Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

PENGARUH ULTRASOUND DAN INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITION TECHNIQUE (INIT) TERHADAP PENURUNAN NYERI MYOFACIAL PAIN SYNDROME MUSCULUS UPPER TRAPEZIUS PADA MAHASISWA JURUSAN FISIOTERAPI: The Effect Of Ultrasound And Integrated Neuromuscular Inhibition Technique (Init) To Reduce Of Myofacial Pain Syndrome Musculus Upper Trapezius Pains For Physiotherapy Department Students Riska Meylita Putri; Virny Dwiya Lestari; Hasbiah; Sudaryanto; Aco Tang
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 14 No 1 (2022): Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/fis.v14i1.43

Abstract

Latar Belakang: Myofascial pain syndrome (MPS) adalah kondisi nyeri yang umumnya kronis, tetapi bisa akut. MPS sering dikaitkan dengan myofascial trigger points (MTrPs) pada otot dan jaringan ikat termasuk fasia. MTrP aktif adalah salah satu generator nyeri perifer utama untuk kondisi nyeri muskuloskeletal. Metode: Jenis penelitian ini adalah pra experimen dengan disain penelitian pre test-post test one group design, bertujuan untuk mengetahui pengaruh Ultrasound dan Init (Integrated Neuromuscular Inhibition Technique) terhadap penurunan nyeri pada penederita Myofacial Pain Syndrome Musculus Upper Trapezius pada mahasiswa jurusan Fisioterapi dan menggunakan alat ukur Visual nalog scale (VAS). Hasil: Berdasarkan analisis uji statistik Wilcoxon menunjukkan bahwa terjadi penurunan nyeri yang dapat dilihat dari rerata pre-test 6.069 menjadi rerata post-test 3.263 dan diperoleh hasil p= .000 (p<0,05) yang berarti bahwa pemberian Ultrasound dan Init (Integrated Neuromuscular Inhibition Technique) dapat memberikan pengaruh yang bermakna terhadap penurunan nyeri pada Myofacial Pain Syndrome Musculus Upper Trapezius. Kesimpulan: Kesimpulan penelitian ini yaitu, kepada rekan-rekan fisioterapi di kampus jurusan fisioterapi atau Lahan Praktek agar menggunakan intervensi Ultrasound dan Init (Integrated Neuromuscular Inhibition Technique) sebagai salah satu terapi terpilih untuk penurunan nyeri pada penderita Myofacial Pain Syndrome Musculus Upper Trapezius. Kata Kunci: Ultrasound, Init (Integrated Neuromuscular Inhibition Technique) Nyeri, Myofacial Pain Syndrome Musculus Upper Trapezius.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA NYERI AKIBAT SINDROM PIRIFORMIS DI RSUD dr. LA PALALOI: Physiotherapy Management of Resulting Pain Piriformis Syndrome in RSUD dr. La palaloi Laila Fitri Kumara; Hasnia Ahmad; Sudaryanto Sudaryanto; Sri Saadiyah; Tiar Erawan
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 15 No 1 (2023): Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/fis.v15i1.55

Abstract

Latar Belakang : Piriformis sindrom adalah gangguan neuromuscular yang terjadi ketika saraf sciatic terkompresi atau teriritasi oleh otot piriformis yang menyebabkan nyeri, kesemutan dan mati rasa di bokong dan sepanjang saraf sciatic. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus piriformis sindrom di RSUD Salewangang Maros. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan jumlah sampel sebanyak 2 orang. Modalitas yang digunakan adalah Microwave Diathermy (MWD), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), Friction dan Stretching dengan alat ukur Visual Analog Scale (VAS) dan Penn Spasme Frequency Scale. Problematik fisioterapi sesuai hasil pemeriksaan yaitu berupa nyeri dan spasme. Hasil Penelitian : Hasil pemeriksaan yang diukur menggunakan VAS di peroleh penurunan nyeri diam pada Ny. E dengan nilai VAS 3 menjadi nilai 1 dan pada Ny. M dengan nilai VAS 4 menjadi 2, nyeri tekan pada Ny. E dengan nilai 7 menjadi 4 dan Ny. M dengan nilai 7,8 menjadi 5, nyeri gerak pada Ny. E dengan nilai 5 menjadi 2 dan Ny. M dengan nilai 6,7 menjadi 3. Hasil pemeriksaan yang diukur menggunakan skala frekuensi spasme diperoleh penurunan spasme pada Ny. E dengan nilai frekuensi 2 menurun menjadi 1 dan Ny. M dengan nilai frekuensi 3 menurun menjadi 1. Kesimpulan : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian MWD, TENS, friction dan stretching dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan nyeri dan penurunan spasme pada pasien piriformis sindrom. Kata Kunci : Piriformis Sindrom; MWD; TENS; Friction; Stretching
PENGARUH MICROWAVE DIATHERMY DAN TRAKSI TRANSLASI TERHADAP AKTIVITAS FUNGSIONAL PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS KNEE JOINT: The Effect Of Microwave Diathermy And Translation Traction On Functional Activity In Oseoarthritis Knee Joint Patients Sudaryanto; Fahrul Islam; Yonathan Ramba; Muh Thahir
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 15 No 2 (2023): Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/fis.v15i2.379

