Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Seminar Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan

Revitalisasi Norma Adat Sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Aceh: Studi Pelaksanan Syariat Islam Sarana Pembinaan Karakter Masyarakat Di Wilayah Pantai Timur Aceh Imam Hadi Sutrisno; Hartutik; Fitria Mustika
SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN Vol. 1 No. 1 (2020): Seminar Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan proses revitalisasi norma adat sebagai kearifan lokal masyarakat Aceh. Norma adalah harta budaya untuk setiap etnis. Norma hidup dan berkembang sesuai dengan keinginan masyarakat dalam bentuk adat, yang berarti bahwa lembaga-lembaga ini tanpa intervensi birokrasi akan berjalan sesuai dengan kemampuan mereka. Demikian juga norma yang dikembangkan di Wilayah Pantai Timur Aceh. Aceh Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang mengandalkan tehnik pengamatan dan wawancara yang mendalam dalam proses pengumpulan data; dan mengandalkan tehnik interpretatif dalam proses analisis data kualitatif. Proses analisis dan pengumpulan data dalam penelitian ini berorientasi pada paradigma kritis yakni mengacu pada teori kritis budaya dan metode dekontruksi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa keberadaan norma-norma adat yang sejatinya sebagai norma yang termuat dalam ajaran Islam, pola perilaku kehidupan tertata dengan baik dan mempunyai berpengaruh terhadap kharakter masyarakat khususnya di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang, penegakan norma adat digunakan dalam menyelesaikan masalah sosial di wilayah kota Langsa, Menjalankan syariat Islam secara kaffah akan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap karakter masyarakatnya. Oleh karenanya masyarakat percaya perlu adanya instansi dinas sebagai wasit atau hakim di masyarakat dalam menegakkan syariat Islam tersebut. Hasil Penelitian disimpulkan bahwa nilai-nilai hukum dan norma adat yang menyatu dengan yang menyatu dengan Islam merupakan pandangan hidup (way of life) bagi masyarakat Aceh. Revitalisasi norma dan pelaksanaan syariat Islam di kabupaten Aceh Timur, Aceh Tamiang dan Kota Langsa berlangsung dengan baik dan mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah kabupaten/kota. Secara universal masyarakat memahami bahwa syariat Islam muncul ketika masyarakat ingin menggali nilai-nilai lama yang luhur seperti pada zaman pemerintahan kesultanan tempo dulu.
Pemaknaan Simbolik Dalam Antologi Cerpen-Cerpen Sufisme Danarto Baihaqi Baihaqi; Imran Imran; Imam Hadi Sutrisno
SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN Vol. 1 No. 1 (2020): Seminar Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendetail makna-makna simbolik yang terdapat dalam antologi cerpen-cerpen sufisme danarto dimana pengarang mempunyai pola dan kepekaan dalam memilih latar dan tema dalam karya-karyanya. Hal ini terwujud dikarenakan tema utama yang sering ditampilkan diambil dari fenomena sosial dan budaya Jawa namun juga tradisi kerohanian timur sehingga bentuk-bentuk artistik merupakan perlambangan simbol yang ada di alam semesta. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif melalui analisa teks. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa makna-makna simbolik terwujud dalam beberapa antologi cerpen-cerpen sufisme terutama makna simbolik melalui tokoh rintrik dalam antologi cerpen Godlob, tokoh wanita dalam kisah nabi sulaiman pada cerpen kecubung pengasihan, simbol alkitab dalam cerpen Asmaradana, simbol malaikat jibril menurunkan wahyu seperti layang-layang pada cerpen Mereka Toh Tidak Mungkin Menyaring Malaikat, simbol tasawuf dan cerita nabi dalam cerpen Adam Ma’rifat, simbol kematian dalam cerpen Dinding Anak, simbol perhubungan yang harmonis antara manusia dan makhluk lainnya dalam cerpen Gaharu dan simbol ayat-ayat suci dalam cerpen Lempengan-Lempengan Cahaya serta simbol bunga melati pada cerpen Setangkai Melati di Sayap Jibril. Dari hasil penelitin ini disimpulkan bahwa pengarang senantiasa memasukan makna-makna simbolik untuk memperkuat entitas karyanya sebagai karya sastra bercorak sufisme dan penciptaan karya sastra bercorak sufisme merupakan keupayaan untuk mencernakan pengalaman kerohanian yang disebut dengan tazkiyah al-nafs