study used purposive sampling. The data obtained were then analyzed one by one to determine whether there were misconceptions in accordance with the answer criteria and the predetermined Certainty of Response Index (CRI) value, then the percentage was calculated. The results obtained indicate that there are misconceptions in the aspect of the cause of elephant conflict by 15%, in the solution/mitigation aspect of elephant conflict by 10.18%, and in the knowledge aspect about elephants by 8.44%. The conclusion of this study is that misconceptions occur in all aspects (knowledge about elephants, causes of elephant conflicts, solutions/mitigations of elephant conflicts).Keywords: Misconception, Sumatran elephant, elephant conflict problem
Types of Migrant Bird Stay in the Area Coastal Beach City Banda Aceh Khairunisak Khairunisak; Abdullah Abdullah; Ismul Huda; Khairil Khairil; Asiah MD
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi Vol 7, No 3 (2022): Agustus 2022
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractThe coast of Banda Aceh City is one area that is often visited by migratory birds with different types of habitats. This study aims to obtain data and information on the types of migratory birds and the types of habitats used by migratory birds on the coast of Banda Aceh City. Data collection is carried out to January 2022. The method used is direct observation with point counts. The parameters in this study are the types of migratory birds and the type of stopover habitat on the coast of Banda Aceh City. Based on research conducted on the coast of Banda Aceh City, it was found that the types of migratory birds that stopped by were Ardea Cinerea, Egretta alba, Egretta garzetta, Pluvialis fulva, Hirundo rustica, Sterna sumatrana, Merops philippinus, Numenius aquarta, Actitis hypoleucos, Nisaetus cirrhatus, Haliastereetus , and Butorides striata. From the results of the study, it can be concluded that there are 12 species of miran birds that stop on the coast of Banda Aceh City with coastal habitat types, mangrove forests, ponds, and swamps.Keywords: distribution, migratory birds, coastAbstrakPesisir pantai Kota Banda Aceh merupakan salah satu kawasan yang sering disinggahi oleh burung migran dengan jenis habitat yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi jenis burung migran serta jenis habitat yang digunakan burung migran di pesisir pantai Kota Banda Aceh. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari 2022. Metode yang digunakan adalah observasi langsung dengan point count. Parameter dalam penelitian ini yaitu jenis burung migran dan jenis habitat persinggahannya di pesisir pantai Kota Banda Aceh. Bedasarkan penelitian yang dilakukan di pesisir pantai Kota Banda Aceh diperoleh hasil jenis burung migran yang singgah yaitu Ardea Cinerea, Egretta alba, Egretta garzetta, Pluvialis fulva, Hirundo rustica, Sterna sumatrana, Merops philippinus, Numenius aquarta, Actitis hypoleucos, Nisaetus cirrhatus, Haliaeetus leucogaster, dan Butorides striata. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan jenis burung miran yang singgah di pesisir pantai Kota Banda Aceh sebanyak 12 spesies dengan jenis habitat pantai, hutan manggrove, tambak, dan rawa.Kata kunci: sebaran, burung migran, pesisir