Abstract

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang ditandai dengan destruksi dan hilangnya kartilago artikular, mengakibatkan pembentukan osteofit, nyeri, keterbatasan gerak, dan deformitas.Menyebabkan gangguan aktivitas fungsional tungkai dan kemampuan aktivitas individu sehari – hari. Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental dengan menggunakan one group pre – post test design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Microwave Diathermy Dan Traksi Translasi Terhadap Peningkatan Aktivitas Fungsional Pada Pasien Osteoarthritis Knee Joint. Penelitian ini dilakukan di Rrsud dr. La Palaloi Maros. Dengan sampel adalah pasien di Rrsud dr. La Palaloi Maros yang sesuai kriteria inklusi. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 dari 16 jumlah populasi dengan 6 kali intervensi selama satu bulan. Rumus yang digunakan dalam menentukan besar sampel menggunakan rumus purposive sampling. Analisis uji paired sample-t test di peroleh nilai pada Western Ontario and McMaster Universitas Osteoarthritis index (WOMAC) test diperoleh pre test = (.000) <0,05 dan post test (.000) <0,05 serta demikian berarti bahwa pemberian Microwave Diathermy Dan Traksi Translasi dapat memberikan peningktan aktivitas fungsional yang signifikan pada pasien Osteoarthritis Knee Joint di RSUD dr. La Palaloi Maros. Pemberian Microwave Diathermy dan Traksi Translasi dapat memberikan peningkatan aktivitas fungsional yang signifikan pada Pasien Osteoarthritis Knee Joint.
PERBANDINGAN EFEK MOBILISASI SARAF DAN SPINAL MOBILIZATION WITH LEG MOVEMENT TERHADAP PENURUNAN NYERI FUNGSIONAL PADA LUMBAR RADICULOPATHY Sudaryanto Sudaryanto; Tiar Erawan; Rahmat Nugraha; St Khadijah Indah Maidah
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 18 No 1 (2023): Media Kesehatan
Publisher : Direktorat Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/medkes.v18i1.433

