Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki dinamika proses resiliensi perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam hubungan asmara. Tiga partisipan perempuan dengan latar belakang yang beragam menjadi fokus penelitian, yang dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif melalui metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Untuk memastikan kredibilitas data, penelitian ini menerapkan triangulasi metode, di mana metode wawancara didukung oleh pengamatan langsung pada saat interaksi wawancara terjadi. Temuan penelitian mengungkap bahwa ketiga subjek berhasil menunjukkan dimensi resiliensi, mampu bangkit dari keterpurukan akibat kekerasan yang mereka alami, yang berpotensi menyebabkan trauma. Proses resiliensi yang dialami oleh partisipan melibatkan berbagai strategi, seperti berbagi pengalaman kekerasan dengan orang terdekat, mencari kedekatan spiritual melalui ibadah, dan tetap aktif melalui kegiatan produktif. Faktor pendukung utama bagi ketiga subjek mencakup dukungan solid dari keluarga atau teman dekat, kekuatan internal untuk menerima dan bersikap optimis terhadap masa depan, serta kemampuan interpersonal dan pemecahan masalah, termasuk sikap asertif, pengambilan keputusan untuk mengakhiri hubungan, dan berbagi masalah dengan orang yang dipercayai.