Abstract

Latar belakang : Lumbar radiculopathy merupakan kondisi yang menyebabkan rasa sakit dan kesemutan sepanjang distribusi saraf sciatic yang terkait dan dapat menyebabkan kelemahan serta keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Metode : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pengaruh Mobilisasi saraf dan Spinal Mobilization With Leg Movement (SMWLM) terhadap penurunan nyeri fungsional pada penderita Lumbar radiculopathy. Desain penelitian adalah randomized pre test – post test two group design, yaitu terdapat 2 kelompok ; kelompok treatment 1 mendapatkan Mobilisasi Saraf dan kelompok treatment 2 mendapatkan SMWLM, kedua kelompok diberikan Short Wave Diathermy. Jumlah sampel berdasarkan kriteria inklusi adalah 20 orang, dirandomisasi kedalam 2 kelompok yaitu sebanyak 10 orang kelompok treatment 1 dan 10 orang kelompok treatment 2. Pengumpulan data diperoleh melalui pengukuran Patient Specifik Functional Scale (PSFS) di awal penelitian dan akhir penelitian. Hasil : Hasil uji paired sample t diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) baik pada kelompok treatment 1 dan kelompok treatment 2, yang berarti Mobilisasi Saraf dan SMWLM menghasilkan pengaruh yang bermakna terhadap penurunan nyeri fungsional. Kemudian berdasarkan hasil uji independent sample t diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan rerata selisih yang signifikan antara kelompok treatment 1 dan kelompok treatment 2, dimana nilai rerata selisih kelompok treatment 2 (20%) > nilai rerata selisih kelompok treatment 1 (11,14%). Kesimpulan : Intervensi SMWLM menghasilkan penurunan nyeri fungsional yang lebih besar secara signifikan daripada intervensi Mobilisasi saraf pada penderita Lumbar Radiculopathy. Kata Kunci : Mobilisasi Saraf, Spinal Mobilization With Leg Movement, Nyeri Fungsional, Lumbar Radiculopathy
BEDA PENGARUH NECK STABILIZATION DAN SCAPULAR STABILIZATION TERHADAP PERBAIKAN FUNGSIONAL CERVICAL PADA MECHANICAL NECK PAIN : ID Sitti Nurul Maghfira; Rahmat Nugraha Akib; Sudaryanto
Andragogi Kesehatan Vol 4 No 1 (2024): Andragogi Kesehatan
Publisher : Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : Kebiasaan postur yang jelek dan posisi statis merupakan faktor penyebab yang paling sering menyebabkan mechanical neck pain. Pada umumnya pasien mechanical neck pain mengalami problematik nyeri dan keterbatasan gerak cervical, sehingga menyebabkan penurunan fungsional cervical. Metode : penelitian quasi eksperimen dengan desain randomized pre test - post test two group, bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas antara kombinasi ultrasound, cyriax mabilization, neck stabilization atau scapular stabilization pada Mechanical Neck Pain, dilakukan randomisasi kedalam 2 kelompok perlakuan yaitu kelompok perlakuan I diberikan ultrasound, cyriax mabilization, neck stabilization dan kelompok perlakuan II diberikan ultrasound, cyriax mobilization, scapular stabilization. Hasil : Analisis uji paired sample t pada kelompok perlakuan II dan perlakuan II diperoleh nilai p = 0,000 NDI. Data tersebut menunjukkan bahwa perlakuan I dan II memberikan pengaruh yang bermakna terhadap perbaikan fungsional cervical pada mechanical neck pain. Kemudian, uji independent t diperoleh nilai p = 0,850 NDI yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan I dan perlakuan II. Kesimpulan : Kombinasi Ultrasound, Cyriax Mabilization, Neck Stabilization tidak lebih berpengaruh daripada kombinasi Ultrasound, Cyriax Mabilization, Scapular Stabilization terhadap perbaikan fungsional cervical pada penderita mechanical neck pain Kata Kunci : Neck Stabilization, Scapular Stabilization, Fungsional Cervical, Mechanical Neck Pain.
Efek Mckenzie Exercise dan Mechanical Lumbar Traction terhadap Perubahan Lingkup Gerak Sendi dan Fungsional Lumbal pada Penderita HNP Lumbal Tiar Erawan; Sudaryanto Sudaryanto; Andi Nur Hijriyani; Rahmat Nugraha
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES 2023
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf14nk309

Abstract

Herniated Nucleus Pulposus causes radicular pain due to pressure on the nerve roots resulting in various physical problems, especially limitations in lumbar movement and lumbar function. The aim of this research was to determine the difference in effectiveness between the combination of Interferential Current (IFC), McKenzie exercise and the combination of Interferential Current (IFC), Mechanical Lumbar Traction on changes in Range of Motion (ROM) and lumbar function in Lumbar HNP sufferers. This type of research was a quasi experiment with a pretest–posttest design with control group, using instruments in the form of an inclinometer and the ODI questionnaire. The research was conducted at RSAD Tk. II Pelamonia Makassar. The sample was 14 people suffering from grade 1 and 2 lumbar HNP who were randomly divided into 2 groups, namely the treatment group given IFC and McKenzie, the control group given IFC and Lumbar Mechanical Traction. Data analysis was performed by t test. Based on the paired samples t-test in the control group, the value obtained was p = 0.000 (flexion and lateral lumbar flexion), p = 0.001 (ODI), while in the treatment group the value obtained was p = 0.000 (flexion, lateral lumbar flexion, ODI) which means that IFC and Lumbar Mechanical Traction interventions as well as IFC and McKenzie Exercise can produce significant changes in flexion, lateral flexion and functional ROM of the lumbar region. Then, based on the independent samples t-test, the values obtained were p = 0.348 (lumbar flexion), p = 0.129 (lateral lumbar flexion), p = 0.670 (ODI) which means that there was no significant difference between the combination of IFC, McKenzie Exercise and IFC, Lumbar Mechanical Traction on changes in flexion, lateral flexion and lumbar functional ROM. IFC and McKenzie are no more effective than IFC and Lumbar Mechanical Traction in changing lumbar flexion and lateral flexion ROM and lumbar functional ability in sufferers of lumbar HNP.Keywords: McKenzie exercise; lumbar mechanical traction; lumbar range of motion; lumbar function ABSTRAK Herniated Nucleus Pulposus menyebabkan nyeri radikular akibat penekanan pada akar saraf sehingga timbul berbagai problem fisik, khususnya keterbatasan gerak lumbal dan fungsional lumbal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan efektivitas antara kombinasi Interferential Current (IFC), McKenzie exercise dan kombinasi Interferential Current (IFC), Mechanical Lumbar Traction terhadap perubahan Range of Motion (ROM) dan fungsional lumbal pada penderita HNP Lumbal. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan desain pretest–posttest with control group, menggunakan instrumen berupa inclinometer dan kuisioner ODI. Penelitian dilaksanakan di RSAD Tk. II Pelamonia Makassar. Sampel adalah penderita HNP lumbal grade 1 dan 2 sebanyak 14 orang yang dibagi secara acak kedalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan diberikan IFC dan McKenzie, kelompok kontrol diberikan IFC dan Mechanical Traction Lumbal. Analisis data dilakukan dengan uji t. Berdasarkan paired samples t-test pada kelompok kontrol diperoleh nilai p = 0,000 (fleksi dan lateral fleksi lumbal), p = 0,001 (ODI), sedangkan pada kelompok perlakuan diperoleh nilai p = 0,000 (fleksi, lateral fleksi lumbal, ODI) yang berarti bahwa intervensi IFC dan Mechanical Traction Lumbal serta IFC dan McKenzie Exercise dapat menghasilkan perubahan ROM fleksi, lateral fleksi dan fungsional lumbal yang signifikan. Kemudian, berdasarkan independent samples t-test diperoleh nilai p = 0,348 (fleksi lumbal), p = 0,129 (lateral fleksi lumbal), p = 0,670 (ODI) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kombinasi IFC, McKenzie Exercise dan IFC, Mechanical Traction Lumbal terhadap perubahan ROM fleksi, lateral fleksi, dan fungsional lumbal. IFC dan McKenzie tidak lebih efektif daripada IFC dan Mechanical Traction Lumbal terhadap perubahan ROM fleksi dan lateral fleksi lumbal serta kemampuan fungsional lumbal pada penderita HNP lumbal.Kata kunci: McKenzie exercise; mechanical traction lumbal; lumbal range of motion; fungsional lumbal
Kombinasi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation dan Integrated Neuromuscular Inhibition Technique untuk Menurunkan Nyeri dan Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pasien dengan Hernia Nukleus Pulposus Lumbal Sudaryanto Sudaryanto; Rahmat Nugraha; Hasbiah Hasbiah; Tiar Erawan; Aya Aimal Syaqshana
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 15, No 2 (2024): April-Juni 2024
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf15229

Abstract

Herniated nucleus pulposus can press on nerves or spinal cord, causing pain and spinal cord dysfunction. This study aimed to determine the effectiveness of the combination of Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation and Integrated Neuromuscular Inhibition Technique to reduce pain and improve functional ability in patients with lumbar herniated nucleus pulposus. The method used in this study was a case report, involving two patients with lumbar herniated nucleus pulposus who met the criteria, namely patients with grade 1-2 lumbar herniated nucleus pulposus, not accompanied by severe stenosis of the spinal canal, not obese, and experiencing bulging in the L4-S1 area. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation and Integrated Neuromuscular Inhibition Technique were given 8 times. Measurement of pain levels was carried out using the Visual Analog Scale and measurement of functional ability was carried out using the Patient Specific Functional Scale. Furthermore, the data were analyzed descriptively. The results of the study showed that patient I experienced a decrease in silent pain from 3 to 0, tenderness from 6 to 1, and motion pain from 7 to 2, then experienced an increase in functional ability from 16 to 29; while patient II experienced a decrease in silent pain from 3 to 0, tenderness from 6 to 1, and motion pain from 8 to 3, then experienced an increase in functional ability from 14 to 25. Furthermore, it was concluded that the combination of Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation and Integrated Neuromuscular Inhibition Technique can reduce pain and increase the functional ability of patients with lumbar hernia nucleus pulposus.Keywords: lumbar hernia nucleus pulposus; pain; functional ability; Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation; Integrated Neuromuscular Inhibition Technique ABSTRAK Hernia nukleus pulposus dapat menekan saraf atau sumsum tulang belakang sehingga menyebabkan nyeri dan disfungsi sumsum tulang belakang. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kombinasi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation dan Integrated Neuromuscular Inhibition Technique untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan kemampuan fungsional pasien dengan hernia nukleus pulposus lumbal. Metode yang digunakan pada studi ini adalah case report, yang melibatkan dua pasien dengan hernia nukleus pulposus lumbal yang memenuhi kriteria yaitu penderita hernia nukleus pulposus lumbal grade 1-2, tidak disertai dengan stenosis berat kanal spinal, tidak mengalami obesitas, dan mengalami bulging pada area L4-S1. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation dan Integrated Neuromuscular Inhibition Technique diberikan sebanyak 8 kali intervensi. Pengukuran tingkat nyeri dilakukan dengan menggunakan Visual Analog Scale dan pengukuran kemampuan fungsional dilakukan dengan menggunakan Patient Specific Functional Scale. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif. Hasil studi menunjukkan bahwa pasien I mengalami penurunan nyeri diam dari 3 menjadi 0, nyeri tekan dari 6 menjadi 1, dan nyeri gerak dari 7 menjadi 2, kemudian mengalami peningkatan kemampuan fungsional dari 16 menjadi 29; sedangkan pasien II mengalami penurunan nyeri diam dari 3 menjadi 0, nyeri tekan dari 6 menjadi 1, dan nyeri gerak dari 8 menjadi 3, kemudian mengalami peningkatan kemampuan fungsional dari 14 menjadi 25. Selanjutnya disimpulkan bahwa kombinasi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation dan Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan kemampuan fungsional pasien dengan hernia nukleus pulposus lumbal. Kata kunci: hernia nukleus pulposus lumbal; nyeri; kemampuan fungsional; Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation; Integrated Neuromuscular Inhibition Technique
Penambahan Core Stability pada Proprioceptive Neuromuscular Facilitation untuk Memperbaiki Kemampuan Ambulasi Pasien Hemiparese Pasca Stroke Sudaryanto, Sudaryanto; Erawan, Tiar; Nugraha, Rahmat; Hasbiah, Hasbiah; Usman, Nurhayati
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 15, No 1 (2024): Januari-Maret 2024
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf15132

Abstract

The degree of disability experienced by stroke patients depends on the severity of the hemiparesis experienced by the patient. Approximately 30-60% of patients with hemiparesis experience changes in ambulation ability. The aim of this study was to determine the effect of adding core stability to proprioceptive neuromuscular facilitation on improving the ambulation ability of post-stroke hemiparesis patients. The design of this research was a randomized pretest-posttest with control group, which involved 2 groups, namely the treatment group that was given core stability and proprioceptive neuromuscular facilitation, and the control group that was given proprioceptive neuromuscular facilitation. Each group consisted of 10 patients, which were determined by random allocation. In both groups, "sit to stand" activity measurements were carried out in the phases before and after the intervention was given. Then a difference test was carried out with the t test. Paired samples t-test showed the p value was 0.001 for the treatment group and 0.003 in the control group. Thus both methods were effective in achieving the expected results. The independent samples t-test showed the p value was 0.402, so it was concluded that the results obtained from the two methods were not significantly different, although the improvement was better in the treatment group. It was concluded that core stability in proprioceptive neuromuscular facilitation can produce greater improvements in ambulation ability than proprioceptive neuromuscular facilitation in post-stroke hemiparesis patients.Keywords: core stability; proprioceptive neuromuscular facilitation; ambulation; hemiparesis; post-strokeABSTRAKDerajat kecacatan yang dialami oleh pasien stroke tergantung dari beratnya hemiparese yang dialami oleh pasien. Sekitar 30-60% pasien dengan hemiparese mengalami perubahan kemampuan ambulasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penambahan core stability pada proprioceptive neuromuscular facilitation terhadap perbaikan kemampuan ambulasi pasien hemiparese pasca stroke. Desain penelitian ini adalah randomized pretest-posttest with control group, yang melibatkan 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang diberikan core stability dan proprioceptive neuromuscular facilitation, serta kelompok kontrol yang diberikan proprioceptive neuromuscular facilitation. Masing-masing kelompok terdiri atas 10 pasien, yang ditentukan dengan cara random alokasi. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran aktivitas “sit to stand” pada fase sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Lalu dilakukan uji perbedaan dengan uji t. Paired samples t-test menunjukkan nilai p adalah 0,001 untuk kelompok perlakuan dan 0,003 pada kelompok kontrol. Dengan demikian kedua metode efektif untuk mencapai hasil yang diharapkan. Independent samples t-test menunjukkan nilai p adalah 0,402, sehingga disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dari kedua metode tidak berbeda secara signifikan, meskipun peningkatan lebih baik pada kelompok perlakuan. Disimpulkan bahwa core stability pada proprioceptive neuromuscular facilitation dapat menghasilkan perbaikan kemampuan ambulasi yang lebih besar daripada proprioceptive neuromuscular facilitation pada pasien hemiparese pasca stroke.Kata kunci: core stability; proprioceptive neuromuscular facilitation; ambulasi; hemiparese; pasca stroke